Pengukuran  kemampuan  pemecahan  masalah  siswa  dalam  penelitian  ini dilakukan  dengan  memberikan  soal-soal  pemecahan  masalah  materi  pokok
aritmetika  sosial.  Soal-soal  pemecahan  masalah  tersebut  berkaitan  dengan penggunaan  konsep  aritmetika  sosial  dalam  memecahkan  masalah  kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan budaya lokal. Adapun  indikator  kemampuan  pemecahan  masalah  matematika  dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut Wardhani, 2010: 22. 1  Menunjukkan pemahaman masalah.
2  Mengorganisasi  data  dan  memilih  informasi  yang  relevan  dalam  pemecahan masalah.
3  Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk. 4  Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.
5  Mengembangkan strategi pemecahan masalah. 6  Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.
1.5.6 Materi Pokok Aritmetika Sosial
Berdasarkan  Standar  Isi  dan  Standar  Kompetensi  Kelas  VII  SMP, aritmetika sosial merupakan materi yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa.
Sub materi pokok aritmetika sosial  yang diajarkan dalam  penelitian ini meliputi: untung,  rugi,  persentase  untung,  persentase  rugi,  rabat  diskon,  bruto,  tara,  dan
netto.
1.5.7 Lembar Kerja Siswa LKS
LKS adalah adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik Prastowo, 2013: 203. Muhsetyo 2007, sebagaimana dikutip
oleh  Sugiarto  2014:  19,  menyatakan  bahwa  untuk  mendukung  pembelajaran matematika  yang  mampu  menumbuhkan  kemampuan  peserta  didik  dalam
membangun  mengkonstruk  pengetahuan  sendiri  dibutuhkan  perangkat pembelajaran termasuk LKS yang pengembanganya berbasis konstruktivis.
Dalam  pembelajaran  menggunakan  model  pembelajaran  ARIAS  berbasis etnomatematika,  diharapkan  penggunaan  LKS  dapat  meningkatkan  keterlibatan
siswa  sehingga  aktivitas  belajar  siswa  semakin  meningkat.  Melalui  LKS  peserta didik merasa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dan merasa harus
mengerjakannya,  terlebih  lagi  jika  guru  memberikan  perhatian  penuh  terhadap hasil pekerjaan mereka, sehingga peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran.
Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Prastowo 2013: 206 bahwa melalui LKS pendidik mendapat kesempatan untuk memancing peserta didik agar
secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas.
1.5.8 Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar dapat dianalisis secara perorangan individual maupun secara  kelas  klasikal.  Menurut  Sudrajat  2008,  kriteria  paling  rendah  untuk
menyatakan  siswa  telah  mencapai  ketuntasan  dinamakan  Kriteria  Ketuntasan Minimal KKM. Dalam penelitian ini, KKM individual siswa kelas VII pada mata
pelajaran matematika adalah 2,67, sedangkan ketuntasan klasikal dalam satu kelas adalah  85  dari  seluruh  siswa  dalam  suatu  kelas  yang  telah  mencapai  KKM
individual. Ketuntasan belajar dalam aspek kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian  ini  tercapai  apabila  sekurang-kurangnya  85  dari  siswa  yang  berada
pada kelas tersebut memperoleh nilai dengan skor rerata yaitu 2,67. Besaran KKM
dan  ketuntasan  klasikal  tersebut  merupakan  KKM  dan  ketuntasan  klasikal  yang ditetapkan pada mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1 Slawi.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi