Analisis Taraf Kesukaran Analisis Daya Pembeda

3.7.3 Analisis Taraf Kesukaran

Suatu tes tidak boleh terlalu mudah dan tidak boleh terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya Arikunto, 2009: 207. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Dalam hal ini soal yang dianjurkan adalah soal yang sedang. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index, besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00 Arikunto, 2012: 223. Indeks kesukaran ini menunjukkan tingkat kesukaran soal. 0,00 1,00 Sukar Mudah Menurut Arifin 2013: 134, untuk menghitung tingkat kesukaran tes bentuk uraian dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1 Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus: 2 Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus: 3 Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria seperti dalam Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kriteria Taraf Kesukaran Indeks Taraf Kesukaran TK Kriteria 0,00 ≤ TK 0,31 Sukar 0,31 ≤ TK 0,71 Sedang 0,71 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah 4 Membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara membandingkan koefisien tingkat kesukaran dengan kriterianya. Berdasarkan hasil analisis taraf kesukaran pada 10 butir soal uraian yang telah diujicobakan, diperoleh butir soal dengan taraf kesukaran mudah, sedang, dan sukar. Butir soal dengan kriteria mudah ada 3 butir, yakni butir soal nomor 1, 7, dan 8. Sedangkan butir soal dengan kriteria sedang ada 5 butir, yakni butir soal nomor 2, 3, 4, 5 dan 10. Sisanya adalah butir soal dengan kriteria sukar yakni butir soal nomor 6 dan 9. Perhitungan analisis taraf kesukaran butir soal uji coba disajikan pada Lampiran 21.

3.7.4 Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah Arikunto, 2012: 226. Semakin tinggi daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan siswa yang pandai dan yang kurang pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D d besar. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, pada indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif , tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif. daya pembeda negatif daya pembeda rendah daya pembeda tinggi positif Menurut Arifin 2013: 133, untuk menguji daya pembeda DP butir soal dapat digunakan langkah-langkah sebagai berikut. 1 Menghitung jumlah skor tiap siswa. 2 Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil. 3 Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. 4 Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok kelompok atas maupun kelompok bawah. 5 Menghitung daya pembeda butir soal dengan rumus: ̅ ̅ Keterangan: DP = daya pembeda; ̅ = rata-rata kelompok atas; ̅ = rata-rata kelompok bawah. 6 Membandingkan daya pembeda butir soal dengan kriteria seperti dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda Indeks Diskriminasi DP Klasifikasi 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek poor 0,20 DP ≤ 0,40 Cukup satisfactory 0,40 DP ≤ 0,70 Baik good 0,70 DP ≤ 1,00 Baik sekali excellent DP bernilai negatif Tidak baik Berdasarkan hasil analisis daya pembeda dari 10 butir soal uraian yang telah diujicobakan, diperoleh butir soal dengan kriteria daya pembeda baik, cukup dan jelek. Butir soal dengan kriteria baik ada 2 butir, yakni butir soal nomor 2 dan 4. Butir soal dengan kriteria cukup ada 5 butir, yakni butir soal nomor 1, 3, 7, 8, dan 10. Sisanya adalah butir soal dengan kriteria jelek, yakni butir soal nomor 5, 6, dan 9. Adapun analisis daya pembeda butir soal tes uji coba disajikan pada Lampiran 17 dan contoh analisis daya pembeda disajikan pada Lampiran 22.

3.7.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERNUANSA ETNOMATEMATIKA PADA MATERI SEGIEMPAT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK

3 24 356

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII

2 17 226

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK BERBANTUAN APLIKASI PREZI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII

4 34 369

KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK SMP KELAS VII

5 32 384

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII MATERI PELUANG

4 107 174

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 6 256

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA BERNUANSA ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI SEGIEMPAT

0 46 479

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS GALLERY WALK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT SISWA KELAS VII

2 77 435

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII -

0 0 70

KEEFEKTIFAN MODEL LAPS-HEURISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS VII PADA PEMBELAJARAN GEOMETRI -

0 0 53