25
B. Keanekaragaman Jenis Mamalia besar
Krebs 1989 menyatakan bahwa ada 4 tipe informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data keanekaragaman jenis, yaitu jumlah jenis, jumlah
individu tiap jenis, lokasi yang ditempati oleh individu setiap jenis dan lokasi yang ditempati oleh individu sebagai individu-individu yang terpisah. Jumlah
jenis mamalia besar yang ditemukan di TNGC secara langsung dan tidak langsung melalui suara, jejak kaki, sarang, kotoran yang ditinggalkan serta bekas makan
mamalia besar sebanyak 9 jenis dari 6 famili, yaitu Cercopithecidae 3 jenis dan Lorisidae 1 jenis yang termasuk ke dalam ordo Primata, Suidae 1 jenis dan
Cervidae 1 jenis yang termasuk ke dalam ordo Artiodactyla serta Felidae 2 jenis dan Viverridae 1 jenis termasuk ke dalam ordo Carnivora. Jenis-jenis
mamalia besar yang ditemukan di TNGC disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis-jenis mamalia besar yang ditemukan di TNGC
Nama Lokal Nama Ilmiah
Famili Jumlah individu setiap tipe habitat
HPin HDR
HPeg HSub
Kukang jawa Nycticebus
javanicus Lorisidae
4 Surili
Presbytis aygula Cercopithecidae
32 Lutung budeng
Trachypithecus auratus
Cercopithecidae 18
59 2
Monyet-ekor panjang
Macaca fascicularis
Cercopithecidae 191
2 Babi hutan
Sus scrofa Suidae
2 Kijang muncak
Muntiacus muntjac
Cervidae 1
Musang luwak Paradoxurus
hermaphroditus Viverridae
Kucing hutan Prionailurus
bengalensis Felidae
Macan tutul Panthera pardus
Felidae 1
Keterangan: HPin = Hutan Pinus, HDR = Hutan Dataran Rendah, HPeg = Hutan Pegunungan, HSub = Hutan Subalpin
Umumnya jumlah individu yang ditemukan berdasarkan perjumpaan langsung, diketahui bahwa jumlahnya lebih banyak pada hutan pegunungan. Hal
ini dapat disebabkan jenis-jenis mamalia besar yang terdapat di TNGC telah beradaptasi dengan baik dengan kondisi habitat hutan pegunungan. Sebaliknya
pada habitat hutan subalpin jumlah individu yang ditemukan jauh lebih sedikit.
26 Hal ini terkait dengan perubahan komposisi jenis mamalia besar dengan adanya
peningkatan ketinggian tempat. Keanekaragaman jenis mamalia besar dapat dikelompokkan ke dalam 3
tingkat trofik pemilihan terhadap jenis makanannya, yaitu herbivora makanan utama berupa tumbuhan bawah, daun serta buah, karnivora makanan utama
berupa daging dan omnivora. Berdasarkan hal tersebut, terdapat 3 jenis yang merupakan satwa omnivora, yakni monyet-ekor panjang, kukang jawa dan babi
hutan. Terdapat 2 jenis yang termasuk satwa karnivora, yakni kucing hutan dan macan tutul. Satwa herbivora sebanyak 4 jenis, yakni lutung budeng, surili,
musang luwak dan kijang muncak. Untuk mamalia besar yang bersifat karnivora, yakni kucing hutan dan macan tutul. Jumlah jenis berdasarkan tingkat trofik
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Jumlah jenis mamalia besar berdasarkan tingkat trofik Berdasarkan pengelompokkan jenis mamalia besar menurut tingkat trofik
diketahui bahwa keseimbangan ekosistem pada mamalia besar masih tergolong baik. Hal ini diketahui berdasarkan jumlah jenis herbivora yang lebih banyak dari
omnivora dan karnivora yang membentuk bentuk piramida. Apabila jumlah jenis karnivora lebih banyak dari jumlah jenis herbivora, maka jejaring makanan dalam
ekosistem akan menjadi tidak seimbang. Noerdjito et al. 2005 menyatakan keseimbangan ekosistem telah diatur secara alami melalui mekanisme rangkaian
penyediaan dan keseimbangan jejaring makanan.
