71 berbagai jenis tanaman obat atau sayur. Pekarangan bagian kanan kiri rumah
biasanya sempit berbatasan langsung dengan tetangga. Pekarangan mempunyai banyak fungsi, diantaranya untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi, biofisik, sosial budaya dan estetika. Selain sebagai tempat pemukiman, pekarangan menjadi tempat usaha manusia untuk memenuhi fungsi
ekonomi. Pekarangan ditanami berbagai jenis tumbuhan buah-buahan, sayuran atau obat-obatan, biasanya merupakan tanaman yang langsung bisa dikonsumsi
atau dimanfaat untuk kehidupan sehari-hari.
Bagi sebagian masyarakat Samin pekarangan menjadi lahan untuk hewan
Tumbuhan di pekarangan memberikan perlindungan dan menciptakan iklim mikro di sekitar rumah tinggal, sehingga menciptakan kenyamanan bagi
penghuninya. Ini merupakan salah satu fungsi biofisik pekarangan. Fungsi sosial budaya terutama adalah untuk tempat bermain anak-anak, tempat
perhelatan atau hajatan, dan interaksi sosial masyarakat. Fungsi estetik pekarangan menekankan fungsi keindahan dan status sosial penghuninya
dengan penataan yang indah dan penanaman berbagai jenis tanaman hias.
Gambar 25 Pekarangan di lingkungan masyarakat Samin dusun Tambak Sumber Blora a bagian depan halaman bibiarkan kosong, sebagai tempat menjemur
padi; b pekarangan dengan berbagai jenis sayur c pemeliharaan Ternak sapi di bagian samping atau depan pekarangan ; d Bambu
sebagai batas antara pekarangan dan lahan sawah
a b
c d
72 Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan di pekarangan terutama tanaman
untuk kebutuhan sehari hari. Umumnya merupakan tanaman yang tahan terhadap kekeringan dan hanya membutuhkan sedikit air. Pola tanam tergantung
turunnya hujan. Bila tanah basah berarti pekarangan bisa di tanami. Berbagai jenis tanaman yang bisa di budidayakan di lahan pekarangan antara lain,
tanaman pangan, tanaman sayur, tanaman obat, tanaman buah buahan, dan tanaman perkebunan.
Pada halaman rumah ditanami berbagai jenis tanaman sebagai tanaman hias. Jenis jenis tanaman hias yang umum ditemukan antara lain: kembang
sepatu Hibiscus rosa-chinensis, bunga pukul empat Mirabilis jalapa, bogenvil Bogainvillea spectabilis, Nusa indah Mussaenda frondosa, kenikir Tagetes
erecta, Andong Cordyline sp, kamboja jepang Adenium, mawar Rosa sp, daun suji Pleome angustifolia, kemuning Murayya paniculata, pacar air
Impatien balSamina, kenanga Cananga odorata, palem wregu Raphis exelsa, Sente Alocasia xanthorriza .
Pekarangan bagian samping atau belakang rumah biasanya di tanami berbagai jenis tanaman sayuran, bumbu atau obat tradisional. Jenis tanaman
sayuran yang biasa dibudidayakan antara lain: lompongtales Colocasia esculenta, cengehcabe Capsicum anuum, telo rambat Ipomoea batatas., telo
pohong Manihot utilissima, kates Carica papaya, kacang lanjar Vigna unguiculata , gambas Luffa acutangula, waloh Cucurbita moschata, kemangi
Oscimum basilicum. Jenis tanaman bumbu atau obat tradisional yang ditanam masyarakat Samin, antara lain kencur Kampferia galanga, jahe Zingiber
officinale, temu lawak Curcuma xanthorhiza, kunyit, lengkuas Alpinia galanga
Hasil inventarisasi jenis tumbuhan di pekarangan masyarakat Samin tercatat tidak kurang 189 jenis tumbuhan, 67 jenis diantaranya merupakan jenis
pohon tercatat 67 jenis Tabel 9 yang tergolong dalam 52 marga, 26 suku. Suku yang banyak anggota jenisnya secara berturutan adalah Fabaceae 13
jenis, Poaceae 5 jenis, Meliaceae 5 jenis, Moraceae 5 jenis, Rutaceae 4 jenis, Verbenaceae 4 jenis , Rutaceae 4 jenis.
, jeruk pecel Citrus aurantifolia, kemangi Oscimum basilicum, pandan wangi Pandanus sp dan lain-lain.
Pekarangan Masyarakat Samin menyimpan beranekaragam jenis tumbuhan buah, sayuran, tanaman bumbu atau obat, dan tanaman kayu. Dalam
73 hal ini masyatakat Samin telah memanfaatkan pekarangan sebagai fungsi
ekologi dan fungsi ekonomi Soemarwoto, 1993. Tabel 9 Keanekaragaman jenis tanaman di pekarangan dan kegunaannya
No Nama ilmiah
Nama lokal Suku
Kegunaan 1
Acacia farnesiana L. Willd.Ex Del.
Klampis Fabaceae
Kayu bakar 2
Aegle marmelos L. Corr. Serr. Mojo
Meliaceae Tan pagar
3 Albizia procera Roxb Benth
Weru Fabaceae
Bangunan 4
Annacardium occidentale L. Jambu mete
Annacardiaceae Buah
5 Annona squamosa L.
Sirkoyo Annonaceae
Buah 6
Artocarpus altilis Parkinson Fosberg
Kluweh Moraceae
Sayur 7
Artocarpus elasticus Reinw. Bendo
Moraceae Bangunan,
peralatan 8
Artocarpus heterophylla Lam Nangka
Moraceae Buah,
bangunan 9
Averrhoa bilimbi L. Blimbing wuluh
Oxallidaceae Sayuran
10 Averrhoa carambola L.
Blimbing buah Oxallidaceae
Buah 11
Bambusa bambos L. Voss Pring ori
Poaceae Bangunan,
peralatan 12
Bambusa sp Pring legi
Poaceae Rebung
sayur 13
Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C. Wendl.
Pring gading Poaceae
Tanaman hias 14
Baringtonia racemosa L. Putat
Letichidaceae Perindang
15 Cynometra sp
Tayuman Fabaceae
Tan pagar 16
Breynia disticha J.R.Forst G. Forst
Babing Phyllantaceae
Tanaman pagar
17 Caesalpinia sappan L.
Secang Fabaceae
Pembatas tanah
18 Cananga odorata Lam Hook.J.
T.Thomson Kenango
Annonaceae Tan hias
19 Carica papaya L.
Kates Caricaceae
Buah, sayur 20
Ceiba pentandra L. Gaertn. Kapuk randu
Bombacaceae Serat
21 Citrus reticulata
Jeruk keprok Blanco
Rutaceae Buah
22 Citrus maxima Burm.f. Merr.
Jeruk bali Rutaceae
Buah 23
Citrus aurantifolia Christm swingle
Jeruk nipis Rutaceae
Aromatikum 24
Cocos nucifera L. Klopo
Arecaceae Bangunan
25 Dendrocalamus asper Schult.
Schult. f. Backer ex K. Heyne Pring Petung
Poaceae Bangunan,
peralatan 26
Dracontomelum dao Blanco Merris Rolfe
Krao Verbenaceae
Bangunan 27
Erioglossum rubiginosum Kleyu
Meliaceae Buah
28 Eugenia cumini Druce
Juwet Myrtaceae
Buah 29
Eugenia samarangensis Blume Merr. Perry
Jambu air Myrtacaea
Buah 30
Ficus septica Burm F. Awar awar
Moraceae Tanaman liar
31 Garcinia dulcis Roxb. Kurz
Mundu Clusiaceae
Buah 32
Gigantochloa apus Schult Schult f. Kurz
Pring apus Poaceae
Tali, anyaman 33
Gliricidia sepium Jacq. Steud Klerecede
Fabaceae Pakan ternak
34 Gmelina arborea Roxb
Gmelina Verbenaceae
Pakan ternak
74 Tabel 9 Lanjutan
No Nama ilmiah
Nama lokal Suku
Kegunaan 35
Gnetum gnemon L. Mlinjo
Gnetaceae Sayur
36 Hibiscus tiliaceus L.
Waru Malvaceae
Tanaman pagar
37 Inocarpus fangifer Parkinson
F.R. Forsberg Gayam
Fabaceae kayu bakar,
bahan pangan 38
Jatropa curcas L. Jarak
Euphorbiaceae Tanaman
pagar, jamu 39
Lanea grandis Engl Kayu kudo
Verbenaceae Batas
pekarangan 40
Leucaena glauca L. Klanding
Fabaceae Kayu bakar,
pakan ternak 41
Leucaena leucocephala L. Lamtoro gung
Fabaceae Peralatan
42 Mangifera indica L.
Mangga Anacardiaceae
Buah 43
Manilkara kauki L. Dubart Sawo
Sapotaceae Buah
44 Melia azedarach L.
Mindi Meliaceae
Kayu papan 45
Michelia champaca L. Gading
cempaka Annonaceae
Tanaman hias 46
Morinda citrifolia L. Pace
Rubiaceae Obat
47 Morus alba L.
Besaran Moraceae
Tanaman pagar
48 Murraya paniculata L.
Kemuning Rutaceae
Peralatan 49
Musa balbisiana L. Pisang Klutuk
Musaceae Daun
pembungkus 50
Musa paradisiaca L. Pisang
Musaceae Buah
51 Mutingia calabura L.
Kresen Elaeocarpaceae
Buah 52
Nauclea orientalis L. Gempol
Rubiaceae Pembatas
tanah 53
Paraserianthes falcataria L.Nielsen
Sengon Fabaceae
Kayu papan 54
Premma integrifolia L. singkil
Lamiaceae Sayur
55 Psidium guajava L.
Jambu klutuk Myrtacaea
Buah, obat 56
Pterocarpus indicus L. Angsana
Fabaceae Bahan
bangunan 57
Punica granatum L. Delima
Punicaceae Obat
58 Samanea saman Jacq Merr
Meh Fabaceae
Kayu bakar, bangunan
59 Sambi
Schleicera oleosa Lour. Oken Sapindaceae
Bangunan, arang
60 Sesbania grandiflora L. Poir.
Turi Fabaceae
Kayu bakar, sayur
61 Spondias dulcis L.
Dondong Annacardiaceae
Buah 62
Swietenia macrophylla King Mahoni
Meliaceae Bangunan
63 Swietenia mahagoni L. Jacq
Mahoni Meliaceae
Bangunan 64
Syzygium aqueum Burman f. Alston
Jambu air Myrtacaea
Buah 65
Tamarindus indica L. Asem jawa
Fabaceae Bangunan,
peralatan 66
Tectona grandis L.f Jati
Verbenaceae Bangunan,
Struktur dan komposisi penyusun vegetasi pekarangan bagian depan atau samping rumah terlihan longgar hanya jenis tumbuhan buah diselingi tanaman
hias atau sayuran. Sedangkan bagian belakang rumah terdiri dari lapisan kanopi
75 berbagai jenis tumbuhan berkayu dan pohon buah dan semak berselang seling
membentuk struktur yang rapat. Secara fisiognomi jenis-jenis yang umum di jumpai pada 5 lokasi
pekarangan masyarakat Samin adalah: Jati Tectona grandis, pisang Musa sp, nangka Artocarpus heterophylla dan mangga Mangifera indica dan jambu biji
Psidium guajava. Jenis yang specifik terdapat di pekarangan masyarakat Samin di Kudus dan Pati adalah singkil Premna integrifolia, merupakan jenis
perdu atau pohon yang daunnya dimanfaatkan masyarakat untuk sayur. Jenis ini mempunyai aroma yang khas, biasanya digunakan untuk campuran sayur
masakan ikan air tawar. Berdasarkan analisis tegakan pohon di pekarangan di tampilkan 10 jenis
pohon yang mempunyai indek nilai penting paling tinggi pada tiap lokasi pengamatan Tabel 10. Hasil analisis vegetasi selengkapnya ditampilkan dalam
Lampiran 1 sd 5. Berdasarkan tabel tersebut dapat didapatkan bahwa tanaman jati Tectona grandis, merupakan tanaman yang mempunyai INP tertinggi pada
pekarangan masyarakat Samin di Sukolilo Pati dan Klopoduwur Blora; serta tertinggi kedua di dusun Tambak Blora. Tanaman jati biasanya dibudidayakan di
lahan pekarangannya yang cukup luas terutama di belakang rumah. Tanaman jati yang umurnya bervariasi mulai yang baru di tanaman sampai yang berumur
lebih dari 10 tahun. Tanaman bambu ori Bambusa bambos paling dominan di pekarangan
masyarakat Samin di Larikrejo dan Kaliyoso Kudus dengan INP 74.29. Jenis bambu ini juga mendominasi pekarangan masyarakat Samin di Tambak Blora
dengan INP 81.38. Bambu biasanya tumbuh meliar di pekarangan bagian belakang atau sebagai batas pekarangan. Bambu mempunyai banyak kegunaan
bagi masyarakat, antara lain untuk bahan bangunan atap usuk, reng, untuk tiang, untuk dinding gedhek dan untuk pagar rumah; selain itu juga digunakan
untuk membuat berbagai peralatan tradisional. Bambu ori banyak ditanam di pekarangan bagian belakang rumah sebagai batas lahan pekarangan dengan
lahan persawahan sekaligus berfungsi sebagai penahan angin dari areal persawahan.
Tanaman pisang merupakan tanaman yang umum di tanam di pekarangan masyarakat Samin. Berdasarkan analisis vegetasi tenaman ini mempunyai nilai
INP tertinggi di pekarangan dusun Jepang Margomulyo Bojonegoro dan menempati nilai INP tertinggi kedua di pekarangan masyarakat Samin di Kudus
76 dan Klopoduwur Blora. Tanaman ini mudah tumbuh pada berbagai jenis lahan,
jumlah anakan yang banyak mempercepat tumbuhan berkembang dan mendominasi lahan tempat hidupnya.
Tabel 10 Indeks Nilai Penting INP pohon dominan pada pekarangan masyarakat Samin
Nama lokal Nama ilmiah
Indek Nilai Penting INP A
B C
D E
Asam jawa Tamarindus indica L.
12.21 Blimbing buah
Averrhoa carambola L. 6.40
7.73 Jambu air
Syzygium aqueum Burman f. Alston
9.79 Jambu biji
Psidium guajava L. 12.94
17.21 9.02
Jati Tectona grandis L.
102.54 79.48
40.73 11.02
Kapuk randu Ceiba pentandra L.
Gaertn. 6.83
Kelapa Cocos nucifera L.
11.56 9.67
Kluweh Artocarpus altilis
Parkinson Fosberg 8.10
Lamtoro Leucaena glauca L.
7.04 18.94
32.72 33.56
Mahoni Swietenia macrophylla
King 14.09
17.94 34.80
Mangga Mangifera indica L.
33.48 11.10
37.90 17.48
15.94 Meh, Ki hujan
Samanea saman Jacq Merr
17.28 Nangka
Artocarpus heterophylla Lam
7.42 5.83
7.88 13.60
11.10 Nimba
Azadirachta indica L. 16.08
Pace Morinda citrifolia L.
7.98 Pepaya
Carica papaya L. 6.84
8.21 7.08
Pisang Musa paradisiaca L.
64.33 32.15
51.81 13.15
77.15 Pring apus
Gigantochloa apus Schult Schult f. Kurz
7.66 11.55
Pring Petung Dendrocalamus asper
Schult. Schult. f. Backer ex K. Heyne
38.35 Pring ri
Bambusa bambos L. Voss
74.29 81.38
Secang Caesalpinnia sappan L.
6.42 Sirkaya
Annona squamosa L. 9.83
Waru Hibiscus tiliaceus L.
Keterangan: A: Larikrejo dan Kaliyoso Kudus; B:Bombong dan Ngawen Pati; C: Klopoduwur Blora; D: Tambak Blora; Jepang Bojonegoro;
:tertinggi tertinggi kedua
4.4.2.3 Tegalan
Dalam pengertian umum, tegalan merupakan lahan kering, tidak memerlukan penggenangan air secara tetap seperti sawah. Ciri-ciri pokok yang
membedakan dengan pekarangan ada tidak ada bangunan tempat tinggal, biasanya letaknya terpisah agak jauh dari pemukiman penduduk. Tegalan
77 terletak jauh dari pemukiman penduduk, misalnya di pinggir sungai, atau lereng
lereng perbukitan. Masyarakat Samin memaknai tegalan secara sederhana sebagai lemah
garing, Sebagai pembeda adalah lemah teles sawah. Tegalan tempatnya lebih tinggi nggeneng tidak banyak mendapat genangan air, berbeda dengan sawah
yang tempatnya lebih rendah ledok sehingga cukup mendapat banyak air bila musim hujan. Selain itu terdapat beberapa pemahaman mengenai tegalan: 1
lemah garing, tanah kering yang kurang airnya, 2. Tanah pertanian yang jauh dari mondokan rumah tinggal 3. Tanah yang di tanami palawijo dan tanaman
kayu 4 tanah yang jauh dari rumah di hutan atau lereng-lereng perbukitan 5 Bagi masyarakat sekitar hutan, tegalan adalah tanah pemajekan yang terdapat di
hutan atau alas. Bagi masyarakat Samin tegalan juga menjadi bagian dari lemah garapan
yang dipergunakan penduduk untuk budidaya berbagai jenis tanaman, misalnya tanaman perkebunan, palawija maupun tanaman semusim lainnya. Tidak semua
keluarga Samin mempunyai tegalan, dari keseluruhan rumah tangga Samin hanya sekitar 10 yang mempunyai lahan tegalan. Luas tegalan rata-rata kurang
dari 500m
2
, tetapi tegalan yang ada dekat hutan biasanya cukup luas berkisar antara 500m
2
Berdasarkan kajian ekologi di tegalan masyarakat Samin ditemukan bahwa keanekaragaman jenis pohon mencapai 58 jenis, meliputi 43 marga dan
26 suku. Jenis jenis yang penting adalah Fabaceae 11 jenis, Moraceae 6 jenis, Poaceae 5 jenis, Meliaceae 5 jenis, Annonaceae 4 jenis, serta jenis
lain Tabel 11. Keanekaragaman jenis ini hampir sama dengan yang diperoleh dari pengamatan jenis pohon di lahan pekarangan. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat mempunyai pola yang sama dalam mengusahakan lahan pekarangan dan tegalan.
hingga 1 hektar.
