2.8 Dasar-Dasar Perancangan Kawasan
Sebagai suatu usaha penataan lingkungan binaan, maka perancangan kawasan memiliki nilai-nilai tersebut dapat dianut oleh semua orang secara universal
misalnya: keindahan, dan ada pula yang hanya dianut oleh sebagian orang atau kultur tertentu ini dapat kita sebut sebagai nilai lokal. Usaha penataan dilakukan
dengan mengikuti suatu proses dan kriteria desain tertentu, dan proses kriteria ini juga ada yang disepakati secara umum dan ada pula yang hanya disepakati oleh
masyarakat lokal, bahkan pada masa yang berbeda, suatu masyarakat dapat menganut suatu proses perancangan kawasan yang berbeda pula. Hal ini disebabkan mungkin
karena terjadi pergeseran paradigma cara pandang terhadap kebenaran. Dalam proses perancangan kawasan, dilakukan langkah-langkah yang dapat
didukung oleh metode dan teknik tertentu. Dalam khasanah pengetahuan bidang perancangan kota, telah dikembangkan banyak metode dan teknik untuk mendukung
proses perancangan kawasan. Dasar-dasar perancangan kawasan berupa produk Rancangan Tata Bangunan
dan Lingkungan RTBL yang disusun berdasarkan pola penanganan penataan bangunan yang ditetapkan sebelumnya oleh pemda setempat dan harus dapat
menjadi panduan pelaksanaan kegiatan fisik penataan bangunan untuk suatu lingkungan district.
Pola-pola penataan bangunan ini dapat dilakukan pada:
Universitas Sumatera Utara
1. Lingkungan yang telah terbangun, dalam rangka pembangunan parsial,
peremajaan, pembangunan kembali, revitalisasi atau regenerasi suatu lingkungan.
2. Lingkungan bangunan yang dilestarikan.
3. Pembangunan lingkungan baru yang potensial berkembang.
4. Campuran dari ketiga pola di atas.
Menurut Lang 1994, disebutkan kegunaan panduan ini adalah: 1.
Mendefinisikan dan merancang kebutuhan publik . 2.
Mengkhususkan dan atau membatasi fungsi dan bentuk bangunan. 3.
Memperkirakan tipe-tipe khusus pembangunan. 4.
Melakukan upaya preservasi terhadap lingkungan terbangun yang sudah ada.
5. Menentukan peruntukan atau lokasi public art sebagai penunjang nilai-
nilai estetis.
2.8.1 Pendekatan dasar rancang kota
Dua elemen pendekatan dasar rancang kota menurut Lang yaitu: 1.
Elemen substantif substantive element, merupakan elemen yang bersifat fisik maupun non fisik yang membentuk kualitas lingkungan. Lingkungan
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat sosiogenik maupun biogenik. Produk perancangan ini harus mampu mengakomodasi elemen sosiogenetik yang memperhatikan aspek
kultural masyarakat, aspek tata nilai yang berlaku umum cognitive dan aspek perilaku behavioural.
2. Elemen prosedural procedural element, merupakan elemen yang memuat
proses rancang kota yang melibatkan berbagai pelaku dan kebijakan yang berlaku.
2.8.2 Pemahaman kawasan kota
Kota merupakan tempat tinggal dan tempat bekerja bagi sebagian penduduk
dunia, merupakan tempat yang dapat memberi peluang atau harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi sekelompok orang, dan merupakan
tempat yang menarik penduduk dari pinggiran kota dari waktu ke waktu Wilsherrdalarri Branch, 1996. Pemahaman terhadap suatu kota diawali dengan
pemahaman terhadap lingkungan kota atau kawasan kota yang dapat diartikan sebagai keseluruhan proses yang berputar dari pembentukan kognisi, schemata serta
peta mental Haryadi, 1995. Sedangkan kawasan kota adalah merupakan suatu lingkungan kota yang mempunyai fungsi tertentu Ditjen Cipta Karya Dep. PU,
1979.
