Genius Loci KAJIAN TEORI

akar yang lebih dalam, yang ditentukan oleh struktur-struktur keberadaan manusia di dunia. Setelah mengetahui kekuatan makna yang dimiliki oleh suatu kawasan terbangun dengan sendirinya kita akan mengetahui karakter lingkungan yang merupakan berkah berupa timbulnya kesan kepada manusia yang sering disebut sebagai “perasaan terhadap tempat tertentu” sense of place. Sepertinya perasaan khusus ini berperan terhadap terbentuknya arsitektur dan urbanisme namun karena perasaan ini sebagian besar merupakan bagian dari diri manusia maka sering luput dari perhatian. Selanjutnya setelah mengetahui bagaimana kekuatan makna dan sense of place dari suatu kawasan, maka dapat dilakukan usaha untuk melihat beberapa elemen perencanaan kota yang dapat menentukan pembentukan citra kawasan dan menjadi suatu kekuatan di dalam mengembangkan kawasan tersebut.

2.1 Genius Loci

Pada tahun 1960 telah dikumandangkan peringatan awal tentang keterbatasan fungsionalisme dan pentingnya genius loci dalam arsitektur dalam manifesto yang ditulis oleh dua arsitek Jerman yaitu Reinhart Geiselmann dan Oswald Mathias Unger yang dipublikasikan dalam jurnal arsitektur Der Monad di Berlin: Arsitektur merupakan sebuah penetrasi yang sangat vital dari sebuah realitas yang berlapis-lapis, misterius, berubah dan berkembang perlahan lahan serta terstruktur. Berulang-ulang menuntut pengakuan kembali terhadap “genius loci” yang merupakan awal pertumbuhan arsitektur. Arsitektur bukan lagi impressi dua dimensi, tetapi sudah menjadi suatu pengalaman experience yang bersifat Universitas Sumatera Utara corporeal raga sebagai lawan dari spirit atau sesuatu yang dapat disentuh, material dan fisikal dan realitas ruang yang terbentuk saat dilalui, dikitari, dimasuki……..hubungan antara subjek dan objek sudah dikesampingkan ….Arsitektur merupakan penutup, pembungkus dan pelindung dari setiap individu sehingga lebih kepada sebuah penyempurnaan suatu kewajiban dan sebuah pendalaman suatu makna. Norman Crowe 1997:75 menyebutkan bahwa genius loci merupakan fenomena bangsa Romawi, yang mempercayai bahwa tempat-tempat tertentu memiliki roh atau jiwa. Roh-roh ini, atau genius loci, merefleksikan keunikan dari sebuah tempat, yang membedakan satu tempat dengan tempat yang lain. Roh-roh ini mendiami semua tempat dan memberi makna, menjaga dan mengilhami tempat tersebut dengan perasaan. Genius loci menyimbolkan kekuatan yang bersifat perseorangan yang melengkapi suatu tempat dengan kepribadian dan karakter berupa sebuah kualitas yang lebih dari sekedar fakta. Tugas yang diemban oleh genius loci adalah memelihara suatu perasaan atas sebuah kehadiran yang menjiwai sesuatu. Tanpa kehadiran genius loci suatu tempat tidak memiliki makna dan akan timbul kejadian yang tidak bersifat personal tetapi general. Usaha memperkenalkan kembali dimensi fenomenologi dalam membuat interpretasi atas sebuah lingkungan buatan menjadi penting dalam usaha mengevaluasi modernisme yang telah merupakan suatu tuntutan pada dekade berikutnya. Norberg-Schulz sangat erat hubungannya dengan kebangkitan fenomenologi dalam arsitektur sejak awal tahun 1960an dan merupakan salah seorang teoritikus yang mempertahankan ide mulia tentang arsitektur sebagai penelitian dan Universitas Sumatera Utara pengertian, dimana tidak ada sesuatupun yang bisa digeneralisasi, kecuali beberapa prinsip dasar, yang memberikan karya manusia sebuah basis yang aman, dengan diperkuat oleh tradisi. Kenneth Frampton 1980:296 ketika membahas Place, Production and Architecture menyimpulkan bahwa: “Terdapat saat yang tidak mungkin luput, yaitu ketika tempat dan produksi digabungkan bersama untuk menghasilkan sebuah karakter suatu tempat yang berkualitas sehingga akhirnya manusia menerima perasaan adanya suatu identitas sense of identity”. Identitas merupakan faktor yang penting dalam pendekatan arsitektur. Identitas mengacu kepada lokalitas dan tidak dapat digeneralisasi dan memberikan makna pada