Jati Tectona grandis, mahoni Swietenia mahagoni pring ori Bambusa bambos, lamtoro Leucaena glauca, pisang Musa paradisiaca, mangga
Mangifera indica merupakan jenis tanaman umum yang dibudidayakan di tegalan masyarakat Samin. Jenis yang specifik adalah putat Baringtonia
racemosa hanya di temukan di pekarangan masyarakat Samin di Kudus, singkil Premna integrifolia ditemukan di pekarangan masyarakat Samin di Kudus dan
Pati. Krao Dracontomelum dao dan Aren Arenga pinnata di temukan Sukolilo Pati dan dusun Jepang Margomulyo Bojonegoro. Adem mati Litsea glutinosa,
78 Bendo Artocarpus altilis, Randu alas Bombax ceiba. Hanya ditemukan di
lingkungan masyarakat Samin dusun Jepang Margomulyo Bojonegoro. Tabel 11 Jenis tanaman di tegalan Masyarakat Samin
No Nama lokal
Nama ilmiah Suku
Kegunaan 1
Adem mati Litsea glutinosa
Lour. C.B.Rob. Lauraceae
Bahan Bangunan
2 Aren
Arenga pinnata Merr Arecacaae
Bahan pangan
3 Asam kranji
Dialium indum L. Fabaceae
Bahan bangunan
4 Asem jowo
Tamarindus indica L. fabaceae
Bahan bangunan
5 Bendo
Artocarpus elasticus Reinw.
Moraceae Bahan peralatan
6 Bringin
Ficus benyamina L. Moraceae
Perindang
7 Gempol
Nauclea orientalis L. Rubiaceae
Bahan peralatan
8 Jambe
Areca catechu L. Arecaceae
Perindang
9 Jambu air
Syzygium aqueum Burman f. Alston
Myrtaceae Buah
10 Jambu klutuk
Psidium guajava L. Myrtaceae
Buah
11 Jarak pagar
Jatropa curcas L. Euphorbiaceae
Tanaman pagar
12 Jati
Tectona grandis L. Verbenaceae
Bahan bangunan
13 Jeruk bali
Citrus maxima Burm.f. Merr.
Rutaceae Buah
14
Jeruk keprok Citrus aurantifolia Blanko
Rutaceae Buah
15
Johar Senna siamea Lamarck
H.S.Irwin Barneby Fabaceae
Bangunan, peralatan
16 Kamboja
Plumeria acuminata Ait Apocynaceae
Tanaman hias
17 Kates
Carica papaya L. Caricaceae
Buah, sayur
18 Kayu kuda
Lanea grandis Engl Meliaceae
Tanaman pagar
19 Kedondong
Spondias dulcis L. Sapindaceae
Buah
20 Kelapa
Cocos nucifera L. Arecaceae
Sayur, bangunan
21 Kersen
Muntingia calabura L. Elaeocarpaceae
Buah
22 Kluweh
Artocarpus communis Parkinson Forsberg
Moraceae Sayur
23 Krao
Dracontomelum dao Blanco Merris Rolfe
Verbenaceae Bangunan
24
Lamtoro Leucaena glauca L.
Fabaceae Kayu bakar
25
Lamtoro gung Leucaena leucocepala L.
Fabaceae Peralatan
26
Lo Ficus glomerata Roxb
Moraceae Tanaman liar
27
Mahoni Swietenia macrophylla
King Meliaceae
Bangunan
28 Mahoni
Swietenia mahagoni L. Jacq
Meliaceae Bangunan
29 Mangga
Mangifera indica L. Anacardiaceae
Buah
30 Meh
Samanea saman Jacq Merr.
Fabaceae Kayu bakar
31
Mimbo Azadirahcta indica Adr.
Juss Meliaceae
Peralatan
32 Mindi
Melia azedarach L. Meliaceae
Bangunan
33 Mulwo
Annona reticulata L. Annonaceae
Buah
34 Nangka
Artocarpus heterophylla Lam
Moraceae Buah
79 Tabel 11 lanjutan
No Nama lokal
Nama ilmiah Suku
Kegunaan 35
Pace Morinda citrifolia L.
Rubiaceae Bahan obat
36 Pisang
Musa paradisiaca L. Musaceae
Buah
37 Pisang cici
Musa acuminata L. Musaceae
Buah
38 Pisang klutuk
Musa balbisiana L. Musaceae
Pembungkus
39 Ploso
Butea monosperma Lam Taub
Fabaceae Tanaman pembatas
40 Poh-pohan
Buchanania latifolia Roxb. Anacardiaceae
Bangunan
41 Polokiyo
Thevetia peruviana Pers. K. Schum.
Apocynaceae Tanaman hias
42 Preh
Ficus thonnii Blumme Moraceae
Perindang
43 Pring apus
Gigantochloa apus Schult Schult f. Kurz
Poaceae Bahan tali
44 Pring gading
Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C. Wendl.
Poaceae Tanaman hias
45 Pring legi
Bambusa sp Poaceae
Bahan pangan
46 Pring ori
Bambusa bambos L. Voss Poaceae
Bahan peralatan
47 Pring petung
Dendrocalamus asper Schult. Schult. f.
Poaceae Bahan peralatan
48 Putat
Barringtonia racemosa Roxb. Lecythydaceae
Perindang
49 Randu
Ceiba pentandra L. Gaertn.
Bombacaceae Bahan serat
50
Randu alas Bombax ceiba L.
Bombacaceae Perindang
51
Saga pohon Adenanthera
pavonina Fabaceae
L. Bangunan
52 Sengon
Paraserianthes falcataria L.Nielsen
Fabaceae Bangunan
53 Sirkaya
Annona muricata L. Annonaceae
Buah
54 Sirsak
Annona squamosa L. Annonaceae
Buah
55 Tayoman
Cynometra caulifolia L. Fabaceae
Tanaman pagar
56 Turi
Sesbania grandiflora L. Poir.
Fabaceae Kayu bakar
57
Waru Hibiscus tiliaceus L.
Malvaceae Tanaman pembatas
58
Weru Albizia procera Roxb Benth
Fabaceae Bangunan
Berdasarkan hasil analisis vegetasi di lahan tegalan ditemukan bahwa Jenis pohon yang mendominasi di tegalan hampir sama dengan jenis pohon
yang mendominasi lahan pekarangan. Sepuluh jenis pohon di lahan tegalan dengan nilai INP tertinggi di tiap lokasi ditampilkan pada Tabel 12 Selengkapnya
pada Lampiran 6 sd 10. Jati merupakan jenis yang mempunyai nilai INP tegalan paling tinggi pada semua tegalan masyarakat Samin dengan INP kecuali di
tegalan masyarakat Samin Kudus. Tegalan masyarakat Samin di Kudus di dominasi oleh jenis pisang Musa paradisiaca .
80 Tabel 12 Indek Nilai Penting INP pohon dominan pada tegalan Masyarakat
Samin
Nama Ilmiah Nama Lokal
Indeks Nilai Penting INP
A B
C D
E Artocarpus altilis
Parkinson Fosberg Kluweh
6.68 5.71
Artocarpus heterophylla Lam
Nangka 16.36
9.82 Bambusa bambosL.
Voss Pring ori
56.82 12.37
4.91 27.27
Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C. Wendl.
Pring Gading 4.27
Barringtonia racemosa Roxb.
10.57 Carica papaya L
Pepaya 9.92
Ceiba pentandra L. Gaertn.
