14
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. Kegiatan emosional misalnya minat, membedakan, berani, tenang, dan
sebagainya.
2.1.5 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar Anni dkk 2007: 5. Bloom dalam Rifa’i 2009: 86, “hasil belajar adalah kemampuan yang
mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Sedangkan Gagne dalam Suprijono 2010: 5 mengatakan bahwa hasil belajar akan menghasilkan berupa:
1 Infomasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuandalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2 Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
3 Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
4 Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani. 5 Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Dari beberapa pendapat di atas dapat simpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang diperoleh pembelajar setelah
melakukan proses belajar.
2.1.6 Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Setiap anak mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan anak terjadi pada aspek kognitif. Perkembangan kognitif individu menurut Piaget
dalam Trianto 2007: 15 meliputi empat tahap yaitu : 1 sensory motor umur 0-
15
2 tahun, 2 pre operational umur 2-7 tahun, 3 concrete operational umur 7- 12 tahun dan 4 formal operational umur 12-18 tahun. Berdasarkan tahap
perkembangan kognitif menurut Piaget tersebut, anak SD yang berusia pada rentang 6 sampai dengan 12 tahun berada pada tahap perkembangan concrete
operational operasional konkret. Pada tahap ini, anak mampu
mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada situasi
konkrit dan kemampuan menggolong-golongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan masalah abstrak. Oleh karena itu, guru dalam melakukan
pembelajaran harus menggunakan bantuan media-media yang konkrit untuk menyampaikan pelajaran.
Berkaitan dengan operasional konkret, Kurniawan 2007 menyampaikan pendapat yang sama bahwa karakteristik anak SD yaitu senang merasakan atau
melakukanmemperagakan sesuatu secara langsung. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep
lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan
guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Adapun
karakteristik anak SD lainnya yaitu senang bermain, senang bergerak, anak senang bekerja dalam kelompok.
Sependapat dengan Kurniawan, menurut Kurnia dkk 2007: 1.20, usia anak SD disebut sebagai usia berkelompok, usia kreatif, dan usia bermain. Pada
usia berkelompok, perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
16
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompoknya. Oleh karena itu, anak ingin dan berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang disepakati dan berlaku
dalam kelompok. Usia kreatif merupakan kelanjutan dan penyempurnaan perilaku kreatif
yang mulai terbentuk pada masa kanak awal. Pada usia kreatif, anak perlu mendapat bimbingan dan dukungan baik dari guru maupun orang tua, sehingga
berkembang menjadi tindakan kreatif yang positif dan orisinal, tidak sekedar meniru tindakan kreatif orang atau anak yang lain.
Usia bermain merupakan usia di mana minat dan kegiatan bermain anak semakin meluas dengan lingkungan yang lebih bervariasi. Mereka bermain tidak
hanya di lingkungan keluarga dan teman sekitar rumah saja, tetapi meluas dengan lingkungan dan teman-teman di sekolah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan karakteristik anak. Pemahaman terhadap karakteristik
anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD. Tujuan pendidikan yang terarah diharapkan dapat menunjang keberhasilan
pembelajaran di SD.
2.1.7 Performansi guru