Sampling Fiksasi dan stopping point Dehidrasi Penjernihan

metode glucose oxidase biosensor, menggunakan alat glukometer model Accu- Check Active diproduksi oleh Roche Germany. Darah diambil melalui ujung ekor tikus yang sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70, kemudian diurut perlahan-lahan, selanjutnya ujung ekor ditusuk dengan jarum kecil syring 1 ml Kerato et al. 2006. Darah yang keluar kemudian disentuhkan pada strip glukometer. Kadar glukosa darah akan terbaca di layar glukometer setelah 5 detik dan kadar glukosa darah dinyatakan dalam mgdl. Pengukuran dilakukan setiap 4 hari.

3.3.5. Pengujian Pengaruh Hidrolisat, Konsentrat, dan Isolat Protein

Teripang terhadap Aktivitas Enzim Antioksidan Intrasel Hati dan Histologi Hematoksilin-Eosin dan Imunohistokimia Jaringan Pankreas Tikus Percobaan Percobaan 5 Analisis histologi jaringan pankreas bertujuan untuk mengamati terjadinya kerusakan pada pankreas tikus setelah diberi hidrolisat, konsentrat, dan isolat protein teripang. Sedangkan pengujian aktivitas enzim antioksidan intrasel dilakukan terhadap organ hati tikus percobaan, meliputi superoksida dismutase SOD, glutation peroksidase GPx dan katalase. Analisis dilakukan pada akhir masa perlakuan, dengan cara membedah tikus dan mengambil organ pankreas dan hati tikus percobaan.

3.3.5.1. Pembuatan sediaan histologi HE dan Imunohistokimia

Analisis histologi diawali dengan pembuatan sediaan histologi yang terdiri atas sembilan tahapan Kiernan 1990, yaitu pengambilan sampel sampling, fiksasi pengawetan, dehidrasi, penjernihan clearing, infiltrasi parafin, pencetakan embedding, pemotongan sectioning dan pewarnaan staining Hematoksilin-Eosin dan imunohistokimia terhadap jaringan pankreas sel beta.

a. Sampling

Tikus yang akan dibedah, dipingsankan terlebih dahulu dengan cara dislocatio cervicalis. Setelah tikus pingsan, dilakukan pembedahan dan pengambilan organ pankreas. Kemudian organ pankreas dicuci dalam larutan fisiologi NaCl 0.9 dan dimasukkan ke dalam larutan pengawet.

b. Fiksasi dan stopping point

Fiksasi dilakukan dalam larutan Bouin yang dipersiapkan pada hari pembedahan. Larutan fiksatif Bouin dibuat dengan cara mencampurkan asam pikrat jenuh: formalin p.a.: asam asetat glasial, dengan perbandingan 15:5:1. Proses pengawetan perendaman di dalam larutan fiksatif dilakukan selama 24 jam. Kemudian pankreas dipindahkan ke dalam larutan alkohol 70. Perendaman di dalam larutan ini berfungsi sebagai stopping point, berarti proses fiksasi dihentikan, dan organ pankreas dapat disimpan di dalam larutan ini sampai tahapan berikutnya dilakukan.

c. Dehidrasi

Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk menarik air dari jaringan secara perlahan-lahan. Dehidrasi dilakukan dengan menggunakan larutan alkohol bertingkat. Sebelum dilakukan dehidrasi, pankreas dipotong menggunakan silet secara melintang menjadi bagian kecil-kecil dengan ukuran 0.5-1.0 cm 3 . Potongan-potongan tersebut lalu dimasukkan ke dalam tissue cassete. Proses penarikan air dilakukan dengan cara merendam tissue cassete berisi sampel ke dalam alkohol bertingkat, yaitu 24 jam di dalam alkohol 80, 24 jam di dalam alkohol 90, dan 24 jam di dalam alkohol 95, dilanjutkan dengan perendaman selama 1 jam di dalam alkohol absolut I, 1 jam di dalam alkohol absolut II, dan 1 jam di dalam alkohol absolut III.

d. Penjernihan

Tahapan ini bertujuan untuk menjenihkan dan menghilangkan sisa larutan alkohol yang tersisa dalam jaringan. Penjernihan dilakukan dengan cara memindahkan tissue cassete berisi sampel dari alkohol absolut III ke dalam xylol I selama 1 jam pada suhu kamar, lalu perendaman dilanjutkan ke dalam xylol II pada suhu kamar selama 1 jam dan xylol III selama 30 menit pada suhu kamar dan 30 menit pada oven bersuhu lebih kurang 60 o C. e. Infiltrasi parafin Tahapan ini dilakukan untuk memudahkan pemotongan jaringan. Parafin dapat larut di dalam xylol, sehingga dalam proses ini diharapkan xylol yang telah masuk ke seluruh bagian organ, dapat digantikan oleh parafin, dengan demikian jaringan mudah dipotong. Setelah tahapan perjernihan selesai jaringan berada dalam xylol III, oven suhu 60 o C, potongan jaringan dikeluarkan dari tissues cassete, lalu dimasukkan ke dalam parafin cair I, II, dan III berturut-turut selama 1 jam. Infiltrasi parafin dilakukan di dalam oven suhu 60 o C. Selanjutnya sampel dicetak dalam parafin.

f. Pencetakan

Dokumen yang terkait

Karakteristik Egg Replacer Dari Isolat Protein Kedelai, Isolat Protein Susu, Pati Jagung, Pati Kentang, Guar Gum, Dan Xanthan Gum

0 35 119

Pengaruh Konsumsi Sumber Protein (Kasein, Tepung Terigu Berprotein Tinggi dan Isolat Protein Kedelai) Terhadap Komposisi Asam Lemak dan Asam Amino Otak Serta Kemampuan Belajar Tikus Percobaan

0 11 14

Sifat Hipoglikemik dan Hipokolestrolemik Protein Kedelai pada TIkus Model Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) Induksi Alloksan

1 14 8

Pengaruh Pemberian Protein Ransum Terhadap Jumlah Sel Limfosit pada Tikus Percobaan

1 6 12

Daya antidiare dan antioksidatif yogurt sinbiotik pada tikus percobaan

0 10 215

Karakteristik Konsentrat Protein Teripang Pasir (Holothuria Scabra J.) Dengan Bahan Pengekstrak Aseton

2 30 14

EFEK ANTIRADANG EKSTRAK AIR TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) TERHADAP TIKUS JANTAN YANG Efek Antiradang Ekstrak Air Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Terhadap Tikus Jantan Yang Diinduksi Karagenin.

0 1 11

PENGARUH EKSTRAK AIR TERIPANG PASIR (Holothuria Pengaruh Ekstrak Air Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Terhadap Kolesterol Total Pada Tikus Hiperlipidemia.

0 1 12

PENGARUH EKSTRAK AIR TERIPANG PASIR (Holothuria Pengaruh Ekstrak Air Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Terhadap Kolesterol Total Pada Tikus Hiperlipidemia.

0 3 14

Potensi Ekstrak, Hidrolisat dan Isolat Protein Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) untuk Menurunkan Kadar Glukosa Darah dan Memperbaiki Profil Sel Beta Pankreas Tikus Diabetes Mellitus

0 0 55