10.28 8.47
Citrus aurantifolia Christm swingle
Jeruk manis 19.24
Cocos nucifera L 13.62
6.08 Dendrocalamus asper
Schult. Schult. f. Backer
Pring petung 10.13
Ficus benyamina L. Beringin
14.37 Gigantochloa apus Schult
Schult f. Kurz Pring apus
3.77 11.30
Hibiscus tiliaceus L. Waru
5.72 Leucaena glauca L.
Lamtoro 43.34
8.54 8.13
9.15 13.98
Leucaena leucocepala L. Lamtoro gung
12.49 Mangifera indica L.
Mangga 20.93
34.61 25.19
Melia azedarach L. Mindi
5.09 Musa paradisiaca L.
Pisang 59.96
55.57 25.64
36.38 11.72
Nauclea orientalis L. Gempol
8.04 Plumeria acuminata Ait.
Kamboja 9.91
Psidium guajava L. Jambu biji
6.46 Samanea saman Jacq
Merr Meh
34.11 Senna siamea Lamarck
H.S.Irwin Barneby Johar
5.20 Sesbania grandiflora L.
Poir. Turi
24.74 4.66
Swietenia macrophylla King
Mahoni 29.36
10.44 34.97
Tectona grandis L. Jati
138.70 93.49
164.66 81.89
Keterangan: A: Larikrejo dan Kaliyoso Kudus; B:Bombong dan Ngawen Pati; C: Klopoduwur Blora; D: Tambak Blora; Jepang Bojonegoro; Jenis domninan } Jenis kodominan
Tanaman Jati Tectona grandis merupakan jenis tumbuhan yang paling paling banyak dibudidayakan pada tegalan masyarakat Samin, tanaman ini
mendominan di hampir semua tegalan di lingkungan masyarakat Samin di Sukolilo,Blora dan Bojonegoro, kecuali di Kudus. Jenis tanaman yang
mendominasi adalah pisang meliputi berbagai kultivar, misalnya ambon, kepok, seblok, kawisto, dan lain-lain. Pring ori Bambusa bambos merupakan tanaman
yang secara ekologi cukup penting di Kudus dengan nilai INP 56.82 tertinggi kedua setelah pisang. Pring ori juga banyak dibudidayakan ditegalan masyarakat
Samin di Klopoduwur Blora, Tambak Blora dan Jepang Bojonegoro.
81 Selain jati Tectona grandis, mahoni Swietenia macrophylla merupakan
jenis tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan masyarakat Samin dan merupakan jenis tanaman yang memiliki nilai INP tertinggi kedua 34.97 setelah
jati pada tegalan di dusun Jepang Bojonegoro. Jenis tanaman semusim yang dibudidayakan pada lahan tegalan
merupakan jenis tanaman yang tahan kering dan hanya mengandalkan air dari hujan, antara lain: jagung Zea mays, ketela pohon Manihot utilissima;
kacang-kacangan antara lain: kacang hijau Vigna radiata, kacang panjang Vigna unguiculata kacang tanah Arachis hypogaea dan umbi umbian, antara
lain ketela rambat Ipomoea batatas, uwi Dioscorea alata, gadung Dioscorea hispida, gembili Dioscorea aculeata
Tegalan di lingkungan masyarakat Samin belum dikelola secara intensif. Pada tegalan yang ditanami jenis pohon atau tanaman tahunan tidak dilakukan
pengolahan tanah, pemupukan, maupun pengairan secara rutin, atau tanpa perlakuan khusus. Sedang pada jenis tegalan yang ditanami tanaman semusim
seperti jagung, palawijo, cabe, tanah dibuat lubang dikowaki dan diberi pupuk kandang saat musim kemarau. Lahan ditanami saat musim hujan tiba.
.
Hasil lahan tegalan dari tanaman sayur biasanya digunakan untuk kebutuhan sendiri. Namun bila hasil panen cukup besar biasanya dijual, misalnya
jagung dan ketela pohon.
4.4.2.4. Sawah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1994, yang dimaksud Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi tempat menanam padi. Dalam pengertian
masyarakat Samin yang dimaksud sawah bila konteksnya adalah lahan untuk pertanian disebut lemah garapan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan dilapangan ditemukan jawaban yang bervariasi mengenai pengertian sawah. Pengertian
sawah bagi masyarakat Samin antara lain:1 istilah sawah yang sebenarnya bagi masyarakat Samin adalah istri. Istri adalah sawah dan suami adalah pemilik
sawah, anak anak adalah benih yang tumbuh dari hasil menggarap sawah. Masyarakat Samin menerapkan kehidupan dalam pertanian mereka ibarat
hubungan suami istri. Pekerjaan utama mereka adalah bertani mengolah lemah garapan: mengolah sawah, menebarkan dan menumbuhkan bibit padi, dengan
cara ini mereka akan mendapatkan hasil panen. Bertani ibarat menjalankan
82 kewajiban sebagai suami istri, maka petani adalah pekerjaan paling mulia bagi
mereka; 2 bila yang dimaksud adalah lahan untuk bercocok tanam padi, maka mereka menyebutkan sebagai lemah garapan; 3 tanah yang berpengairan
sehingga memungkinkan untuk menanam padi. Sawah bagi masyarakat Samin merupakan lahan penghidupan utama.
Pada lahan tersebut mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di siang hari untuk bekerja di Sawah. Bagi masyarakat Samin menjadi petani adalah
pekerjaan yang paling mulia. Dengan bekerja sebagai petani mereka akan mendapatkan suatu hasil yang jelas asal usulnya, karena diperoleh dari hasil
keringat mereka sendiri. Karena itu mereka mencurahkan segala tenaga dan pikiran untuk mengolah lahan sawah. Dari hasil bertani di sawah inilah mereka
menggantungkan hidupnya untuk memenuhi kecukupan makan bagi keluarga dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
4.4.2.4.1 Jenis-jenis sawah
Dalam kaitannya dengan pengairan, dikenal adanya tanah sawah berpengairan dan sawah tadah hujan. Sawah berpengairan adalah sawah yang
sepanjang tahun airnya dapat diatur. Pengaturan oleh Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum, desa atau Perorangan. Sedangkan sawah tadah hujan adalah
sawah yang hanya dikerjakan pada musim hujan, dengan mengandalkan air hujan.
Sawah berpengairan dibedakan menjadi tiga jenis 1 Sawah berpengairan teknis, yaitu sawah yang pengairannya dapat diatur, dapat diukur, saluran air
memenuhi persyaratan teknis bangunan irigasi. 2 Sawah berpengairan setengah teknis, sawah yang pengairannya dapat diatur tetapi pemberian airnya
tidak dapat diukur. Saluran pembawa dan pembuangan memenuhi syarat bangunan irigasi. 3 Sawah berpengairan sederhana, yaitu sawah yang
pengairannya tidak dapat di diatur, pemberian air tidak dapat diukur dan saluran irigasi sederhana.
Berdasarkan pengairannya tanah sawah di lingkungan masyarakat Samin umumnya adalah sawah berpengairan, kecuali sawah sawah di sekitar kawasan
hutan di Klopoduwur Kab Blora dan wilayah Margomulyo Kab. Bojonegoro, Tabel 13 sistem pengairannya adalah setengah teknis atau sistem sederhana.
Biasanya di kelola oleh Dinas Pertanian beserta Paguyupan Petani Pemakai Air P3A.
83 Pengairan lahan pertanian warga Samin di Kudus dan di Sukolilo Pati
dikelola dan dikoordinir oleh warga Samin, karena mereka yang memiliki lahan persawahan paling luas, tetapi anggota kelompoknya juga diluar warga Samin.
Sistem pengairan sawah masyarakat Samin di dusun Tambak, Sumber Kab Blora sebagian besar di kelola perorangan atau kelompok. Jika musim kemarau
mereka mengandalkan sumber air dari sumur tanah yang di bangun di persawahan, di alirkan dengan dipompa air.
Tabel 13 Jenis sawah dan sistem pengairan di lingkungan masyarakat Samin
Desa Jenis sawah
Sumber air Sistim Pengairan
Pengelola
Karangrowo, Desa Larikrejo Kudus
Berpengairan Sungai
Embung Setengah
teknis Sederhana
Dinas PengairanP3A
Desa Baturejo, Sukolilo Pati
Berpengairan Sungai
Setengah teknis
Sederhana Dinas P3A
Kelompok Klopoduwur,
Banjarejo Blora Tadah hujan
Hujan Desa Sumber
Kradenan Blora Berpengairan
Sungai Air tanah
Setengah teknis
Kelompok Desa Tapelan
Ngraho Bojonegoro Berpengairan
Sungai Dam
Dinas PengairanP3A
Desa Margomulyo , Bojonegoro
Tadah hujan Hujan
Sumber air untuk irigasi persawahan di desa Kaliyoso, Larikrejo Kab Kudus dan wilayah Sukolio, sebagian besar mengandalkan sumber airnya dari
jaringan irigasi ‘Jratunseluna’ merupakan jaringan irigasi anak sungai Juana yang melintasi wilayah tersebut. Pada musim hujan anak sungai Juana ini sering
meluap dan membanjiri lahan pertanian penduduk. Frekuensi terjadinya banjir pada sungai Juana semakin sering sejak penjarahan kayu di Perbukitan
Kendeng, yang menyebabkan hutan banyak yang gundul, sehingga air dari hutan langsung mengalir ke sungai- sungai kecil yang bermuara di anak sungai Juana.