sebuah tempat, yang sesuai dengan dasar pemikiran dari tesis ini. 2.1.1 Tempat place Tempat diartikan sebagai sesuatu yang lebih dari hanya sekedar lokasi yang abstraks. Tempat diartikan sebagai sebuah totalitas yang terdiri dari hal-hal konkret yang memiliki substansi material, bentuk, tekstur, dan warna. Bersama hal-hal diatas ini ditentukan sebuah karakter lingkungan, yang merupakan esensi dari tempat. Pada umumnya tempat diberi sebuah karakter atau atmosfir. Sebuah tempat dengan demikian adalah fenomena yang kualitatif dan total, yang tidak bisa diuraikan ke sifat dasarnya, sebagaimana hubungan spasial, tanpa kehilangan sifat konkret alaminya. Universitas Sumatera Utara Selain itu pula pengalaman sehari-hari menjelaskan bahwa tindakan yang berbeda membutuhkan lingkungan yang berbeda pula. Oleh karena itu, kota dan rumah terdiri dari kumpulan tempat-tempat tertentu yang khusus. Sebagai suatu totalitas kualitatif dari alam yang kompleks, tempat tidak bisa digambarkan dengan konsep ilmiah dalam arti analitis. Secara prinsip sains mengabstraksikan dunia kehidupan sehari-hari untuk mencapai pengetahuan objektif yang netral. Kajian yang dibuat oleh Norberg-Schulz 1980 memberikan beberapa indikasi mengenai struktur dari tempat. Langkah penting adalah dengan mengambil konsep karakter character. Karakter ditentukan oleh bagaimana benda itu sendiri, dan memberikan basis bagi pengamatan kita dalam fenomena konkret dunia kehidupan sehari-hari. Hanya melalui cara ini bisa sepenuhnya diungkap genius loci, jiwa roh dari sebuah tempat spirit of place. Untuk sanggup bermukim to dwell manusia harus memahami langit dan bumi. Memahami disini merupakan satu konsep eksistensial yang merupakan pengalaman terhadap nilai-nilai yang mempunyai makna. Terdapat lima bentuk dasar pengertian mitos yang membentuk tempat buatan manusia. Pertama, mengambil kekuatan yang ada sebagai titik keberangkatan dan menghubungkannya untuk mengkonkretkan mereka dengan elemen-elemen alam atau benda natur hanya sebuah sistem tempat yang berkaitan dan mempunyai arti yang membuat kehidupan manusia ”yang sebenarnya” bisa terjadi. Kedua, terdiri dari Universitas Sumatera Utara hasil abstraksi susunan kosmik sistematis dari perubahan yang terjadi terus-menerus matahari dan titik mata angin atau struktur geografis. Ketiga, terdiri dari definisi karakter lingkungan natur, menghubungkan mereka dengan sifat dasar manusia. Keempat yaitu cahaya dan yang kelima adalah irama temporal. Secara konkret alam buatan terdiri dari benda thing, susunan, karakter, cahaya dan waktu. Struktur tempat buatan manusia dapat pula dideskripsikan dengan node, jalur path, dan domain yang memiliki tekstur, warna dan vegetasi. Kualitas tempat buatan manusia tergantung pada pelingkup enclosure. Karakter tempat buatan manusia ditentukan oleh tingkat keterbukaan openness, bagaimana bangunan dikonkretkan dan dihubungkan dengan cara pembangunan yang dapat dideskripsikan dalam hal teknis-formal, bentuk atap, dan bukaan. 2.1.2 Norberg Schulz 1980 Sebuah Tempat Struktur penjelasan tentang fenomena sebuah tempat menuntun kepada kesimpulan bahwa struktur tempat harus digambarkan dalam istilah lansekap landscape dan permukiman settlement, dapat dianalisa dengan menggunakan kategori ruang space dan karakter character. Ruang berarti organisasi elemen- elemen tiga dimensi yang membentuk satu tempat, dan karakter menunjukkan ”atmosfir” umum yang merupakan sifat paling komprehensif dari tempat tertentu yang dalam hal ini termasuk aktifitas yang dilakukan pengguna. Organisasi spasial yang sama bisa memiliki karakter yang sangat berbeda tergantung dari perlakuan Universitas Sumatera Utara konkret pengguna terhadap elemen-elemen pembatas yang menentukan ruang. Sepanjang perjalanan sejarah, bentuk-bentuk spasial dasar terus menerus mengalami perubahan penafsiran dan karakteristik. Pada sisi lain organisasi spasial memberikan batasan tertentu terhadap karakterisasi, dan kedua konsep