Analisa Bentuk dan Masa Bangunan Sebagai Potensi Pembentuk Citra Kawasan

5.3 Analisa Bentuk dan Masa Bangunan Sebagai Potensi Pembentuk Citra Kawasan

Sebagaimana kita ketahui bahwa pada kawasan ini telah ditetapkan bahwa ada tiga node yang sangat kuat di dalam dua kawasan yang menjadi pembahasan di dalam penelitian ini. Bangunan tersebut adalah Mesjid Raya dan Istana Maimoon serta Kolam Deli yang berada pada jalur yang menghubungkan Kawasan Mesjid Raya dan Kawasan Istana Maimoon. Selanjutnya dapat dijelaskan berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bahwa pada kawasan ini terdapat banyak bangunan ruko yang didirikan di sepanjang jalan Sisingamangaraja Kawasan Mesjid Raya dan jalan Brigjen Katamso Kawasan Istana Maimoon. Berdasarkan pemahaman building form and massing dimana pengertiannya melihat bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar massa yang ada. Berdasarkan pemahaman tersebut seharusnya pengembangan kawasan terutama kepada nilai-nilai estetika kawasan pada Kawasan Mesjid Raya dan Kawasan Istana Maimoon akan memanfaatkan keberadaan Mesjid Raya, Istana Maimoon dan Kolam Deli untuk digunakan sebagai kekuatan lokal dalam melakukan pengembangan estetika bangunan yang berorientasi pada nilai arsitektur pada ketiga bangunan dan kawasan tersebut. Namun dalam kenyataannya hanya beberapa bangunan saja yang memiliki hubungan estetika terhadap ketiga node dan landmark kawasan tersebut, antara lain bangunan Yuki Simpang Raya, Hotel Madani dan Bangunan Perpustakaan Daerah Universitas Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara. Keberadaan bangunan setelah bangunan-bangunan tersebut hampir tidak memiliki keterkaitan terutama secara estetika. Untuk lebih jelas lagi perhatikan Gambar 5.5 berikut dibawah ini. Gambar 5.5 Gambar bangunan-bangunan yang masih memiliki nilai-nilai estetika dengan Mesjid Raya, Istana Maimoon dan Kolam Deli Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013 Selanjutnya didalam pemahaman building form and massing dijelaskan bahwa dalam suatu penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar massa seperti ketinggian Universitas Sumatera Utara bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, dan garis langit horizontal skyline menjadi dinamis serta menghindari adanya lost space ruang tidak terpakai. 5.3.1 Ketinggian bangunanskyline masa bangunan Ketinggian bangunan pada Kawasan Mesjid Raya dan Kawasan Istana Maimoon yaitu disepanjang jalan Sisingamangaraja dan sepanjang jalan Brigjen. Katamso memiliki ketinggian rata-rata yaitu setinggi 4 lantai. Namun untuk beberapa bangunan memiliki ketinggian diatas 4 lantai. Untuk memberikan kesempatan agar bangunan yang berfungsi sebagai node yaitu bangunan Mesjid Raya, ada baiknya dikeluarkan suatu ketentuan bahwa semakin dekat dengan bangunan Mesjid Raya dan Istana Maimoon, maka ketinggian bangunan harus lebih rendah dari kedua bangunan tersebut. Hal ini memberikan kesempatan kepada bangunan Mesjid Raya dan Istana Maimoon untuk dapat terlihat sebagai bangunan yang mempengaruhi terbentuknya citra kawasan. Kenyataannya pada daerah penelitian hal tersebut tidak terjadi, dan menyebabkan karakter bangunan tersebut hilang dengan lahirnya bangunan-bangunan baru yang berusaha menonjolkan karakter masing-masing tanpa bersinergi dengan estetika dari kedua bangunan tersebut. Untuk lebih jelas lagi Kondisi skyline masa bangunan kawasan penelitian Jalan Sisingamangaraja perhatikan Gambar 5.6. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6 Kondisi skyline masa bangunan kawasan penelitian Jalan Sisingamangaraja Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6 Lanjutan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6 Lanjutan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6 Lanjutan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6 Lanjutan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6 Lanjutan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6 Lanjutan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6 Lanjutan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6 Lanjutan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan observasi atas jajaran ketinggian bangunan yang membentuk skyline maka secara umum dapat dianalisis bahwa skyline yang terbentuk oleh bangunan komersial hotel dan deretan ruko sebagai alih fungsi rumah tinggal masih dalam keteraturan yang wajar dalam artian tidak kontras satu antar lainnya. Komposisi ketinggian juga cukup terjaga dengan membetuk garis skyline yang linear. Patut ditambahkan bahwa peraturan ketinggian bangunan yang dikenakan di kawasan ini cukup ketat mengingat kedekatan dengan bandara udara Polonia yang mensyaratkan KKOP setinggi maksimal 4 lantai karenanya dapat difahami bahwa keteraturan skyline kawasan ini cukup terjaga dengan baik. Skyline ini memperoleh node pada bagian masjid raya dan mall di satu ujung sementara ujung lain memperoleh potensi node yang menarik karena bangunan tower PDAM. 5.3.2 Material, tekstur dan warna Berdasarkan hasil pengamatan langgam pada Kawasan Mesjid Raya dan Kawasan Istana Maimoon, dimana pada kawasan ini memiliki rentang waktu yang sangat berbeda antara satu bagian kawasan dengan bagian kawasan lainnya, maka kondisi yang menyakut kepada faktor material, tekstur dan warna selalu menyesuaikan dengan kondisi waktu dari pendirian bangunan-bangunan yang ada pada kedua kawasan tersebut. Perubahan yang menyangkut pada material, tekstur dan warna sangat dipengaruhi dari ketersediaan ketiganya pada saat bangunan berdiri. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu bangunan-bangunan pada kawasan ini sangat beragam terutama terhadap pengaruh dari material, tekstur dan warna. Hasil wawancara mengenai fisik arsitektural bangunan yang sangat memberikan pengaruh material, tekstur dan warna terhadap lingkungan adalah sebagai berikut 12 dipengaruhi oleh material, tekstur dan warna bangunan Hotel, 18 dipengaruhi oleh material, tekstur dan warna bangunan Ibadah, 20 dipengaruhi oleh material, tekstur dan warna dari bangunan Istana, 14 dipengaruhi oleh material, tekstur dan warna dari bangunan landmark PDAM, 10 dipengaruhi oleh material, tekstur dan warna dari bangunan Mall, 5 dipengaruhi oleh material, tekstur dan warna dari bangunan Sekolah, 9 dipengaruhi oleh material, tekstur dan warna dari Kolam Raja, 6 dipengaruhi oleh material, tekstur dan warna dari bangunan pemerintahan, 4 dipengaruhi oleh material, tekstur dan warna dari bangunan Rumah Sakit dan 2 dipengaruhi oleh material, tekstur dan warna dari bangunan Pustaka. Untuk lebih jelas Persentase Material, Tekstur dan Warna perhatikan Gambar 5.7. Gambar 5.7 Persentase Material, Tekstur dan Warna 12 18 20 14 10 5 9 6 4 2 potensi bahan,tekstur,warna arsitektur yang menarik Hotel Masjid Raya Istana Maimoon PDAM Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil Analisa, 2014 Untuk lebih jelas lagi berikut perhatikan Gambar bangunan yang memberikan pengaruh material, tekstur dan warna pada kawasan penelitian pada Gambar 5.8. Gambar 5.8 Gambar Bangunan yang Memberikan Pengaruh Material, Tekstur dan Warna pada Kawasan Penelitian Sumber: Hasil Analisa, 2014 Universitas Sumatera Utara Dalam hal bahan, tekstur dan warna bangunan arsitektur yang menarik di kawasan ini didominasi oleh arsitektur bangunan bermasa besar semisal istana maimoon, masjid raya dan mall. Dalam skala gigantic demikian pengaruh warna menjadi demikian kuat dan mampu tampil sebagai suatu focal point kawasan. Sementara itu bahan dan tekstur tidak demikian menonjol sebagai suatu potensi kawasan mengingat teknologi bahan yang digunakan masih terbilang standard batu bata, beton, alumunium clading dalam artian belum menggunakan teknologi tinggi high tech materials and structure. Dari analisis terhadap bentang bangunan sepanjang sisi jalan Sisingamangaraja maka bangunan yag relatif baru dengan tata warna yang mencolok terlihat cukup diminati antara lain bangunan hotel, mall dan universitas dengan bahan clading alumunium yang relatif baru dan modern.

5.4. Analisa Sirkulasi dan Parkir Area Sebagai Potensi Pembentuk Citra