19 regresi, digunakan program SPSS 11.5 dengan nilai uji nyata 0,05 dan tidak
nyata 0,05. Dalam hubungannya dengan ketinggian tempat, keanekaragaman jenis
mamalia besar dihitung berdasarkan selang ketinggian tempat 300 m. Setiap kenaikan ketinggian sebesar 300 m, dihubungkan dengan keanekaragaman jenis
mamalia besar yang ditemukan secara langsung ataupun tidak langsung pada selang ketinggian tersebut.
Hubungan dengan komposisi vegetasi, memperhatikan hubungan antara kerapatan vegetasi dengan keanekaragaman jenis mamalia besar. Selain itu,
menghubungkan juga kerapatan vegetasi yang digunakan sebagai sumber pakan mamalia besar dengan keanekaragaman mamalia besar. Data kerapatan vegetasi
menggunakan data kerapatan vegetasi pada setiap tipe habitat.
10. Hubungan Tipe Habitat dengan Indeks Heterogenitas
Untuk menentukan pengaruh antara tipe-tipe habitat terhadap kekayaan jenis, keanekaragaman jenis serta kemerataan jenis, maka dilakukan uji khi-
kuadrat dengan persamaan Walpole 1997 sebagai berikut:
χ
2
=
∑
=
−
k i
Ei Ei
Oi
1 2
Keterangan : O
i
= Frekuensi hasil pengamatan E
i
= Frekuensi yang diharapkan Pada pengujian ini, digunakan hipotesa sebagai berikut:
H : Tipe-tipe habitat tidak mempengaruhi keanekaragaman jenis mamalia besar
H
1
: Tipe-tipe habitat mempengaruhi keanekaragaman jenis mamalia besar Pengambilan kesimpulan atas uji hipotesis tersebut dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut: Jika
χ
2 hitung
χ
2 tabel
, maka tolak H Jika
χ
2 hitung
χ
2 tabel
, maka terima H
o
Pengujian akan dilakukan pada selang kepercayaan 95 dengan derajat bebas db = b-1 k-1, dengan b = baris dan k = kolom.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Habitat
Tipe-tipe habitat yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC diklasifikasikan menjadi 4 tipe habitat, yakni sebagai berikut:
hutan pinus, hutan dataran rendah, hutan pegunungan dan hutan sub alpin. Vegetasi yang terdapat pada keempat tipe habitat ini cenderung beragam. Jumlah
jenis tumbuhan yang dapat teridentifikasi sebanyak 57 jenis dari 35 famili. Berdasarkan familinya, Moraceae memiliki jumlah jenis yang terbanyak yakni
sebanyak 10 jenis, lalu famili Lauraceae dan Euphorbiaceae sebanyak 8 jenis. Secara lebih rinci, jenis-jenis tumbuhan yang teridentifikasi disajikan pada
Lampiran 1.
1. Habitat Hutan Pinus
Dalam kawasan TNGC terdapat habitat hutan pinus yang sebelumnya menjadi kawasan Perhutani. Pada habitat ini, terdapat beberapa lahan garapan
masyarakat berupa kebun. Interaksi masyarakat pada habitat ini cukup sering, terlihat dengan aktivitas masyarakat dalam mengambil rumput untuk kebutuhan
ternak. Perbedaan komposisi vegetasi lebih ditunjukkan pada tingkat pertumbuhan
tumbuhan bawah. Tumbuhan kaliandra merupakan vegetasi yang dominan ditemukan pada habitat ini. Vegetasi yang terdapat pada hutan pinus ini sebagian
besar adalah tumbuhan bawah dan beberapa jenis alang-alang. Tumbuhnya alang- alang disebabkan penutupan tajuk pada habitat hutan pinus yang terbuka
mempengaruhi tumbuhnya tumbuhan-tumbuhan pionir yakni alang-alang. Pada tingkat pertumbuhan semai, didominasi oleh kiseer dengan INP
sebesar 100. Pada vegetasi tumbuhan bawah, didominasi oleh kaliandra dengan IPN sebesar 44,30. Untuk tingkat pertumbuhan pancang, didominasi oleh pohon
simpur dengan INP sebesar 76,19. Pohon pinus mendominasi pada tingkat pertumbuhan tiang INP= 219,74 dan pohon INP=226,99. Jenis-jenis
tumbuhan yang mendominasi pada habitat hutan pinus disajikan pada Tabel 1 dan secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2-6.