ini selalu saling berkaitan. Ruang dibedakan menjadi dua penggunaan yang berbeda: ruang sebagai geometri tiga dimensional, dan ruang sebagai bidang perseptual Norberg-Schulz, 1980:11. Tak satupun dari kedua pandangan diatas memenuhi tesis ini, sebagai totalitas intuitif tiga dimensional pengalaman setiap hari, yang bisa disebut ’ruang konkret’. Kevin Lynch 1960 menjelaskan ke dalam struktur ruang konkret, yang memperkenalkan konsep “node, landmark, path, edge, dan district”, untuk menunjukkan elemen-elemen yang membentuk dasar bagi orientasi manusia dalam ruang. Heidegger 1971 menyebutkan: “ruang-ruang memulai kehadirannya dari lokalitas, bukan dari ruang”. Hubungan luar-dalam outside-inside merupakan aspek primer dari ruang konkret, menunjukkan bahwa ruang memiliki tingkat ekstensi extension dan pelingkup enclosure yang bervariasi. Karakter merupakan konsep yang lebih umum dan konkret dibandingkan dengan ruang. Pada satu sisi, karakter menunjukkan sebuah atmosfir komprehensif yang bersifat umum, sisi lainnya merupakan bentuk konkret dan substansif dari elemen-elemen pembentuk ruang. Setiap kehadiran yang nyata secara intim selalu dihubungkan dengan suatu karakter. Telah dijelaskan di depan bahwa aktifitas yang berbeda akan menuntut tempat dengan karakter yang berbeda. Tempat kediaman harus protektif, kantor harus Universitas Sumatera Utara praktis, ruang pesta festif, dan rumah peribadatan harus khidmat. Bila mengunjungi sebuah kota asing, seseorang biasanya akan disuguhi oleh karakternya yang khusus, yang akan menjadi bagian penting dari pengalaman pengunjung. Secara umum setiap tempat memiliki karakter, dan bahwa karakter adalah moda dasar terbentukya dunia. Karakter sebuah tempat merupakan fungsi waktu, berjalannya hari, dan cuaca. Karakter tempat juga ditentukan oleh material dan konstitusi formal formal constitution, seperti keadaan lantai dimana manusia berjalan, keadaan langit atau kondisi pembatas-pembatas pembentuk tempat yang tergantung pada artikulasi formalnya formal articulation, yakni berhubungan dengan cara pembatas tersebut dibangun. Perhatian khusus harus diberikan terhadap batasan lateral, atau dinding, yang juga berkontribusi menentukan karakter internal dan eksternal lingkungan kota. Tempat menjadi perwujudan struktur totalitas lingkungan yang terdiri dari aspek-aspek karakter dan ruang seperti ”negara, wilayah, lansekap, hunian, dan bangunan”. Struktur dari sebuah tempat tidak tetap, atau abadi, tetapi senantiasa berubah, bahkan terkadang dengan cepat. Namun demikian bukan berarti bahwa genius loci berubah atau hilang. Stabilitas loci adalah kondisi yang perlu untuk kehidupan manusia. Setiap tempat dalam batas-batas tertentu memiliki kemampuan untuk menerima kandungan yang berbeda,. Tempat yang hanya cocok untuk satu tujuan khusus akan lebih cepat usang dan tidak terpakai. Sebuah tempat bisa ditafsirkan Universitas Sumatera Utara dengan cara yang berbeda. Untuk melindungi, mempertahankan dan memelihara genius loci berarti mengkonkretkan esensinya dalam konteks sejarah yang baru. Sejarah suatu tempat harus merupakan realisasi yang keluar dari tempat itu sendiri, dari sejak awal perkembangan dan kemudian dikonkretkan pada kombinasi arsitektur yang lama dan baru. Dengan demikian sebuah tempat terdiri dari unsur- unsur yang memiliki tingkat variasi arsitektur lama dan baru yang berbeda. Secara umum dapat disimpulkan bahwa tempat merupakan titik keberangkatan sekaligus tujuan pengamatan pengguna yang pada awalnya tampil seperti yang terbangun melalui pengalaman totalitas secara spontan, namun pada akhirnya nampak sebagai dunia yang terstruktur, yang diterangi oleh analisis dari aspek ruang dan karakter. 