77
pertemuan 1 maupun pertemuan 2 nilai yang diperoleh 80 meningkat menjadi 82,5. Nilai pada paparan di atas dapat disimpulkan bahwa performansi guru pada
siklus II sudah memenuhi kriteria pencapaian indikator keberhasilan minimal 71.
4.1.2.2 Refleksi
Peneliti sebagai guru melakukan refleksi untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran siklus II. Refleksi pembelajaran
dilakukan secara menyeluruh, mulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir. Berdasarkan hasil dari pelaksanaan pembelajaran siklus II yang meliputi
pertemuan 1 dan pertemuan 2, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi sumber daya alam mengalami peningkatan yang cukup baik.
Hal tersebut dapat diketahui dari perolehan tes dan nontes. Perolehan tes yang mengukur hasil belajar siswa menujukkan bahwa dalam tes formatif nilai rata-rata
kelas sebesar 82,50 dan presentase ketuntasan belajar klasikalnya mencapai 92,59. Nilai ketuntasan minimal KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 60,
sedangkan kriteria ketuntasan belajar klasikal yakni 75. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan pembelajaran pada siklus II.
Selain hasil tes dalam pembelajaran ini juga diperoleh hasil nontes. Hasil nontes meliputi hasil observasi aktivitas belajar siswa dan hasil observasi
performansi guru. Hasil observasi aktivitas belajar siswa diamati dari keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT,
aktivitas belajar siswa pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 sudah memenuhi indikator keberhasilan 75. Keberhasilan tersebut didukung dengan keberhasilan
78
yang menyeluruh pada setiap aspek yang ada. Dari hasil pertemuan 1 dan 2 tersebut di atas didapatkan rata-rata hasil observasi aktivitas siswa selama siklus II
sebesar 85,23. Peningkatan aktivitas belajar siswa disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan. Siswa
memperoleh manfaat dari belajar berkelompok, selain dapat bekerja dengan satu tim yang heterogen, kemampuan mereka dalam memahami materi pun semakin
meningkat karena adanya dukungan dari teman satu tim jika ada kesulitan. Pada siklus II performansi guru baik dalam pembelajaran maupun
kaitannya dengan penggunaan model pembelajaran semakin meningkat. Dalam pembelajaran guru tampak nyaman dengan langkah-langkah pembelajaran model
NHT, sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik. Hasil observasi performansi guru memperoleh nilai 87 dengan kriteria A. Perolehan tersebut
menunjukkan adanya peningkatan yang lebih baik daripada siklus I. Perbaikan tindakan yang sudah dilakukan ternyata dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Pada siklus I rata-rata nilai hasil belajar siswa 67,78 dapat meningkat menjadi 82,50 pada siklus II. Kenaikan ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil yang diperoleh pada siklus II diperoleh karena peneliti sudah membiasakan anak untuk bertanya kepada guru dan menanggapi pendapat
yang disampaikan oleh kelompok lain. Selain itu juga bimbingan kelompok agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya. Anggota kelompok yang
belum memahami materi yang disampaikan oleh guru, dapat dijelaskan oleh teman satu kelompoknya. Perbaikan pada guru, dilakukan dengan cara
79
menerapkan secara maksimal langkah-langkah pembelajaran yang sudah disiapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Secara visual data
peningkatan pada hasil belajar siswa, ketuntasan belajar klasikal, aktivitas siswa, dan performansi guru dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.5 Diagram Peningkatan Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran
4.1.2.3 Revisi