Sumber air untuk sawah di desa Sumber Kec Kradenan Kab Blora, berasal dari sungai dan air tanah. Sungai biasanya kering pada musim kemarau, namun
petani masih bisa menanam padi dengan menggunakan air tanah. Masyarakat Samin sudah banyak membangun sumur gali di sawah dan memasang pompa
air, selain itu Dinas pengairan telah membangun sumur artesis dan pompa air untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah petani. Karena itu mereka tetap
bisa menanam padi minimal 2 kali setahun.
84
4.4.2.4.2 Pola Tanam
Terdapat variasi pola tanam pada masyarakat Samin. Pada tanah yang berpengairan di Kudus, di sumber Blora pola tanam biasanya 2 kali tanam padi
dan satu kali palawija. Sedangkan untuk sawah tadah hujan biasanya hanya satu kali padi dan satu kali palawija, setelah itu sawah diberokan. Khusus untuk
persawahan di sukolilo dilakukan 2 kali masa tanam padi, tanpa tanam palawija. Karena lahan sering terendam banjir ketika musim hujan, maka awal tanam padi
sering mundur menunggu surut sekitar bulan Maret- april, kemudian masa tanam kedua sekitar bulan Agustus-september sebelum musim hujan tiba. Antara bulan
Desember sd Februari sawah tidak bisa ditanami karena terendam banjir. Tabel 14 menyajikan pola tanam dan masa tanam lahan sawah di lingkungan
masyarakat Samin. Tabel 14 Pola tanam lahan sawah di lingkungan masyarakat Samin
Desa Pola Tanam
Masa Tanam Karangrowo, Larikrejo
Kudus Padi-padi-palawija
Labuh-apit-ketigo Desa Baturejo, Sukolilo
Pati Padi-padi
Diluar musim hujan Maret-juni Agustus-Nopember
Klopoduwur Blora Padi-palawija-bero
Labuh-apit-ketigo Sumber Blora
Padi-padi-palawija Labuh-apit-ketigo
Margomulyo Bojonegoro
Padi-palawijo-bero Labuh-apit-ketigo
4.4.2.4.3 Jenis Tanaman yang Dibudidayakan di Sawah
Jenis tanaman yang diusahakan di lahan sawah adalah padi. Jenis padi yang di tanam umumnya adalah bibit unggul seperti apa yang menjadi anjuran
pemerintah. Petani sudah jarang yang menyimpan dan menanam jenis padi lokal. Varitas padi yang disukai antara lain IR 64, IR 64 super dan Ciherang.
Ciherang paling banyak di tanam karena hasil panen biasanya lebih banyak, lebih tahan hama, rasa dan harga jualnya tidak berbeda dengan kultivar lainnya.
Berbagai jenis tanaman palawija ditanam di sawah ketika kondisi lahan kering. Jenis palawija yang dibudidayakan masyarakat Samin berupa biji-bijian,
kacang kacangan, sayuran dan buah buahan Tabel 15. Jenis tanaman yang sering ditanam di persawahan masyarakat Samin di Kudus dan Pati pada saat
musim kemarau antara terutama adalah tanaman semangka Citrulus lanatus, meliputi kultivar semangka buah dan semangka kwaci. Jenis biji-bijian seperti
jagung, dan kacang-kacangan tidak banyak dibudidayakan masyarakat. Pada persawahan di lingkungan masyarakat Samin di Blora dan Bojonegoro,
85 umumnya cocok untuk ditanami berbagai jenis palawija seperti jagung, kedelai,
ketela pohon; dan berbagai jenis sayuran seperti cabe, terong, tomat, kacang panjang dan sebagainya. Tanaman tembakau dibudidayakan oleh masyarakat
Samin di daerah Blora dan Bojonegoro. Jenis tanaman yang hanya didudidayakan oleh masyarakat Samin di dusun Tambak Blora adalah kentang
jowokentang kanci Coleus tuberosus Tabel 15 Jenis tanaman yang di budidayakan lahan sawah masyarakat Samin
No Nama Ilmiah
Nama local A
B C
D E
1 Arachis hypogaea L.
Kacang cabut kacang tanah
- -
+ +
+
2 Capsicum annum L.
Lombok cengek -
- +
+ +
3 Citrulus lanatus Thunb.
Semangka buahbiji +
+ +
+ +
4 Cucumis melo L.
Blewah +
- -
- -
5 Glycin max L. Merr.
Kedele -
- +
+ +
6 Ipomoea batatas L.
Telo rambat -
- +
+ +
7 Manihot utilissima L.
Telo pohong menyok -
- +
+ +
8 Nicotiana tabacum L.
Tembakau -
- +
+ -
9 Coleus tuberosus
Blume Benth Kentang jowo kentang
ireng kentang kleci -
- -
+ -
10 Solanum lycopersicum
L. Tomat
- -
+ +
+
11 Solanum melongena L.
Terong -
- +
+ +
12 Vigna radiata L. R.
Wilczek Kacang hijau
- -
+ +
+
13 Vigna unguiculata L.
Walp. Kacang lanjar
+ +
+ +
+
14 Zea mays L.
Jagung gandung -
- +
+ +
Keterangan: A: Larikrejo dan Kaliyoso Kudus; B:Bombong dan Ngawen Pati; C: Klopoduwur Blora; D: Tambak Blora; Jepang Bojonegoro; +: ada ; - : tidak ada
4.4.2.4.4 Tanda-tanda Alam dalam Aktivitas Pertanian
Bagi masyarakat Samin untuk memulai bercocok tanam mereka sudah tidak menggunakan pranoto mongso, tetapi mereka memakai pathokan awal
musim hujan labuh sebagai awal musim tanam pertama MT1 untuk bercocok tanam padi. Masa tanam kedua MT2 adalah waktu apit, yakni waktu setelah
panen masa tanam pertama, memasuki MT2, saat masih musim penghujan. Setelah panen MT2 biasanya sudah memasuki musim kemarau merupakan
waktu untuk bercocok tanam palawija. Dalam budaya masyarakat Samin di juga dikenal adanya ilmu titen.
Masyarakat Samin di Kudus menggunakan beberapa perilaku hewan atau tumbuhan yang dapat menunjukkan pergantian musim, baik musim labuhhujan
maupun musim kemarau, antara lain ditampilkan pada Tabel 16. Beberapa jenis hewan dan tumbuhan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap perubahan
86 lingkungan kelembaban, suhu, cuaca dan lain-lain sehingga hewan tersebut
lebih cepat merespon perubahan tersebut dengan menampilkan perilaku yang berbeda dari biasanya. Tanda-tanda ini menarik untuk dikaji dan dicari bukti-bukti
keterkaitannya dengan kondisi lingkungan sehingga secara ilmiah dapat dibuktikan kebenarannya. Hal ini bisa membantu mengungkapkan bahwa ilmu
titen yang dimiliki masyarakat tradisional merupakan pengetahuan yang ilmiah, sehingga masyarakat tradisionalpun sebenarnya sudah banyak mempraktekkan
pengetahuan ilmiah. Tabel 16 Tanda tanda alam yang berkaitan dengan aktivitas pertanian di
lingkungan masyarakat Samin No Tanda tanda alam
Jenis hewan tumbuhan
Nama jenis Takson
Indikasi 1
‘Kodok werijel’ kodok keluar,
berbunyi Kodok Bufo sp Bufo sp
Awal musim labuh
2 Burung Jekethet
clok Aves
- Awal musim
kemarau 3
Burung Jektetet Clok
Aves -
Awal musim hujan
4 Daun kapuk rontok Randu
Ceiba pentandra L.
Gaertn. Awal musim
kemarau 5
Laron keluar dari sarang
Anai-anai Laron
Insecta isoptera
Musim labuh 6
Ratu rayap keluar dari sarang, ke
permukaan tanah Ratu rayap
Insecta Isoptera
Akan datang hujan
7 Ratu rayap Masuk
ke sarang Ratu rayap
Insecta Isoptera
Awal kemarau 8
Rebung tumbuh tetapi daun belum
membuka Pring petung
Pring ori Dendrocalamu
s asper Bambusa
bambos Hujan belum
akan turun
9 Telur keong mas
diletakkan di batang tanaman
sawah Keong mas
Pamacea canaliculata
Akan ada hujan tapi genangan
air tidak melibihi telur pada
batang padi
4.4.2.4.5 Pengetahuan Tentang Kesuburan Tanah
Pemahaman masyarakat terhadap kesuburan tanah itu tergantung dari ada atau tidaknya usaha manusia dalam mengolahnya. Seperti yang tercatat dalam
ungkapan ereka “Subur lan orane lemah iku gumantung wonge, yen lemah dipaculi yo subur, yen ora tau dipaculi yo dadi ora subur” Subur atau tidaknya
87 tanah itu ditentukan oleh orangnya, kalau tanah dicangkuli, dirawat dengan baik,
maka tanah menjadi subur, tetapi kalau tidak dicangkuli tidak diolah dengan baik maka tanah akan menjadi tidak subur. Pemahaman ini sekaligus menunjukkan
bahwa masyarakat Samin merupakan petani yang ulet dan bekerja keras untuk bisa mendapatkan hasil pertanian yang baik.
