1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai,
mempersiapkan peserta didik, dan memberikan motivasi untuk membangun percaya diri siswa,
2. Guru mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari 4 siswa, 3.
Guru membagikan kartu kerja tingkat pertama kepada peserta didik yang berisi rangkaian instruksi untuk mengingat kembali materi prasyarat
connecting, 4.
Guru memberikan kartu kerja tingkat dua yang menuntut siswa untuk menggunakan
pengetahuan mereka
dalam memahami
materi Organizing,
5. Guru memberikan kartu ke tiga sebagai tahapan bagi siswa untuk
merefleksi hasil yang diperoleh dari langkah 3 dan 4, 6.
Guru meminta perwakilan dari kelompok untuk mengungkapkan pendapat masing-masing kemudian guru memberikan penguatan dari
pendapat masing-masing kelompok Reflecting, 7.
Guru memberikan kartu terakhir yang berisi rangkaian latihan soal untuk mengembangkan dan memperdalam pemahaman siswa Extending,
8. Guru melakukan evaluasi.
2.1.10 Kemampuan Pemecahan Masalah
Suherman dalam Husna 2013:83 berpendapat bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya. Artinya suatu persoalan dapat disebut masalah apabila penyelesaian dari persoalan tersebuat memerlukan tahapan-
tahapan yang tidak biasa dalam menyelesaikannya. Apabila seorang siswa diberikan persoalan, namun siswa dapat menyelesaikan secara langsung
persoalan tersebut, maka persoalan tersebut bukanlah suatu masalah. Jadi, suatu pertanyaan akan merupakan masalah hanya jika seseorang tidak
mempunyai aturanhukum terrentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut Hudojo,1988:119.
Solving problem is not only a goal of learning mathematics but also a major means of doing so NCTM:2000. Menurut Coney mengajarkan
penyelesaian masalah kepada peserta didik, memungkinkan peserta didik itu menjadi lebih analitik di dalam mengambil keputusan dalam hidupnya
Hudojo, 1988:119. Artinya dengan pemecahan masalah seorang peserta didik akan mampu mengambil keputusan yang lebih baik di dalam hidupnya
karena peserta didik terlatih untuk mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan mengkaji ulang hasil yang telah diperoleh. Jadi,
pemecahan masalah merupakan keterampilan dasar yang wajib dimiliki oleh peserta didik.
Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah matematika. Dalam mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematika digunakan beberapa indikator. Menurut Sumarmo dalam Husna 2013:84 indikator yang dimaksud adalah
sebagai berikut: 1 mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanya, dan
kecukupan unsur; 2 membuat model matematika; 3 menerapkan strategi menyelesaikan
masalah dalamdiluar
matematika; 4
menjelaskanmengiterpretasikan hasil; 5 menyelesaikan model matematika dan masalah nyata; dan 6 menggunakan matematika secara bermakna.
Menurut Polya dalam How to Solve It pemecahan masalah dapat dilakukan melalui empat langkah yaitu understanding the problem, devising a plan,
carrying out the plan, and looking back Yuan, 2013:98. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini kemampuan pemecahan masalah siswa diukur
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah Polya yaitu memahami masalah, menyusun rencana menyelesaikan masalah, melaksanakan rencana
penyelesaian masalah, dan melakukan pengecekan kembali. Dengan langkah pembelajaran tersebut seorang siswa akan terbiasa dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan
dengan mengaitkannya
dalam permasalahan nyata atau dengan pengalaman yang pernah dialami. Selain itu,
siswa akan memiliki sikap positif dalam menghargai kegunaan matematika, meningkatkan rasa ingin tahu, bersikap ulet, serta percaya diri dalam
mempelajari matematika. Oleh karena itu diharapkan seorang guru agar menggunakan langkah pemecahan masalah dalam mengajarkan matematika.
2.1.11 Percaya Diri