Menurut Rapoport 1977, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 dimana menunjukkan bahwa pemahaman lingkungan kota meliputi proses pemahaman yang
Universitas Sumatera Utara
menyeluruh dan menerus tentang suatu lingkungan oleh seseorang. Untuk lebih jelas lagi perhatikan Gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1 Model Pemahaman Kawasan Kota Sumber: Rapoport, 1977
Dari Gambar 2.1 tersebut di atas, menjelaskan bahwa kognisi mengenai suatu kawasan kota merupakan suatu pengetahuan, pemahaman dan pengertian yang
dinamis dan berputar. Setiap menjumpai suatu kawasan yang baru, seseorang berusaha membentuk kognisinya terhadap kawasan tersebut berdasar latar belakang
pendidikan, kultur, serta pengalamannya. Proses ini menghasilkan apa yang disebut kawasan yang terkognisikan pada tahap awal atau kognisi sementara. Kognisi
sementara ini kemudian diuji dengan informasi yang muncul dari kawasan lain, serta
Lingkungan Baru
Yang Nyata
Perilaku Individu
Dengan Latar
Belakang Budaya,
Pengalaman Dan
Informasi Tertentu
Lingkungan Yang
Terekam Kognisi
Sementara Test
Dengan Informasi
Dari Lingkungan
Kognisi Filter
Universitas Sumatera Utara
pengalaman yang berkembang dari manusia tersebut. Hasilnya merupakan suatu kognisi baru terhadap kognisi sementara yang telah muncul sebelumnya. Kognisi
baru ini yang kemudian mempengaruhi pola perilaku manusia. Secara berputar, perilaku ini kemudian kembali berpengaruh terhadap proses kognisi manusia tersebut
terhadap kawasan baru yang dikunjungi atau ditempati. Dengan demikian gambar tersebut menegaskan bahwa pemahaman kawasan seseorang sangat bersifat subjektif
dan dinamis. Pembentuk kawasan kota di berbagai tempat pada dasarnya relatif sama, tetapi
susunannya selalu berlainan, sehingga urutan dan tata jenjang isyarat lingkungan yang dapat dipahami dan dimanfaatkan manusia pada lingkungan senantiasa berbeda-
beda. Dibandingkan dengan lingkungan binaan yang lain, ciri khas kota sebagai karya arsitektur terletak pada konstruksi keruangannya yang berskala luas dan rumit. Kota,
selain tampil sebagai medan penyerapan obyek persepsi dan medan perilaku keruangan warganya yang beraneka ragam, juga merupakan sasaran tindakan para
perencana dan perancang yang secara langsung ataupun tak langsung mengubah struktur kota berdasarkan alasan masing-masing, sehingga meski lingkungan
perkotaan secara garis besar nampak selalu mantap dan utuh, dalam kenyataan senantiasa mengalami perubahan di dalamnya.
Menurut Sudrajat 1984, bahwa pemahaman dan pengetahuan menusia tentang lingkungan kota tidak diperoleh dengan sendirinya secara sepihak, tetapi
melalui suatu rangkaian proses timbal balik yang dinamis. Namun tidak menyatakan dirinya sebagai pengamat yang pasif, tetapi sebagai tokoh penting yang berperan aktif
Universitas Sumatera Utara
di atas pentas peristiwa hubungan timbal-balik manusia dengan lingkungannya, dari waktu ke waktu secara berkesinambungan.
Untuk memperoleh gambaran tingkat pemahaman lingkungan kota, baik dari warga kotanya, maupun dari pendatang kotanya, menurut David Canter 1974, dapat
ditempuh dengan tiga prosedur, yakni: 1.
Sketsa, dengan meminta seseorang menggambar peta lingkungan perkotaan berdasarkan ingatan, untuk mengenali elemen-elemen utama
struktur perkotaannya. 2.
Opinipendapat description, dengan meminta seseorang untuk memberi komentar atau opini tentang lingkungan perkotaannya. Penggunaan teknik
tanya jawab dapat digunakan untuk menyederhanakan dan mengendalikan bentuk tanggapan tersebut. Hal ini, berkaitan langsung dengan ungkapan
strategi bahasa yang digunakan untuk menyimpan informasi dalam ingatan.
3. Perilaku behavior, dengan membuat gambaran keperilakuan, untuk
menghimpun informasi tentang kejadian yang berlangsung dalam lingkungan perkotaan. Teknik pengamatan perilaku lebih berkaitan
dengan ungkapan perilaku wajar manusia dalam lingkungan fisik dimana manusia memperoleh kesadaran dan pemahaman lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat menstrukturkan dan memanfaatkan pengetahuan atas lingkungan perkotaan bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya,
manusia membangun empat pemahaman Sudrajat, 1984, yakni: 1.
Rekognisi, untuk mengetahui di mana ia berada, apa yang tengah terjadi, dan untuk mengenali obyek umum yang ada di sekitarnya.
2. Prediksi, untuk bisa meramalkan apa yang mungkin atau akan terjadi.
3. Evaluasi, untuk bisa menilai kualitas, kondisi, situasi, dan prospek
keluaran. 4.
Tindakan, untuk menyusun alternatif tindakan dan memutuskan apa yang akan atau harus dilakukan.
Keempat pemahaman di atas dibutuhkan manusia dalam memenuhi tuntutan kecenderungannya untuk selalu menafsirkan peristiwa baru ke dalam peristilahan
yang sederhana dan sudah dikenal, melakukan kategori penilaian, membuat perbedaan, penentuan dan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan
perkotaannya. Dalam pengisian tuntutan tersebut, manusia sangat berkepentingan dengan prosesnya,alih-alih hasil dan isinya. Kemampuan menyerap, memelihara dan
mempergunakan informasi, sangat penting dalam membangkitkan kepuasan yang nilainya berbeda-beda pada tiap orang.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Elemen Perancangan Kota