Bagi masyarakat Samin di Blora tanah yang dianggap subur adalah yang berwarna hitam dan gembur, sedang tanah yang kurang subur berwarna kuning
kecoklatan dan kering. Bagi masyarakat Samin di Pati dan Kudus yang sebagian lahan sawahnya berupa rawa pengetahuan tanah yang subur biasanya berwarna
merah kebiruan abang biru, bila kering ngropyok gembur, mudah lepas. Sedang tanah yang tidak subur lemah gering, bila kering mengkelatos atos.
Tanah yang cukup air biasanya subur, bila diberi pupuk akan mudah diserap tanaman. Tanah yang kering biasanya kurang subur, bila dipupuk tidak ada air,
pupuk tidak bisa langsung diserap tanaman. Tanah yang di ledokan tempat yang lebih rendah biasanya lebih subur karena mendapat aliran air yang mengandung
4.4.2.4.6 Pemupukan dan Teknologi Pembuatan Pupuk
Umumnya petani Samin sudah menggunakan pupuk kimia Urea, TSP, KCl. Namun mereka masih memberikan pupuk organik pupuk kandang paling
tidak setahun sekali terutama pada musim kemarau. Kesadaran penggunaan pupuk organik saat ini semakin meningkat dengan semakin mahalnya pupuk
kimia. Masyarakat mulai beralih lagi menggunakan berbagai jenis pupuk organik yang banyak tersedia di lingkungan mereka.
Pupuk organik yang digunakan terutama adalah pupuk kompos dari kotoran sapi atau hewan ternak lainnya. Masyarakat memahami bahwa
penggunaan pupuk organik, memang tidak secara cepat memberikan kesuburan pertumbuhan pada tanaman, namun kesuburan tanah lebih terjaga dan tahan
lama, tanaman menjadi lebih kuat dan bulir biji umumnya lebih berisi. Masyarakat Samin memiliki pengetahuan berbagai jenis pupuk organik
dan teknologi sederhana untuk membuat pupuk organik tersebut. Teknologi pembuatan pupuk organik tersebut diperoleh secara turun temurun merupakan
teknologi lokal, maupun teknologi baru hasil belajar dari orang lain. Jenis pupuk organik yang diketahui masyarakat Samin antara lain pupuk kandang, pupuk
urin sapi, pupuk kotoran kelelawar, pupuk arang sekam, pupuk hijau dan teknik pembuatannya pada Tabel 17.
88 Tabel 17 Jenis pupuk organik dan teknologi pembuatannya pada masyarakat
Samin
Jenis Pupuk Organik
Teknologi Pembuatan Cara pemakaian
Keterangan Pupuk
Kandang Kotoran sapi ditampung
dalam lubang atau wadah khusus, dibiarkan sampai
kering dan menjadi kompos. Untuk memepercepat proses
menjadi kompos, kadang dibakar bersama jerami atau
sampah sisa pakan ternak Diberikan saat
musim kemarau saat tanah
kering, sebelum musim
penghujan Diberikan pada tanah
yang kering, pada tanah yang selalu
tergenang di daerah Kudus maupun Pati,
tidak dilakukan pemberian pupuk
kandang
Kompos Dibuat dari kotoran ternak,
dan campuran dedak, batu kapur, dilakukan proses
pengomposan paling tidak 1 bulan
Ditebarkan di sawah saat
musim kering, sebelum datang
hujan Proses pembuatan
kompos dilakukan oleh masyarakat
Samin di daerah Blora dan Pati
Pupuk Urin sapi
Bahan urin sapi dan perasan empon-empon, ditambah
tetes tebu dan EM4, direndam I bulan
Disemprotkan pada tanah, 3
hari sebelum tanam dan saat
tanaman berumur 1
minggu Dilakukan oleh
beberapa petani Samin di Pati dan
Blora
Kotoran kelelawar
Guano Kotoran kelelawar yang
diambil dari gua-gua dpt langsung digunakan tanpa
proses pengolahan Diberiukan waktu
musim kemarau Dilakuakan petani
Samin di Sukolilo Pati, diambil dari gua
gua karst di Pegunungan
Kendeng
Arang Sekam padi
Sekam padi ditempatkan dalam suatu wadah,
dipasang suatu pipa besi untuk jalan keluar asap,
sekam dibakar tidak sampai menjadi abu, dengan cara
sekam dibakar secara pelan- pelan, dibolak-balik dan
disiram air. Diberikan saat
musim kemarau, bersama dengan
pupuk kandang atau pupuk
kompos lainnya Dilakukan petani
Samin di dusun Jepang Desa
Margomulyo. Sekam padi memperbaiki
struktur tanah dan untuk menetralkan pH
tanah kapur yang umumnya basa
Pupuk hijau Jerami atau sisa sisa
tanaman palawija dicacah disebar, di lahan sawah
sebelum tanah di cangkul atau di bajak
Dilakukan sehabis masa
tanam padi atau palawija
Penggunaan pupuk hijau sudah jarang
dilakukan masyarakat, jerami
biasanya digunakan untuk pakan ternak
4.4.2.4.7 Tahap Pengelolaan Sawah
Tahapan pengerjaan sawah meliputi pengolahan lahan, penyiapan bibit padi ngurit-ndaut , penanaman tandur, pemeliharaan matun, nyemprot dan
89 tahap panen. Tahapan kegiatan pengerjaan lahan sawah secara ringkat disajikan
pada Tabel 18. Tabel 18 Tahapan kegiatan pengerjaan sawah dan pembagian tenaga pada
masyarakat Samin
Tahapan Kegiatan
Bahan peralatan Pengelolaan
Pengolahan tanah
1. Pembersihan lahan 2. Pemberian air ngoncori
3. Membajak tanah ngluku dan garu, membalik dan
meratakan tanah 4. Membuat tanggul
Cangkul, sabit, mesin traktor
Dilakukan laki-laki, sewa traktor,
sistem upahan atau sistem sambatan
Penyiapan bibit 1. Persiapan lahan
penyemaian 2. Penyemaian bibit pada
lahan yang sudah disiapkan
3. Pencabutan benih padi ndaut
Benih padi, tali bambu
Lahan persemaian disiapkan di
sebagian lahan sawah,
ndaut dilakukan laki-laki
Penanaman padi
1. Penanaman benih padi pada lahan yang sudah
disiapkan tandur 2. pengeringan lahan
Tali bambu, tali plastic, cangkul,
sabit, seretan tandur dilakukan
oleh perempuan dgn sistem
pengupahan atau sistem sambatan
Pemeliharaan 1. Pengaturan air
2. Penyiangan rumput 3. Pemupukan
4. Penanggulangan hama Cangkul, susruk,
pupuk buatan, bahan pestisida,
alat semprot hama
Dilakukan pemilik sawah, tenaga laki-
laki, kecuali penyiangan rumput
bisa dilakukan laki- laki atau
perempuan
Panen 1. Pemangkasan batang
padi Sabit
Dilakukan laki-laki 2. Perontokan gabah
Mesin perontok padi, karungsak
Dilakukan laki-laki 3. Pengangkutan
Sepeda motor Dilakukan laki-laki
Pasca Panen 1. Penjemuran
Alas penjemur padi
Dijemur dihalaman,
dilakukan laki-laki atau perempuan
2. Penyimpanan Karung
gabahsak Gabah kering
dimasukkan dalam karungsak,
sebagian disimpan, sebagian di jual
untuk kebutuhan
Proses pengolahan tanah. Proses pengolahan tanah bervariasi
tergantung jenis lahan dan ketersediaan air. Tujuan pengolahan tanah adalah membuat tanah menjadi subur. Para petani mempunyai teknologi sederhana
dalam pengolahan lahan, yang diperoleh secara turun temurun. Prinsipnya
90 adalah membolak balik tanah, sehingga tanah gembur dan mudah ditanami.
Selain itu sisa-sisa tanaman sebelumnya dapat terpendam sehingga cepat membusuk menjadi pupuk. Sawah mulai dikerjakan ketika musim labuh, yaitu
awal musim penghujan, ditandai dengan datangnya hujan pertama setelah musim kemarau. Bila musim hujan tiba mereka mulai menggarap tanah.
Peralatan pengolahan lahan antara lain alat bajak, garu, luku, cangkul, sabit. Untuk membajak tanah umumnya sudah diunakan peralatan modern hand
tractor. Mereka juga menyadari pengolahan dengan tractor ini menyebabkan tanah menjadi sedikit lebih padat, sehingga tanah kurang gembur. Tetapi karena
alasannya penghematan tenaga, mempercepat pekerjaan untuk mengejar waktu penanaman bersama-sama petani lainnya, maka mereka menggunakan traktor.
