Latar Belakang Sejarah Kawasan Mesjid Raya dan Istana Maimoon

BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN MESJID RAYA

DAN ISTANA MAIMOON MEDAN

4.1 Latar Belakang Sejarah Kawasan Mesjid Raya dan Istana Maimoon

Medan Berdirinya Kesultanan Deli sangat erat kaitannya dengan seorang tokoh bernama GOCAH PAHLAWAN. Dia dianggap sebagai nenek moyang rakyatDeli dan Serdang, dengan asal usul yang masih bersimpang siur hingga kini. Gocah Pahlawan dengan nama aslinya Yazid di kaitkan dengan keturunan raja–raja di Bukit Mahameru, yang kemudian meninggalkan pengaruhnya dengan menumpang kapal seorang pedagang dari India. Karena terjadi konflik dengan ayahnya dan akhirnya dia terdampar di pantai Aceh Pasai. Hal ini menurut sumber Serdang berdasarkan hidayat Deli di sebutkan Gocah pahlawan berasal dari India Delhi dengan nama asli Muhammad Deli Khan, masih keturunan raja India yang terdampar di Samudra Pasai karena kulitnya yang hitam ia kemudian lebih dikenal dengan sebutan Lebai Hitam. Gocah Pahlawan menjadi terkenal di Aceh setelah berhasil mengalahkan 7 orang pengacau bangsa Rum Turki dan disanalah ia mendapatkan gelar Gocah Pahlawan. Atas keberhasilannya menaklukkan Bengkulu, Pahang dan Johor ia mendapat gelar Sri Paduka Gocah Pahlawan. Sebagai Panglima Sultan Iskandar Muda yang terkemuka dan berhasil, akhirnya dia di percaya untuk menjadi wakil Aceh memerintah di Delitua. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1665 M, Sri Gocah Pahlawan meninggal dunia, selanjutnya secara berturut–turut keturunannya memerintah di Deli. Dimulai dengan Tuanku Panglima Perunggit, beliau memindahkan ibukota kerajaan dari Percut ke Medan Deli. Pada tahun 1700 M, Tuanku panglima perunggit wafat dan di gantikan oleh putranya Tuanku Panglima Penderap. Beliau meninggal pada tahun 1720 M dan terjadilah perebutan kekuasaan diantara putra–putranya yang mengakibatkan di baginya wilayah Deli menjadi beberapa bagian, yaitu Serdang dan Langkat. Selain itu muncul pula kerajaan Siak yang mulai berpengaruh di Deli. Panglima Pasutan selaku pengganti Tuanku Panglima Penderap memindahkan ibukota ke Labuhan Deli. Panglima Pasutan kemudian digantikan oleh Tuanku Panglima Mangedar Alam. Ia digantikan oleh putranya pada tahun 1823 M yang bernama Sultan Osman Perkasa Alamsyah, dan melebarkan sayap Deli sehingga wilayah empat suku Sunggal, XII kota, Sukapiring dan Senembah diserangnya. Pada tahun 1854 M, Deli kembali di tahlukkan oleh Aceh dan Sultan Osman diberi gelar Wakil Sultan Aceh. Sultan Osman meninggal pada tahun 1868 Medan digantikan Sultan Mahmud Perkasa Alam 1861–1873 M dan adiknya digantikan menjadi Raja Muda Sulaiman, dan pada masa ini Belanda Armada di pimpin Residen Riau E Nestcar datang ke Deli dan Sultan Mahmud membuat perjanjian dengan menjadikan Labuhan Deli menjadi basis pertahanan Belanda dalam menghadapi musuh–musuhnya. Pada tanggal 25 Oktober 1873 M, Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah. Pada masa pemerintahan beliau perdagangan tembakau semakin maju dan kemakmuran Universitas Sumatera Utara kesultanan Deli mencapai puncaknya. Beliau memindahkan pusat kerajaan ke Medan dan mendirikan Istana Maimoon, Mesjid Raya, taman Sri Deli dan Balai Kerapatan Tinggi serta fasilitas–fasilitas kepentingan umum lainnya. Sultan Makmur Al Rasyid Perkasa Alamsyah meninggal pada tahun 1924 M dan di gantikan oleh Sultan Amaluddin Sani Perkasa Alamsyah 1924–1945. Dengan diplokamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah kesultanan Deli mengakui kedaulatan negara RI dan kedudukan Sultan-sultan selanjutnya menjadi penguasa tertinggi adat istiadat dan kebudayaan Melayu. Pada tahun 1888 Sultan Deli, Makmun AL-Rasyid Perkasa Alamsyah mengganti pusat ekonomi dari Labuhan Deli ke Medan dan membangun sebuah istana yang bernama Istana Maimoon. Istana ini di rancangan oleh seorang arsitek dari Italia yang bernama Ferrari dan selesai pada tahun 1891. Istana Maimoon berdiri di atas tanah seluas 2.772 M2 dan berada di jalan Brigjen Katamso, kecamatan Medan Maimoon sebelah Selatan Kota Medan dengan batas–batas sebagai berikut: 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor. 