menstimulasi sekresi insulin hanya melalui jalur peningkaan energi pada siklus TCA.
Uraian diatas menunjukkan bahwa ketiga mekanisme stimulasi sekresi insulin oleh asam amino bebas dapat mempercepat peningkatan plasma insulin
yang berdampak pada peningkatan kecepatan penurunan glukosa darah atau bersifat hipoglikemik. Hal ini sangat bermanfaat bagi penderita DM tipe 2
khususnya yang ditimbulkan oleh gangguan sekresi insulin akibat kurangnya ketersediaan energi sel beta pankreas.
4.7.2. Penghambatan Aktivitas Enzim α-Glukosidase
Penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase oleh hidrolisat, konsentrat,
dan isolat protein teripang diduga karena: 1 adanya perbedaan kadar asam amino yang menyusun protein maupun peptida-peptida pendek yang dikandung oleh
ketiga produk tersebut dan 2 adanya kemungkinan beberapa senyawa bioaktif yang terkandung dalam hidrolisat, konsentrat, dan isolat protein teripang
Hidrolisat protein teripang yang memiliki kadar protein dan asam amino bebas lebih tinggi serta kemungkinan terbentuknya peptida-peptida pendek
bioaktif yang lebih banyak selama proses hidrolisis memiliki daya hambat terhadap aktivitas
enzim α-glukosidase lebih besar dibandingkan konsentrat dan isolat protein teripang. Li et al. 2004 melaporkan bahwa beberapa asam amino
penyusun protein maupun peptida seperti triptopan, fenilalanin, tirosin atau prolin pada C-terminal, dan asam amino alifatik bercabang seperti alanin, valin, isoleusin
dan leusin pada N-terminal memiliki kemampuan sebagai inhibitor suatu enzim. Sedangkan Moritoh et al. 2009 melaporkan bahwa peningkatan jumlah peptida
glukagon-like peptide-1 GLP-1 dapat menghambat aktivitas enzim α-
glukosidase. Selanjutnya Koch et al. 1988 melaporkan bahwa telah ditemukan suatu peptida yaitu peptida YY yang terdapat pada bagian ileum dan usus besar
yang memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim glukosidase usus. Sedangkan penghambatan oleh kemungkinan beberapa senyawa bioaktif yang
dikandung hidrolisat, konsentrat, dan isolat protein teripang diduga senyawa bioaktif tersebut dapat berikatan dengan enzim dan menyebabkan penurunan
kecepatan reaksi enzim. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan metabolisme karbohidrat menjadi glukosa oleh enzim
α-glukosidase. Diduga mekanisme penghambatan oleh peptida-peptida pendek dan
senyawa bioaktif tersebut dapat bersifat kompetitif, non kompetitif maupun unkompetitif Suhartono 1989. Efek penghambatan akan terjadi karena inhibitor
yang diduga peptida-peptida pendek dan beberapa senyawa bioaktif tersebut akan berikatan dengan sisi allosterik maupun aktif enzim, sehingga dapat membentuk
ikatan dengan enzim dalam keadaan bebas, disamping dapat membentuk ikatan dengan komplek enzim substrat. Ikatan inhibitor terhadap enzim bebas dan enzim
substrat dapat menyebabkan terbentuknya kompleks enzim inhibitor atau enzim substrat inhibitor yang bersifat tidak produktif karena tidak dapat membentuk
produk. Produk hanya akan terbentuk jika ikatan inhibitor lepas dari kompleks enzim substrat inhibitor. Kondisi ini akhirnya akan menyebabkan enzim
kehilangan reaktifitasnya secara permanen Suhartono 1989.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pembuatan daging teripang dalam bentuk hidrolisat protein teripang HPT, konsentrat protein teripang KPT, dan isolat protein teripang IPT
berpengaruh terhadap kadar asam amino bebas penstimulasi insulin, seperti leusin, arginin, lisin, alanin, fenilalanin, isoleusin, dan metionin. HPT
memiliki kadar asam amino bebas penstimulasi insulin jauh lebih banyak dibandingkan KPT dan IPT yaitu secara berturut-turut 1.77, 0.14, dan 0.12
Diduga asam-asam amino bebas pada HPT tersebut yang berperan dalam meningkatkan sekresi insulin.
2. Hidrolisat protein teripang HPT memiliki daya hambat tertinggi terhadap aktivitas enzim
α-glukosidase secara in vitro dengan persentase penghambatan 72.48 pada konsentrasi 10 000 ppm, sedangkan isolat protein teripang IPT
adalah 58.21, dan konsentrat protein teripang KPT 56.33. 3. Aktivitas hipoglikemik HPT, KPT, dan IPT pada tikus percobaan
hiperglikemik dipengaruhi oleh konsentrasi yang diberikan. Konsentrasi HPT, KPT, dan IPT masing-masing 300 mgkg bb memiliki daya hipoglikemik
terbaik dibandingkan konsentrasi 100 dan 200 mgkg bb. 4. Pemberian HPT, KPT, dan IPT pada konsentrasi 300 mgkg bb pada tikus DM
mampu menurunkan kadar glukosa darah masing-masing sebesar 53.9, 27.6, dan 6.6. Disamping itu, juga dapat meningkatkan berat badan masing-
masing sebesar 22.6, 17.3, dan 12.9. 5. Pemberian HPT, KPT, dan IPT 300 mg kg bb pada tikus percobaan mampu
mempertahankan aktivitas SOD dan tidak mampu mempertahankan aktivitas GPx dan katalase hati.
6. Pemberian HPT 300 mgkg bb pada tikus DM menghasilkan jumlah pulau Langerhans yang tidak berbeda dengan kelompok tikus kontrol negatif KN,
sehingga memiliki kemampuan lebih baik dalam menghambat laju penurunan jumlah pulau Langerhans pankreas dibandingkan kelompok tikus DM yang
diberi KPT dan IPT pada konsentrasi yang sama.