17 pertemuan langsung dan tidak langsung. Persamaan yang digunakan untuk
mendapatkan nilai indeks Jaccard, adalah: JI =
c b
a a
+ +
Keterangan: a = Pada kedua habitat ditemukan jenis yang sama b = Mamalia besar hanya ditemukan pada habitat A
c = Mamalia besar hanya ditemukan pada habitat B
6. Pendugaan Populasi
Persamaan yang dapat digunakan untuk menduga kepadatan populasi suatu jenis mamalia berdasarkan metode transek jalur antara lain adalah persamaan
King
King Methods
. Metode ini digunakan oleh Jamaludin 2007 dalam melakukan pendugaan populasi terhadap babi hutan sulawesi
Sus celebensis
. Bentuk persamaan penduga kepadatan populasi satwa untuk setiap jalur:
D
j
=
Lw x
i
2
∑
atau D
j
= a
x
i
∑
Keterangan: D
j
= Kepadatan populasi dugaan untuk jalur ke-j indha X
i
= Jumlah individu yang dijumpai pada kontak ke-i individu L = Panjang transek jalur pengamatan m
w = Lebar kiri atau kanan jalur pengamatan m a = Luas jalur setiap pengamatan ha
i = Kontak pengamat dengan satwaliar Jika pengamatan dilakukan lebih dari satu jalur pengamatan pada lokasi
studi, maka ukuran populasi untuk seluruh wilayah pengamatan adalah: P =
∑ ∑
×
j j
j
a A
D a
.
Keterangan: P = ukuran populasi dugaan ind A = luas total areal yang diteliti ha
a
j
= luas jalur pengamatan ke-j ha
7. Pemanfaatan Stratifikasi dan Waktu Aktivitas
Analisis pada pemanfaatan stratifikasi dan waktu aktivitas, yakni dengan memperhatikan jumlah individu setiap jenis mamalia besar dalam memanfaatkan
strata hutan serta waktu untuk beraktivitas.
18
8. Asosiasi Interspesifik
Asosiasi interspesifik dihitung dengan menggunakan indeks Jaccard Ludwig Reynolds 1988. Asosiasi ini memperhatikan jenis-jenis mamalia
besar berdasarkan perjumpaan langsung atau tidak langsung di lapangan. Persamaan yang digunakan adalah:
JI = c
b a
a +
+ Untuk menentukan keberadaan 2 jenis mamalia berasosiasi atau saling
bebas, maka dilakukan uji khi-kuadrat dengan persamaan Ludwig Reynolds 1988 sebagai berikut:
χ
2
=
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
2 2
2 2
d E
d E
d c
E c
E c
b E
b E
b a
E a
E a
− +
− +
− +
− , dimana
Ea = a+ba+cN Eb = a+bb+dN
Ec = c+da+cN Ed = c+db+dN
Keterangan: a = kedua jenis mamalia berada pada lokasi yang sama b = Pada lokasi A hanya terdapat satu jenis mamalia besar
c = Pada lokasi B hanya terdapat satu jenis mamalia besar d = kedua jenis mamalia tidak berada pada lokasi yang sama
Pengujian dilakukan dengan menggunakan selang kepercayaan 95. Hipotesa yang disusun dalam menguji asosiasi interspesifik, yaitu:
H : Tidak terdapat asosiasi antara jenis mamalia besar.
H
1
: Terdapat asosiasi antara jenis mamalia besar. Pengambilan kesimpulan atas uji hipotesis tersebut dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut: Jika
χ
2 hitung
χ
2 tabel
, maka tolak H Jika
χ
2 hitung
χ
2 tabel
, maka terima H
o
9. Hubungan Keanekaragaman Jenis Mamalia Dengan Ketinggian Tempat dan Komposisi Vegetasi
Untuk menentukan hubungan keanekaragaman jenis mamalia dengan ketinggian tempat dan komposisi vegetasi digunakan uji regresi. Data
keanekaragaman jenis mamalia besar meliputi seluruh jenis mamalia besar yang teramati secara langsung ataupun secara tidak langsung. Dalam melakukan uji
19 regresi, digunakan program SPSS 11.5 dengan nilai uji nyata 0,05 dan tidak
nyata 0,05. Dalam hubungannya dengan ketinggian tempat, keanekaragaman jenis
mamalia besar dihitung berdasarkan selang ketinggian tempat 300 m. Setiap kenaikan ketinggian sebesar 300 m, dihubungkan dengan keanekaragaman jenis
mamalia besar yang ditemukan secara langsung ataupun tidak langsung pada selang ketinggian tersebut.
Hubungan dengan komposisi vegetasi, memperhatikan hubungan antara kerapatan vegetasi dengan keanekaragaman jenis mamalia besar. Selain itu,
menghubungkan juga kerapatan vegetasi yang digunakan sebagai sumber pakan mamalia besar dengan keanekaragaman mamalia besar. Data kerapatan vegetasi
menggunakan data kerapatan vegetasi pada setiap tipe habitat.
10. Hubungan Tipe Habitat dengan Indeks Heterogenitas