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah. Istana Maimoon terdiri dari dua lantai, terbagi dalam tiga bagian yakni, bangunan induk, sayap kiri dan sayap kanan. Pada ruang tamu balaiurung terdapat singgasana yang di dominasi warna kuning. Arsitektur bangunan yang di pengaruhi Universitas Sumatera Utara pencampuran antara Islam, Eropa dan gaya tradisional Melayu. Sekarang ruang utama gedung di buka untuk umum namun istana ini di huni oleh keluarga Sultan. Ruangan besar dan galeri yang mengelilingi istana di sekat dan di bagi menjadi ruangan–ruangan kecil dan ditata ulang menjadi ruang keluarga untuk keluarga Sultan. Agar dapat lebih jelas lagi perhatikan visualisasi dari Gambar 4.1. Gambar 4.1 Istana Maimoon Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013 Selanjutnya pada kawasan ini juga berdiri sebuah Mesjid berada kira–kira 100 meter di depan Istana Maimoon. Mesjid Raya ini di rancang oleh Lingenberg, seorang arsitek dari Amsterdam pada tahun 1906 atas permintaan Sultan Deli, Sultan Makmun AL-Rasyid Perkasa Alamsyah. Pembangunan Mesjid ini di danani oleh perusahaan perkebunan Deli dan Tjong A Fie, seorang milioner Tionghoa di Medan. Ratu Wihelmina dari Amsterdam menghadiahkan sebuah jam yang di letakan di dalam Mesjid. Arsitektur bangunan yang dipengaruhi oleh seni Islam dari Timur Universitas Sumatera Utara Tengah dan Monghul India. Di halaman Mesjid merupakan lokasi untuk pemakaman bagi keluarga Sultan. Bangunan Mesjid berdiri diatas tanah yang berukuran 13.200 M2, dikelilingi oleh pagar besi setinggi 1 meter dengan dua buah gapura sebagai pintu masuk dan pintu keluar. Bangunan Mesjid berdiri dengan sokongan pondasi masifpejal, yang merupakan pengaruh arsitektur Eropa sementara itu ruangannya memiliki bentuk denah arthogonal persegi delapan dengan ukuran sisi 18 meter dan 6 meter ruang tama, 6 meter dan 3 meter ruang sudut serambi dan bentuk serambi persegi panjang dengan ukuran 18 meter dan lebar 3 meter. Luas keseluruhan bangunan induk Mesjid adalah 874 M. Bangunan menggunakan ventilasi pada bagian atas pintu sebagaimana pada bangunan tradisional Melayu juga menggunakan ventilasi. Agar dapat lebih jelas lagi perhatikan Gambar 4.2. Gambar 4.2. Mesjid Raya Al- Mashun Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013 Universitas Sumatera Utara Pada samping Mesjid Raya berdiri sebuah taman yang disebut dengan Taman Sri Deli kira–kira 20 meter di depan Mesjid Raya AL-Mashun Medan. Taman ini di bangun dalam kurun waktu yang sama dengan mesjid raya AL-Mashun dengan fungsi sebagai tempat bersantai bagi keluarga Sultan kerajaan. Taman Sri Deli dulunya hanya terdiri atas kolam dan taman terbuka saja dengan luas kira-kira 2 Ha. Saat ini Taman Sri Deli telah mengalami penambahan yang terdiri dari kolam pemancingan, playground, restauran tertutup dan restauran terbuka. Untuk dapat lebih jelas lagi perhatikan Gambar 4.3. Gambar 4.3. Situasi Istana Maimoon Terhadap Lingkungannya Sumber: Buku Data Bangunan dan Kawasan Bersejarah Kota Medan, 2009

4.2 Rona Fisik Dasar Kecamatan Medan Maimun dan Kecamatan Medan