27 Pada habitat hutan pinus tidak ditemukan satupun jenis mamalia besar
secara langsung. Hal ini dapat disebabkan tidak tersedianya sumberdaya pakan bagi mamalia besar di habitat hutan pinus. Heriyanto Iskandar 2004
menyatakan bahwa habitat yang baik diketahui dari tersedianya sumber pakan bagi satwaliar.
Jumlah jenis mamalia besar beserta jumlah individunya yang ditemukan dalam suatu kawasan akan berpengaruh terhadap nilai indeks kekayaan jenis
Margalef. Toth Kiss 1999 menyatakan bahwa peningkatan jumlah jenis akan menyebabkan nilai indeks Margalef semakin tinggi. Dikatakan lebih lanjut bahwa
bila jumlah individu setiap jenis yang meningkat akan menyebabkan nilai indeks Margalef semakin menurun.
Dalam penghitungan terhadap keanekaragaman jenis mamalia besar di TNGC didapatkan nilai indeks kekayaan jenis Margalef berkisar antara nilai 0,19-
1,09 pada setiap tipe habitat. Untuk nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener berkisar antara 0,29-1,01. Nilai indeks kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis
pada setiap tipe habitat disajikan pada Tabel 6. Secara lebih rinci, nilai indeks kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis disajikan pada Lampiran 22.
Tabel 6. Nilai indeks kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis pada setiap tipe habitat
Tipe Habitat Indeks Kekayaan Jenis
Indeks Keanekaragaman Jenis Hutan dataran rendah
0,19 0,29
Hutan pegunungan 1,09
1,01 Hutan subalpin
0,91 0,64
Seluruh habitat 1,04
1,00
Keanekaragaman jenis mamalia besar lebih tinggi pada habitat hutan pegunungan dibandingkan habitat lainnya. Hal ini disebabkan TNGC yang
merupakan kawasan pegunungan yang lebih luas dari habitat lainnya. Zorenko Leontyeva 2003 menyatakan bahwa faktor luasan mempengaruhi nilai indeks
yang dimiliki. Soerianegara Indrawan 2002 menambahkan bahwa ukuran contoh yang semakin besar menyebabkan jumlah jenis yang ditemukan
bertambah. Keanekaragaman jenis mamalia besar di TNGC tergolong rendah. Zorenko
Leontyeva 2003 pada keaneakaragaman jenis mamalia di Riga, didapatkan
28 nilai indeks kekayaan jenis Margalef yang bervariasi antara 0,58-4,43.
Ditambahkan lebih lagi pada indeks kekayaan jenis Shannon-Wiener, keanekaragaman jenis dikatakan tinggi bila nilainya lebih dari 3,5 Soerianegara
1996. Tipe-tipe habitat yang terdapat di TNGC memiliki pengaruh yang nyata
terhadap keanekaragaman jenis mamalia besar yang ditemukan. Berdasarkan uji khi-kuadrat, diketahui bahwa nilai uji khi-kuadrat hitung χ²
hitung
sebesar 443,09. Nilai ini lebih besar dari khi-kuadrat tabel χ²
tabel 0,05;30
sebesar 43,77. Keanekaragaman jenis mamalia besar yang rendah, dipengaruhi atas kondisi hutan
di TNGC yang cenderung telah terganggu. Hal ini menyebabkan hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat bertahan dalam kondisi yang terganggu. Tobing 2002
menyatakan bahwa jenis-jenis yang dapat beradaptasi pada gangguan maka akan tetap lestari.
Jenis-jenis yang ditemukan umumnya adalah jenis-jenis yang dapat hidup pada habitat hutan sekunder atau hutan terganggu, antara lain surili, monyet-ekor
panjang, kijang muncak dan babi hutan Supriatna Wahyono 2000; Payne et al. 2000; Farida et al. 2003.
Keanekaragaman jenis di suatu kawasan dipengaruhi oleh keanekaragaman dan kualitas habitat, keberadaan kompetitor dan gangguan dari aktivitas manusia
yang berupa konversi hutan, pembakaran hutan serta Sodhi 2004; Gunawan et al. 2005. Faktor gangguan merupakan faktor utama terhadap rendahnya
keanekaragaman jenis mamalia besar pada TNGC. Gangguan-gangguan yang ditemukan pada TNGC, yaitu kebakaran hutan, konversi hutan menjadi lahan
perkebunan serta perburuan liar. Banyaknya pendakian di Gunung Ciremai dapat juga menjadi faktor terganggunya satwaliar
C. Kemerataan Jenis