Ekologi Mamalia Habitat TINJAUAN PUSTAKA

4 taraf perekonomian masyarakat, serta peningkatan penelitian dalam menemukan konsep yang tepat dalam pengelolaan satwaliar. Keanekaragaman jenis merupakan satu hal yang paling mendasar dalam keanekaragaman hayati. BAPPENAS 2003 menyatakan bahwa keanekaragaman jenis tidak diukur dari banyaknya jenis di suatu daerah tertentu, tetapi juga dari keanekaan takson yaitu klas, famili atau ordo. Pengetahuan mengenai hal ini akan memberi manfaat dalam pengelolaan kawasan tersebut. Berdasarkan Checklist of The Mammals of Indonesia , keanekaragaman jenis mamalia yang terdapat di Indonesia sebanyak 701 jenis Suyanto et al. 2002.

B. Ekologi Mamalia

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya Soerianegara Indrawan 2002. Suatu sistem ekologi akan tercipta bila terjadi hubungan yang erat antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Mamalia merupakan salah satu kelas vertebrata yang memiliki hubungan dengan kondisi lingkungannya. Salah satu sifat dari mamalia adalah memiliki sifat homoitherm, yaitu suhu tubuhnya dapat diatur menyesuaikan dengan suhu lingkungan. Feldhamer et al. 1999 menyatakan bahwa mamalia dapat tinggal pada lingkungan yang ekstrim berdasarkan ketinggian tempat serta pada kondisi hujan ataupun bersalju. Selanjutnya dikatakan lagi, bahwa setiap jenis makhluk hidup membutuhkan makanan untuk dapat bertahan hidup dalam komunitasnya. Mamalia membutuhkan energi dan nutrisi untuk dapat tumbuh, beraktivitas dan berkembang biak agar tetap bertahan hidup. Berdasarkan keragaman jenis makanan pada satwa, Soemarwoto 2004; Noerdjito et al. 2005 membaginya ke dalam 3 kelompok, yaitu : a. Monophagus, jenis satwa yang hanya dapat memanfaatkan satu jenis makanan saja. b. Oligophagus, jenis satwa yang dapat memanfaatkan beberapa jenis makanan. c. Poliphagus, jenis satwa yang memiliki keragaman jenis makanan yang tinggi. Pembagian tipe pakan berdasarkan jenis makanannya yaitu: insectivora pemakan serangga, herbivora pemakan tumbuhan, karnivora pemakan satwa 5 lainnya serta omnivora pemakan satwa dan tumbuhan. Alikodra 2002 menyatakan bahwa herbivora memerlukan kuantitas dan kualitas makanan berkaitan dengan kandungan gizi makanan. Karnivora lebih mementingkan kuantitas dan ketersediaan makanan dari pada kualitasnya.

C. Habitat

Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup berkembangbiaknya satwaliar Alikodra 2002. Hutan merupakan habitat alami yang terutama bagi begitu banyak jenis tumbuhan dan satwa. Perubahan habitat dapat membawa dampak terhadap terciptanya suatu masalah. Kartono et al. 2003 menambahkan bahwa kerusakan habitat dapat menyebabkan penurunan kekayaan jenis dan penurunan tersebut akan terlihat lebih jelas pada habitat terisolasi yang berukuran kecil dibandingkan pada habitat tidak terisolasi yang besar. Harmonis 2005 menyatakan bahwa kerusakan habitat melalui perambahan hutan merupakan salah satu penyebab yang memungkinkan terjadinya kerentanan kepunahan jenis satwaliar di Kalimantan Timur. Habitat yang sesuai bagi satu jenis satwaliar belum tentu sesuai untuk jenis lainnya. Hal ini disebabkan bahwa setiap jenis satwaliar menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda Alikodra 2002. Beberapa jenis mamalia yang dapat ditemukan pada habitat hutan sekunder yaitu: pelanduk kancil Tragulus javanicus , kijang muncak Muntiacus muntjak serta musang luwak Paradoxurus hermaphroditus Payne et al. 2000; Suyanto 2002. Jenis-jenis mamalia yang dapat ditemukan pada tipe habitat hutan primer antara lain: lutung surili Presbytis comata, lutung budeng Trachypithecus auratus dan teledu sigung Mydaus javanensis Suyanto 2002. Suatu masyarakat satwaliar dapat dibedakan menurut perbedaan lapisan hutan. Soerianegara Indrawan 2002 menyatakan bahwa stratifikasi dalam hutan hujan tropis adalah sebagai berikut stratum A tinggi 30m, stratum B tinggi 20-30m, stratum C tinggi 4-20m, stratum D tinggi 1-4m dan stratum E tinggi 0-1m. Arief 1999 membagi mamalia berdasarkan pemanfaatan strata 6 yaitu: strata di atas tajuk, strata tajuk paling atas, strata tajuk tengah dan strata lantai hutan. Alikodra 2002 menyatakan bahwa setiap stratum mempunyai kemampuan untuk mendukung kehidupan jenis-jenis satwaliar tertentu. Satwa arboreal yang memanfaatkan strata atas diantaranya adalah ordo Primata, Chiroptera serta Rodentia, sedangkan satwa terestrial yang memanfaatkan lantai hutan ditunjukkan diantaranya ordo Perissodactyla dan Artiodactyla Payne et al. 2000.

D. Populasi dan Penyebaran Mamalia