Pencetakan Pemotongan Pewarnaan Hematoksilin-Eosin dan Imunohistokimia

masuk ke seluruh bagian organ, dapat digantikan oleh parafin, dengan demikian jaringan mudah dipotong. Setelah tahapan perjernihan selesai jaringan berada dalam xylol III, oven suhu 60 o C, potongan jaringan dikeluarkan dari tissues cassete, lalu dimasukkan ke dalam parafin cair I, II, dan III berturut-turut selama 1 jam. Infiltrasi parafin dilakukan di dalam oven suhu 60 o C. Selanjutnya sampel dicetak dalam parafin.

f. Pencetakan

Pencetakan potongan jaringan pankreas dalam parafin, dilakukan dengan bantuan Tissue Embedding Console. Parafin cair dituangkan pada cetakan yang telah diberi gliserin dan potongan-potongan pankreas diletakkan di dalam parafin. Posisi potongan pankreas diletakkan sedemikian rupa sehingga bagian potongan yang rata dan lebar berada di dasar. Parafin didinginkan sampai membeku, lalu dilepaskan dari cetakan. Bagian parafin yang memuat potongan pankreas dipotong menjadi bentuk segi empat, kemudian ditempelkan pada balok kayu. Sampel di atas balok kayu ini disimpan di dalam refrigerator minimal 1 jam sebelum dipotong menggunakan mikrotom. Hal ini dilakukan agar dihasilkan pita jaringan yang baik.

g. Pemotongan

Pemotongan dilakukan menggunakan mikrotom, agar dihasilkan pita jaringan dengan ketebalan sekitar 5 m. Sebelum pemotongan jaringan dengan ketebalan 5 m, terlebih dahulu dilakukan trimming parafin dengan ketebalan sekitar 10 m hingga diperoleh pita jaringan yang baik. Jika telah diperoleh pita yang baik, hasil sayatan diapungkan di atas aquades dingin. Sayatan yang bagus diambil dan dibentangkan di atas aquades hangat 45 o C, lalu ditempelkan pada gelas obyek dan diinkubasi selama satu malam pada suhu 37 o C. Sampel siap untuk diwarnai.

