38 serangga. Selain itu, jenis-jenis primata dapat melakukan pergerakan yang lebih
mudah dari strata B untuk berpindah ke strata A atau strata C. Heriyanto Iskandar 2004 menyatakan bahwa surili yang ditemukan di Taman Nasional
Ujung Kulon berada pada ketinggian 20-25 m dari permukaan tanah untuk kegiatan makan, istirahat, bermain dan melakukan perjalanan.
Jenis-jenis mamalia besar lainnya selain ordo primata, merupakan jenis- jenis yang mendiami strata E atau lantai hutan. Jenis-jenis yang teramati
memanfaatkan strata E adalah kijang muncak, babi hutan dan macan tutul. Namun, terdapat dugaan bahwa macan tutul memanfaatkan juga stratifikasi
lainnya untuk beristirahat. Kebutuhan akan satwa mangsanya menyebabkan satwa ini memiliki kebiasaan untuk hidup pada strata terbawah. Payne et al. 2000
menyatakan bahwa beberapa jenis Felidae memiliki sifat terestrial, tetapi juga memanfaatkan strata hutan yang lebih tinggi arboreal.
Kijang muncak dan babi hutan bersifat terestrial, yakni hidup pada lantai hutan. Kijang muncak memanfaatkan lantai hutan dalam memenuhi kebutuhannya
akan rumput sebagai sumber pakan, sedangkan babi hutan memerlukan biota- biota dalam tanah ataupun rumput. Baubet et al. 2003 menyatakan bahwa babi
hutan memiliki kecenderungan memakan cacing tanah sepanjang tahun. Alikodra 2002 menyatakan bahwa variasi jenis-jenis satwaliar di lantai hutan ditentukan
oleh komposisi jenis tumbuhan, kerapatan dan letak tempatnya.
G. Asosiasi Interspesifik
Interaksi merupakan bentuk asosiasi yang terjadi pada makhluk hidup dalam lingkungannya. Hal ini didasari atas sifat yang saling membutuhkan antara setiap
jenis makhluk hidup. Alikodra 2002 menyatakan terdapat bentuk interaksi yang melibatkan antara individu-individu dalam satu jenis yang disebut interaksi
intraspesifik. Selain itu, terdapat juga bentuk interaksi yang melibatkan dua jenis atau lebih yang disebut dengan interaksi interspesifik atau asosiasi interspesifik.
Asosiasi interspesifik diantara jenis-jenis mamalia besar di TNGC memiliki nilai yang bervariasi antara 0,25 hingga 1. Nilai asosiasi yang tertinggi
ditunjukkan antara babi hutan dengan kucing hutan, babi hutan dengan musang
39 luwak serta musang luwak dengan kucing hutan. Matriks asosiasi interspesifik
pada setiap jenis mamalia besar di TNGC disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks asosiasi interspesifik pada jenis-jenis mamalia besar di TNGC
xy Ku
Su Lu
Mo Ba
Ki Mus
Kuc Ma
Ku -
0,33
ns
0,33
ns
0,50
ns
0,33
ns
0,50
ns
0,33
ns
0,33
ns
0,50
ns
Su -
0,50
ns
0,25
ns
0,50
ns
0,67
ns
0,50
ns
0,50
ns
0,67
ns
Lu -
0,67
ns
0,50
ns
0,25
ns
0,50
ns
0,50
ns
0,67
ns
Mo -
0,67
ns
0,33
ns
0,67
ns
0,67
ns
0,33
ns
Ba -
0,67
ns
1,00 1,00
0,25
ns
Ki -
0,67
ns
0,67
ns
0,33
ns
Mus -
1,00 0,25
ns
Kuc -
0,25
ns
Ma -
Keterangan: = Significant Tolak Ho;
ns
= Not Significant Terima Ho
Berdasarkan hasil uji khi-kuadrat, diketahui bahwa diantara jenis-jenis mamalia besar terdapat asosiasi. Asosiasi ini ditunjukkan pada jenis-jenis yang
memiliki nilai asosiasi sebesar 1, yakni babi hutan dengan musang luwak, babi hutan dengan kucing hutan serta musang luwak dengan kucing hutan. Bentuk
asosiasi diantara ketiga jenis ini dapat berupa predasi, yakni kucing hutan yang merupakan satwa karnivora.
Asosiasi diantara babi hutan dan musang luwak berupa interaksi netralisme, yakni kedua jenis mamalia besar tidak saling mempengaruhi. Hal ini dapat
disebabkan tidak terdapat kesamaan diantara kedua jenis ini. Musang luwak merupakan satwa yang bersifat arboreal Suyanto 2002, sedangkan babi hutan
satwa terestrial.
H. Hubungan Keanekaragaman Jenis Mamalia besar dengan Komposisi Vegetasi