6 yaitu: strata di atas tajuk, strata tajuk paling atas, strata tajuk tengah dan strata
lantai hutan. Alikodra 2002 menyatakan bahwa setiap stratum mempunyai kemampuan
untuk mendukung kehidupan jenis-jenis satwaliar tertentu. Satwa arboreal yang memanfaatkan strata atas diantaranya adalah ordo Primata, Chiroptera serta
Rodentia, sedangkan satwa terestrial yang memanfaatkan lantai hutan ditunjukkan diantaranya ordo Perissodactyla dan Artiodactyla Payne et al. 2000.
D. Populasi dan Penyebaran Mamalia
Populasi memiliki batasan dalam bidang pengelolaan satwaliar, yakni kelompok organisme yang terdiri dari individu-individu satu spesies yang mampu
menghasilkan keturunan yang sama dengan tetuanya Alikodra 2002. Vaughan 1985 menyatakan bahwa populasi mamalia umumnya berada pada keadaan
dinamis yang seimbang dan cenderung stabil dalam batas kepadatan tertentu melalui proses interaksi seperti kompetisi, perkembangbiakan, pemangsaan,
pemencaran dan penyakit. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup satwaliar, terdapat suatu pola
penyebaran satwa yang merupakan strategi dari individu atau kelompok suatu organisme Alikodra 2002. Saimin 2001 menyatakan bahwa pola penyebaran
individu maupun kelompok satwa disebabkan oleh faktor-faktor seperti aktivitas mencari makanan, persaingan untuk mendapatkan makanan, konflik antar
individu atau kelompok dan lainnya untuk kelangsungan hidup satwaliar. Struktur vegetasi merupakan bagian dari komponen biotik yang terdapat
pada suatu habitat. Struktur vegetasi memiliki peranan yang penting terhadap pergerakan dan penyebaran satwaliar Alikodra 2002. Pencampuran beberapa
jenis tumbuhan merupakan salah satu faktor ekologi yang penting. Pada hutan yang terdiri dari tegakan murni dan berumur sama memiliki jumlah jenis satwa
yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan hutan campuran dengan diversifikasi umur. Faktor yang mempengaruhi jumlah jenis satwaliar yang ditemukan pada
suatu habitat adalah keanekaragaman tipe habitat serta kualitas habitat tersebut Fithria 2003.
7 Faktor abiotik yang berpengaruh pada keanekaragaman jenis adalah
ketinggian tempat. Perubahan ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap komposisi vegetasi yang terdapat di suatu kawasan. Dalam bukunya, van Steenis
2006 menyatakan bahwa pada hutan pegunungan di Jawa, komposisi vegetasi yang ditemukan pada ketinggian diatas 2000 mdpl lebih sedikit dibandingkan
dengan ketinggian dibawah 2000 mdpl. Mackinnon 1982 dalam Alikodra 2002 menyatakan bahwa kenaikan ketinggian suatu tempat akan diikuti dengan
penurunan dalam kekayaan jenisnya. Adhikerana Komeda 1997 menambahkan bahwa pada ketinggian yang lebih rendah lebih banyak jumlah
jenisnya.
E. Konservasi Mamalia