h. Pewarnaan Hematoksilin-Eosin dan Imunohistokimia

Dua macam pewarnaan dilakukan dalam tahapan ini yaitu pewarnaan HE dan pewarnaan dengan metode imunohistokimia. Pewarnaan HE dilakukan untuk pengamatan terhadap struktur umum jaringan. Pewarnaan imunohistokimia dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi sel beta pankreas, yaitu sel penghasil insulin.  Pewarnaan HE Tahapan pewarnaan dimulai dengan deparafinisasi, yaitu sediaan dimasukkan ke dalam serial larutan xylol III, II, dan I, dengan maksud untuk melarutkan parafin dari jaringan. Tahap berikutnya ialah rehidrasi, yaitu sediaan dimasukkan ke dalam serial larutan alkohol alkohol absolut III, II, dan I, alkohol 95, 90, 80 dan 70. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam milique sebagai stopping point. Sediaan kemudian diwarnai dengan pewarna hematoksilin dan kembali disiram dengan milique untuk menguatkan warna hematoksilin, dilanjutkan dengan memasukkannya ke dalam aquades. Sediaan kemudian diberi pewarna eosin, selanjutnya dilakukan proses dehidrasi dengan mencelupkan sediaan ke dalam serial larutan alkohol 70, 80, 90, dan 95, alkohol absolut I, II, III. Penjernihan dengan xylol I, xylol II dan xylol III. Tahap akhir dari pewarnaan ini ialah mounting, yaitu penempelan gelas penutup pada sediaan dengan perekat entelan. Sediaan yang telah diwarnai lalu diamati dengan mikroskop cahaya dengan pembesaran 200 dan 400 kali. Pengamatan yang dilakukan adalah terhadap struktur umum jaringan normal maupun yang telah mengalami perubahan dengan melihat jumlah dan luas pulau Langerhans.  Pewarnaan Imunohistokimia terhadap Sel Beta Pankreas Wresdiyati 2008 Pewarnaan imunohistokimia dilakukan untuk mendeteksi hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Tahapan pewarnaan imunohistokimia dimulai dari pembuatan sediaan histologi seperti yang telah diuraikan dalam pembuatan sediaan histologi, hanya saja gelas obyek yang digunakan untuk menaruh sediaan adalah gelas obyek yang sudah diberi perekat neofren. Tahapan selanjutnya, preparat histologi yang telah dibuat dilakukan pewarnaan imunohistokimia terhadap insulin menggunakan metode tidak langsung dua tahap metode antibodi berlabel enzim. Setelah deparafinasi dan rehidrasi, sediaan direndam dalam air milique sebagai stopping point. Selanjutnya sediaan direndam dengan H 2 O 2 dalam metanol 1:20 selama 15 menit untuk menghilangkan aktivitas peroksidase endogen. Sediaan direndam dalam milique, lalu PBS masing-masing 2 kali selama 5 menit. Kemudian, sediaan ditetesi dengan serum normal BSA 10 60-70 lsediaan dan diinkubasi pada suhu 37 o C, selama 35 menit lalu dicuci dengan PBS 3 kali 5 menit. Selanjutnya sediaan dilingkari dengan dako pen dan ditetesi biocare’s background sniper sebagai blocking protein dan disimpan pada suhu 37 o C selama 30 menit, lalu dicuci dengan PBS 3 kali 5 menit. Berikutnya, sediaan ditetesi dengan antibodi primer monoklonal anti-insulin I-2018 dalam PBS 1:1000 sebanyak 60-70 l per sediaan lalu diinkubasi pada suhu 4 o C refrigerator selama 24 jam, kemudian dicuci dengan PBS 3 kali 5 menit. Selanjutnya, sediaan ditetesi dengan t rekkie universal link sebanyak 60-70 lsediaan lalu diinkubasi pada suhu 37 o C selama 30 menit, lalu dicuci dengan PBS 3 kali 5 menit. Kemudian, sediaan ditetesi trek avidin-HRP sebanyak 60-70 l per sediaan lalu diinkubasi pada suhu 37 o C selama 15 menit, lalu dicuci dengan PBS 3 kali 5 menit. Kemudian, sediaan ditetesi dengan diaminobenzidine DAB sebanyak 60-70 lsediaan dan dibiarkan bereaksi dalam ruang gelap selama 3-5 menit. Sediaan dicuci dengan milique, selanjutnya diwarnai counterstain dengan hematoksilin. Setelah dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat 70,80,90 dan 95, lalu alkohol absolut I, II dan III dan penjenihan dengan xylol I,II dan III. Tahap akhir sediaan kemudian dimounting dengan penutup gelas dengan perekat entelan dan siap diamati di bawah mikroskop cahaya pembesaran 200 dan 400 kali. Pengamatan secara kualitatif dilakukan pada jaringan pankreas sel betainsulin yang jika positif ditunjukkan dengan warna cokelat.

i. Mikrofotografi Pengamatan dan Pemotretan

Dokumen yang terkait

Karakteristik Egg Replacer Dari Isolat Protein Kedelai, Isolat Protein Susu, Pati Jagung, Pati Kentang, Guar Gum, Dan Xanthan Gum

0 35 119

Pengaruh Konsumsi Sumber Protein (Kasein, Tepung Terigu Berprotein Tinggi dan Isolat Protein Kedelai) Terhadap Komposisi Asam Lemak dan Asam Amino Otak Serta Kemampuan Belajar Tikus Percobaan

0 11 14

Sifat Hipoglikemik dan Hipokolestrolemik Protein Kedelai pada TIkus Model Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) Induksi Alloksan

1 14 8

Pengaruh Pemberian Protein Ransum Terhadap Jumlah Sel Limfosit pada Tikus Percobaan

1 6 12

Daya antidiare dan antioksidatif yogurt sinbiotik pada tikus percobaan

0 10 215

Karakteristik Konsentrat Protein Teripang Pasir (Holothuria Scabra J.) Dengan Bahan Pengekstrak Aseton

2 30 14

EFEK ANTIRADANG EKSTRAK AIR TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) TERHADAP TIKUS JANTAN YANG Efek Antiradang Ekstrak Air Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Terhadap Tikus Jantan Yang Diinduksi Karagenin.

0 1 11

PENGARUH EKSTRAK AIR TERIPANG PASIR (Holothuria Pengaruh Ekstrak Air Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Terhadap Kolesterol Total Pada Tikus Hiperlipidemia.

0 1 12

PENGARUH EKSTRAK AIR TERIPANG PASIR (Holothuria Pengaruh Ekstrak Air Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Terhadap Kolesterol Total Pada Tikus Hiperlipidemia.

0 3 14

Potensi Ekstrak, Hidrolisat dan Isolat Protein Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) untuk Menurunkan Kadar Glukosa Darah dan Memperbaiki Profil Sel Beta Pankreas Tikus Diabetes Mellitus

0 0 55