Sebagian petani di daerah Margomulyo Bojonegoro masih menggunakan bajak tradisional terutama untuk daerah di lereng bukit yang susah dijangkau atau
dikerjakan dengan hand tractor. Langkah yang dilakukan sebelum lahan dibajak adalah membersihkan
lahan dari sisa-sisa panen sebelumnya. Misalnya dengan membabat sisa sisa jerami, atau mencabut sisa-sisa batang tanaman palawija jika sawah tersebut di
tanami palawija. Pada lahan yang kering setelah bersih paling tidak sehari sebelumnya sawah diairi agar mudah dibajak. Proses selanjutnya adalah
membalik tanah dengan alat bajak atau luku, aktivitas membalik tanah ini disebut ngluku. Selama tanah dibajak sekaligus di aliri air dioncori sehingga tanah
mudah dikerjakan. Kegiatan lain selama ngluku adalah membuat tanggul penahan air galengan, sehingga air yang di alirkan tidak mengalir kemana-
mana. Setelah tanah di balik proses selanjutnya adalah nggaru, yaitu meratakan tanah dengan alat yang dinamakan garu. Setelah tanah rata, tanah digenangi air
dan dibiarkan selama sehari semalam, agar air benar benar masuk dalam tanah tanah menep. Setelah itu tanah siap di tanami padi.
Pada lahan yang selalu basah seperti di daerah Larikrejo, Kaliyoso dan daerah sukolilo, pengerjaan tanahnya lebih sederhana. Pada masa tanam
pertama, proses pengolahan tanah diawali dengan ngluku, tanah di balik, kemudian dibuat galeng tanggul sawah penahan air. Selanjutnya tanah digaru,
hingga rata. Masyarakat Samin di Larikrejo mempunyai teknologi sederhana membantu meratakan tanah dengan menggunakan seretan alat semacam jaring
dari benang nilon, berukuran 1x1.5m, diberi gagang dan dapat ditarik. Menurut mereka kalau tanah tidak diratakan dapat menyebabkan adanya tanah
91 nggeneng lebih tinggi. Bila tanah ngeneng pupuk yang ditaburkan tidak dapat
diserap tanaman padi, sehingga merangsang tumbuhnya banyak rumput. Untuk masa tanam kedua pengolahan tanah cukup sederhana, tanah
cukup diblebes tidak di garu atau diluku tujuannya untuk membenankan jerami, agar cepat menjadi pupuk. Setelah itu tanah diratakan dan siap untuk ditanami.
Penyiapan Benih. Penyiapan benih padi wineh, merupakan tahap yang
penting bagi petani Samin. Masyarakat Samin biasanya membuat sendiri bibit padi yang akan di tanam. Untuk membuat benih harus digunakan bibit padi yang
baik. Kriteria tanaman padi yang baik untuk dibuat bibit antara lain: 1 pari mapak, tanaman padi yang akan diambil untuk bibit mempunyai ketinggian
samarata, sehingga akan dihasilkan bibit yang seragam. 2 Ulen landing , tangkai padi panjang. 3 dapurananakan padi lebih besar, berarti tanaman
subur. Penyemaian benih dilakukan pada permulaan musim labuh, sebelum
pengolahan lahan. Penyiapan lahan penyemaian, sama seperti pengolahan tanah sebelum ditanami, tanah di bajak, di cangkul dan diratakan, diairi. Bibit
padi siap disebarkan pada lahan tersebut. Lahan untuk menyebar benih ini disebut pinihan. Bibit padi siap di tanam setelah berumur 21-28 hari.
Setelah cukup umur bibit padi siap di tanam, terlebih dahulu dilakukan pencabutan bibit padi yang disebut ndaut. Proses ndaut ini biasanya dilakukan
oleh kaum laki-laki. Bibit padi diikat dengan tali bambu, untuk memudahkan membawa ke lahan penanaman padi. Bibit padi di siapkan di lahan penanaman
dan siap untuk di tanah
Penanaman Benih Padi. Tahap penanaman padi disebut tandur .
Kegiatan tandur dilakukan oleh kaum perempuan secara bersama sama. Dalam satu kali penanaman di suatu lahan persawahan penanaman bisa dilakukan
sampai 28-30 orang. Bagi masyarakat Samin aktivitas ini dilakukan bersama secara bergotong royong, tanpa pengupahan sambatan. Model tandur secara
sambatan ini sudah menjadi tradisi mereka sejak dahulu dan sampai sekarang masih dilkakukan, dan menjadi suatu pemandangan yang menarik ketika
kegiatan sedang berlangsung. Wineh padi di tanam mengikuti larikan tanaman padi yang dibuat terlebih
dahulu dengan bantuan benang nilon atau tali plastik. Larikan dibuat memanjang berjarak sekitar 1 meter antara satu dengan lainnya. Penanamam wineh
92 mengikuti larikan yang sudah disiapkan. Jarak penanaman 20-25 cm, jumlah bibit
yang di tanam tiap lubang tanam 3-5 bibit.
Setelah selesai penanaman maka dilakukan pengeringan air dilahan. Untuk memberi kesempatan tumbuhnya akar dan tunas baru. Setelah bibit mulai
tumbuh ditandai dengan munculnya tunas tunas atau anakan baru, makan lahan diairi kembali.
Pemeliharaan tanaman. Tahapan yang dilakukan setelah penanaman
padi adalah memelihara tanaman. Kegiatan pemeliharaan meliputi pengaturan air, memperbaiki galengan pematang, menyiangi rumput, melakukan
pemupukan dan mengamati ada tidaknya hama. Rumput merupakan tumbuhan pengganggu pertumbuhan tanaman padi.
Untuk itu mereka melakukan penyiangan rumput di lahan sawah. Bila rumput tidak terlalu banyak, biasanya cukup dicabut dengan tangan, tetapi bila terlalu
banyak maka rumput disiangi dengan alat yang disebut susruk. Susruk ini berupa lempengan besi yang permukaannya di buat runcing dan tajam, dengan
pegangan terbuat dari kayu. Penggunaan alat ini dengan meletakkan alat ini ke lantai tanah di sela tanaman padi, kemudian di dorong ke depan. Rumput yang
terkena susruk akan terangkat dari tanah. Setelah penyiangan tanah di keringkan dan kemudian dilakukan
pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan pupuk buatan, sebanyak dua kali, pada umur tanaman 12-15 hari, setelah tanah disiangi dan kedua pada umur
padi 21-25 hari setelah tanam. Lahan biasanya diberikan pupuk kandang atau kompos jauh sebelum lahan diolah, pada waktu musim kemarau. Setelah padi
keluar mrekatak tanah di keringkan dan ditunggu sampai padi tua. Tahap pemeliharaan lainnya adalah penanggulangan hama. Masyarakat
Samin memiliki teknologi sederhana untuk memanggulangi hama tanaman. Diantaranya menggunakan bahan alami dari tumbuhan atau bahan lainnya
Tabel 19. Masyarakat Samin juga mempunyai kearifan dalam menanggulangi hama, selain dengan cara tersebut mereka juga mempunyai cara lain yaitu
dengan cara halus. Dengan memahami bahwa hewan yang dianggap hama tersebut sebenarnya tidak bermaksud menggannggu atau merusak tanaman
manusia, tetapi mereka datang karena butuh urip lan butuh mangan. Sebagai sesama hidup manusia tidak mempunyai hak untuk membunuhnya. Untuk
menanggulanginya adalah dengan menyediakan apa yang mereka butuhkan sajen. Bentuk makanan yang disiapkan didapat dengan cara perenungan.
93 Pemberian bentuk yang diinginkan tersebut disertai jawab permohonan secara
gaib, agar hama tersebut tidak mendatangi tanaman penduduk lagi. Cara ini masih dilakukan sebagian penduduk Samin.
Tabel 19 Teknologi tradisional penaggulangan hama pada pertanian masyarakat Samin
No Kegunaan
penanggulangan Bahan
Cara pembuatan dan penggunaan
1 Penanggulangan
hama wereng gadung Dioscorea hispida
Daun mindi Melia azedarach L.
