9
C. Kondisi Fisik 1. Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai termasuk ke dalam tipe iklim B. Jumlah hari hujan merata
sepanjang tahun dengan kisaran curah hujan per tahun 2000 – 4000 mmtahun. Kelembaban udara di TNGC pada malam hari berkisar antara 94 – 99,
sedangkan pada siang hari berkisar antara 63-92. Suhu udara berkisar 15 – 20
o
C pada saat malam hari, sedangkan pada saat siang hari berkisar 19 – 24
o
C.
2. Topografi
Gunung Ciremai merupakan salah satu gunung tertinggi yang terdapat di Indonesia dengan ketinggian 3.078 mdpl. Pada umumnya topografi kawasan
TNGC bergelombang, berbukit dan bergunung. Kemiringan lahan yang termasuk landai 0-8 hanya 26,52, sedangkan kemiringan yang diatas 8 sebesar
73,48.
3. Hidrologi
Potensi hidrologis Gunung Ciremai di kawasan timur Kuningan meliputi 43 sungai dan 156 sumber air, sebanyak 147 titik sumber mata air mengalirkan air
sepanjang tahun dengan rata-rata debit 50 – 2000 literdetik. Pada kawasan barat Majalengka terdapat 36 sumber mata air dan 7 sungai dengan debit berkisar
antara 50 – 200 literdetik untuk debit sungai dan 0,5 – 40 literdetik untuk debit sumber mata air.
4. Tanah
Kelompok hutan Gunung Ciremai memiliki pola penyebaran jenis tanah meliputi: regosol coklat kelabu, asosiasi regosol kelabu, latosol, kelompok
asosiasi andosol coklat dan regosol, kelompok latosol coklat serta latosol coklat kemerahan.
5. Vulkanologi dan Geologi
Gunung Ciremai termasuk gunung api kuarter aktif, tipe A yakni, gunung api magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600, dan berbentuk kerucut.
Gunung ini merupakan gunung api soliter, yang dipisahkan oleh zona sesar
10 Cilacap – Kuningan dari kelompok gunung api Jawa Barat bagian timur yang
terletak pada zona Bandung. Letusan G. Ciremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937
dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan
kerusakan yang berarti. Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan
struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ciremai terjadi
tahun 1990 dan tahun 2001.
D. Kondisi Hayati 1. Vegetasi