Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 dengan Pembelajaran CORE

masih dapat mengendalikan suasana kelas sehingga pembelajaran dapat berlangsung sesuai RPP. Pada awal pembelajaran, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengkoneksi pengetahuan yang dimiliki siswa. Pada tahap ini siswa merasa kesulitan dalam mengingat materi untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Setelah itu guru mengelompokkan siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi kubus dan balok. Selain itu guru memberikan permasalahan pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan. Selanjutnya guru meminta perwakilan kelompok untuk merefleksikan hasil diskusi kelompoknya. Namun sama dengan kelas eksperimen 1, pada kegiatan ini tidak ada kelompok yang memeberikan perwakilannya. Untuk mengatasi hal ini guru menunjuk secara acak kelompok untuk maju dan mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Pada pertemuan selanjutnya berjalan sesuai dengan langkah-langkah pada RPP. Permasalahan yang muncul sama dengan pertemuan pertama yaitu kebingungan siswa dalam memahami materi. Kebingungan siswa dikarenakan siswa hanya diberikan materi dan diminta untuk mendiskusikan materi tersebut bersama kelompoknya. Secara umum siswa cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa menerima cara pembelajaran yang baru sehingga siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang monoton. Hal ini juga dapat dilihat pada lembar aktifitas siswa yaitu pada pertemuan pertama persentase aktifitas siswa sebesar 55, pertemuan kedua 62,5, dan pertemuan ketiga sebesar 70. Dari pengamatan aktifitas siswa juga terlihat bahwa pertemuan kedua dan ketiga siswa cenderung lebih berani dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti meskipun masih terdapat beberapa siswa yang harus ditunjuk agar berkenan memberikan pendapat.

4.3.3 Pembelajaran Kelas Kontrol dengan Pembelajaran Langsung

Pembelajaran pada kelas kontrol dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran biasa yang dilakukan di SMP N 1 Karanganyar yaitu pembelajaran langsung. Pada penelitian ini, peneliti juga berperan sebagai pengajar di kelas kontrol. Dalam pembelajaran di kelas kontrol dilakukan 4 kali pertemuan, dimana 3 kali pertemuan pembelajaran dan 1 kali pertemuan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol terdiri dari pendahuluan, inti, dan penutup. Pada pendahuluan peneliti mengajak siswa dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti dalam kelas kontrol dilakukan dengan pemberian dan penjelasan materi oleh peneliti, pemberian contoh soal, dan latihan soal. Untuk penutup siswa melakukan kuis dan menyimpulkan hasil pembelajaran. Secara umum pembelajaran berlangsung lancar, namun pada pembelajaran siswa terlihat bosan dan tidak aktif dalam kegiatan. Siswa juga masih tidak percaya pada kemampuannya dalam pengerjaan soal. Hal ini nampak dari siswa yang masih berdiskusi ketika mengerjakan soal. Siswa juga terlihat masih kurang mahir dalam menyelesaikan masalah. Beberapa siswa juga terlihat mengobrol dengan teman sebangkunya saat pembelajaran berlangsung. Hal ini juga dapat dilihat pada lembar aktifitas siswa yaitu pada pertemuan pertama persentase aktifitas siswa sebesar 55, pertemuan kedua dan pertemuan ketiga sebesar 57,5.

4.3.4 Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah

Setelah dikenakan perlakuan yang berbeda pada ketiga kelas sampel, ketiga kelas diberikan tes untuk memperoleh data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian diolah sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. Langkah awal dalam pengolahan data adalah dengan melakukan uji normalitas dan homogenitas. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh fakta bahwa data hasil evaluasi berdistribusi normal dan homogen. Sehingga untuk pengujian selanjutnya digunakan statistika parametris. Berdasarkan hasil perhitungan uji proporsi satu pihak pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 diketahui proporsi siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 70 pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 lebih dari 75. Pengujian yang selanjutnya yaitu uji kesamaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Karanganyar Tahun 20142015. Pengujian kesamaan rata-rata ini dilakukan dengan uji ANAVA. Berdasarkan uji ANAVA diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa antara kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol. Karena terdapat perbedaan yang signifikan maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut. Uji lanjut yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Scheffe. Uji