2.1.3 Orientasi dan Identifikasi Konsep Kevin Lynch 1960 tentang node, jalur path, dan distrik mengartikan struktur spasial dasar berupa objek yang menjadi orientasi manusia. Hubungan yang dipersepsikan elemen-elemen ini membentuk imaji lingkungan yang menyeluruh. Seluruh kebudayaan telah mengembangkan sistem orientasi, yakni struktur spasial yang menfasilitasi pembentukan imaji lingkungan yang baik. Dunia bisa diorganisir di sekeliling serangkaian titik fokal, atau dipecahkan ke dalam beberapa wilayah yang diberi nama, atau dihubung oleh beberapa rute yang bisa diingat. Sering Universitas Sumatera Utara sekali sistem orientasi ini berdasarkan atau diperoleh dari struktur alam tertentu. Bila sistem orientasi lemah, penciptaan imaji menjadi sulit, dan manusia akan merasa tersesat. Tersesat merupakan lawan dari rasa aman yang membedakan kualitas lingkungan binaan. Kualitas lingkungan yang melindungi manusia dari “tersesat”, Lynch 1960 menyebutnya sebagai imajibilitas imageability, yang berarti bahwa elemen-elemen yang secara struktural membentuk spasial seperti bentuk, warna, atau rangkaian yang menfasilitasi pembuatan kesan mental yang diidentifikasi sebagai hidup yang jika ditata secara kuat akan merupakan imaji mental yang sangat penting dari sebuah lingkungan. Disini Lynch menyatakan bahwa elemen-elemen yang membentuk struktur spasial adalah benda-benda konkret dengan karakter dan makna. Karya Lynch membangun suatu kontribusi yang mendasar terhadap teori tentang tempat. Dalam masyarakat tradisional detail lingkungan terkecilpun dikenal dan mempunyai makna, dan tersusun dalam struktur spasial yang kompleks. Dalam masyarakat modern, perhatian terutama dipusatkan pada fungsi praktis dari orientasi, sedangkan identifikasi telah ditinggalkan. Oleh karena itu pemukiman yang sesungguhnya, dalam arti psikologis, telah diganti oleh alienasi. Dengan demikian dibutuhkan untuk bisa mencapai pengertian yang penuh dari konsep identifikasi dan karakter. Identifikasi berarti berteman dengan lingkungan tertentu. Di daerah Utara, manusia harus berteman dengan kabut, es, dan udara dingin, harus menikmati suara Universitas Sumatera Utara pecahan salju dibawah kaki ketika berjalan. Sebaliknya orang Arab harus berteman dengan padang pasir yang tidak terbatas dan terik matahari. Secara implisit ini menunjukkan bahwa lingkungan dirasakan sebagai bermakna meaningful. Bollnow 1956 dengan tepat mengatakan: “setiap karakter terkandung dalam penyesuaian antara dunia luar dan dunia dalam, dan antara tubuh dan jiwa”. Identitas dan orientasi merupakan aspek primer dari keberadaan manusia, dimana identitas adalah basis untuk rasa memiliki manusia sedang orientasi merupakan fungsi yang memungkinkan dia menjadi homo viator, yang merupakan bagian dari kodratnya. Manusia modern menginginkan kebebasan untuk menaklukkan dunia, namun saat ini terpaksa mengakui bahwa kebebasan juga mensyaratkan kepemilikan, dan bahwa bermukim berarti dimiliki oleh sebuah tempat yang konkret. Manusia disebut berdiam bila mampu mengkonkretkan dunia dalam bangunan dan benda-benda. Konkretitasi merupakan fungsi dari karya seni, yang berlawanan dengan abstraksi sains. Karya seni mengkonkretkan apa yang tertinggal antara objek- objek murni sains. Dunia kehidupan sehari-hari terdiri dari objek-objek perantara tersebut, dan fungsi dasar dari seni adalah mengumpulkan kontradiksi-kontradiksi dan kompleksitas dunia kehidupan. Menjadi imago mundi, karya seni membantu manusia untuk bermukim. Arsitektur merupakan suatu seni yang sulit. Untuk membuat kota dan bangunan praktis saja tidak cukup. Arsitektur hadir bila ”lingkungan total bisa dilihat”, mengambil definisi dari Suzanne Langer 1953. Secara umum ini berarti Universitas Sumatera Utara mengkonkretkan genius loci. Konkretisasi terlihat pada bangunan-bangunan yang mengumpulkan beberapa unsur tempat dan membuatnya dekat dengan manusia. Tindakan dasar arsitektur dengan demikian adalah memahami wilayah kerja dari tempat. Dengan cara ini manusia melindungi bumi dan menjadi bagian dari totalitas yang komprehensif. Yang didukung di sini bukanlah jenis determinisme lingkungan. Manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari lingkungannya.

2.2 Citra Kota; Kevin Lynch, 1960