Daun jenu Derris eliptica Bahan di haluskan, disaring
dan digunakan untuk obat semprot
2 Penanggulangan
hama wereng lirang
Dibakar di sawah 3
Penanggulangan walang sangit
Buah lombok Capsicum sp, bawang putik Allium sepa,
tembakau Nicotiana tabacum
Bahan dihaluskan, disaring, direndam 24 jam dan
disemprotkan
4 Hama
walangsangit Kepitingyuyu
Kepiting di tusukdirenteng pada bilah bambu,
ditancapkan di sawah 5
Hama walangsangit dan
belalang Kunyit Curcuma domestica
Bengle Zingiber purpureum
Beras Oryza sativa Kunyit diparut dicampur
bengle dan beras yang sudah dihaluskan, disebar di
sawah
6 Hama sundhep
Buah jengkol Pithecelobium jiringa
Jengkol diiris, disebar di sawah
7 Hama sundhep
Abu dapur Abu dapur di sebar di lahan
Tahap Panen. Pemanenan padi tidak menggunakan lagi cara tradisional
dengan ani ani, yang biasanya dilakukan oleh perempuan jaman dahulu, tetapi sekarang cara pemanenan padi dilakukan dengan sabit. Batang padi di pangkas
bagian pangkal, kemudian biji padi dirontokkan dengan mesin perontok padi dos yang dilakukan saat itu juga di sawah. Kegiatan panen padi tersebut
sekarang disebut dengan istilah ‘ngedos’. Gabah yang sudah dirontokkan di masukkan dalam karung plastik sakliri. Hasil panen biasanya dihitung
berdasarkan banyaknya sak gabah yang diperoleh. Hasil panen di bawa pulang berupa gabah setelah di masukkan pada
karung, dibawa pulang. Selanjutnya dilakukan penjemuran sampai kering selama dua sampai tiga hari. Setelah kering dimasukkan kembali ke dalam karung, untuk
disimpan, sebagian diselepkan untuk kebutuhan makan sehari-hari atau dijual untuk membeli kebutuhan lainnya.
Dalam tradisi masyarakat Samin berlaku tradisi pembagian hasil panen. Hasil panen dibagi untuk empat keperluan yakni: untuk wineh, untuk sandang,
94 untuk pangan dan untuk bawon. Bagian untuk wineh bibit selalu disiapkan
untuk persediann bibit musim tanam berikutnya, karena mereka selalu membuat bibit sendiri untuk tanaman padinya. Bagian yang untuk sandang adalah yang
untuk kebutuhan sehari hari selain untuk makan, termasuk untuk membeli pupuk dan keperluan rumah tangga lainnya. Bagian yang untuk pangan adalah yang
dipergunakan untuk kebutuhan makan keluarga. Bagian terakhir bawon adalah bagian untuk yang membantu pemanenan padi.
Penyimpanan Hasil Panen. Masyarakat Samin
selalu menyimpan sebagian hasil panennya untuk kebutuhan makan atau kebutuhan lainnya. Hasil
panen pada masa tanam 1MT1 biasanya tidak banyak menyimpan hasil panen, karena banyak digunakan kebutuhan pembiayaan pengolahan lahan dan
penanaman berikutnya MT2. Mereka hanya menyimpan secukupnya untuk kebutuhan makan selama musim tanam padi berikutnya 3-4bl. Sedangkan
setelah hasil panen MT2 lebih banyak disimpan untuk persiapan selama musim kemarau, sampai musim tanam padi berikutnya.
Cara penyimpanan hasil panen padi gabah dilakukan secara sendiri maupun secara kolektif. Umumnya setiap rumah warga Samin menyimpan hasil
panen mereka secara sendiri-sendiri. Gabah kering yang sudah dimasukkan dalam sak, disimpan di bagian samping ruang tamu. Simpanan gabah ini diambil
sedikit sedikit untuk kebutuhan makan sendiri, atau dijual untuk ditukarkandi belikan barang kebutuhan lain seperti minyak goreng, sabun, gula, garam dan
kebutuhan lain yang mereka tidak dapat menghasilkan sendiri. Cara penyimpanan gabah secara kolektif dilakukan oleh masyarakat Samin
di Pati dan Kudus. Mereka membentuk semacam paguyupan simpan pinjam padi yang dikelola secara kelompok. “Paguyupan Kadang Sikep” merupakan nama
kelompok Masyarakat Samin di Kudus dan pati yang kegiatannya antara lain mengelola lumbung pangan. Beranggotakan warga Samin di dukuh Ngawen,
dukuh Bombong, dukuh Nggaliran Kab. Pati dan dukuh Kaliyoso, Kudus. Penyimpanan padi dilakukan setiap panen sebanyak 20kgkeluarga. Untuk
peminjaman dikenakan tambahan pengembalian 5kgkwintal. Gabah disimpan di rumah warga sikep di dukuh Nggaliran Kudus dan Dukuh Ngawen Pati. Pada
kelompok tersebut terdapat dua lumbung padi yakni Lumbung gede yang melayani masyarakat Samin pada empat desa dan Lumbung cilik yang khusus
untuk masyarakat Samin dusun Ngawen, Pati.
95
4.4.2.5 Rawa dan Embung
Rawa dalam pengertian masyarakat Samin adalah tanah yang selalu digenangi air. Keberadaan rawa di lingkungan desa semakin berkurang, sudah
banyak berubah fungsi menjadi lahan persawahan, terutama sejak dibangunnya Saluran irigasi Jratunseluna tahun 19851996. Sisa-sisa rawa masih dijumpai di
sekitar persawahan terutama tanah tanah yang lebih rendah, di dekat aliran sungai atau saluran irigasi. Gambar 26 menunjukkan Rawa yang dibangun
Embung dan sungai yang terdapat di lingkungan masyarakat Samin di Kudus. Lahan rawa banyak ditumbuhi jenis tanaman meliar terutama kangkung air
Ipomoea aquea, enceng gondok Eichhornia crassipes, kenthos Nelumbo nucifera dan berbagai jenis rumput. Rawa bagi masyarakat penting sebagai
tempat untuk mencari pakan ternak kambing, terutama kangkung air Ipomoea aquea. Selain itu juga terdapat beberapa jenis ikan seperti, lele rawa, Bethik
Ananas testudinetus, sepat Trichogaster trichopterus, wader Rasbora argineteria.
Gambar 26 a Embung dan b Sungai di Karangrowo Kudus sebagai sumber pengairan dan lahan untuk budidaya atau mencari ikan
Embung, dipahami oleh masyarakat sebagai lahan untuk menampung air ketika musim penghujan dan sebagai sumber pengairan pada saat musim
kemarau. Lokasi embung berada agak jauh dari pemukiman warga Samin. Embung sengaja di buat oleh pemerintah bersama masyarakat sekitar tahun
1900an, sebagai pengganti rawa untuk menampung air hujan. Selain sebagai sumber air, embung ini juga bermanfaat bagi masyarakat sebagai tempat
budidaya ikan karamba, juga tempat mencari ikan liar, terutama saat akhir musim penghujan, atau pada awal musim kemarau ketika air embung mulai
surut. Jenis jenis ikan yang biasa di temukan antara lain: Lundu Kuthuk Chana a
b
96 striata, Bloso, lele rawa, udang, Mujair Oreochromis mossambicus, Nila,
Bethik, ikan sapu-sapu.
4.4.2.6 Hutan Jati
Masyarakat Samin di dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro; Klopoduwur Blora dan Sukolilo Pati, tinggal di dekat kawasan hutan jati
Perhutani. Pada umumnya mereka mempunyai pemahaman cukup baik mengenai hutan. Mereka banyak mendapatkan manfaat adanya hutan, karena
masyarakat di sekitar hutan perhutani biasanya menjadi penggarap lahan perhutani pesanggem. Sebagai pesanggem mereka mendapat lahan untuk
menanam polowijo dengan sistem tumpang sari pada lahan milik perhutani yang dikerjakan. Hutan jati Lahan Perhutani merupakan tempat mencari
bekerja mencari nafkah untuk kehidupan mereka sehari hari. Hutan atau lahan Perhutani dalam pandangan masyarakat Samin di Jepang sering disebut sebagai
baon , dari kata bahasa jawa bahu, yang berarti tenaga atau penggarap lahan. Masyarakat Samin Bombong dan Ngawen, di Sukolilo, berada di dekat
kawasan Pegunungan Kendeng, tetapi tidak ada yang menjadi petani penggarap lahan perhutani. Mereka juga tidak mengambil hasil hutan seperti kayu bakar,
berburu atau hasil hutan lainnya. Tetapi mereka mempunyai keterkaitan dengan Pegunungan Kendeng karena lahan pertanian mereka sebagian tergantung pada
keberadaan sumber mata air yang ada di Kawasan Pegunungan. Sehingga mereka mempunyai pemahaman dan kesadaran yang baik untuk menjaga
kelestarian hutan. Masyarakat Samin di Kudus dan Tambak, Blora berada di kawasan
pedesaan yang jauh dari hutan. Mereka jarang berinteraksi langsung dengan hutan, sehingga pemahaman mereka tentang hutan kurang. Mereka kurang
memperhatikan apa yang jauh dari kehidupan keseharian mereka. Sebagaimana masyarakat pedesaan umumnya, mereka menyebut hutan sebagai alas. Alas
dipahami sebagai tempat tumbuhnya pohon-pohon besar, dan tempat hidupnya hewan-hewan liar, seperti macan Panthera sp , kethek Macaca sp, dan ayam
alas Gallus gallus. Hutan pada daerah penelitian ini merupakan hutan produksi yang dikuasai
oleh pemerintah Perhutani. Dalam pengelolaannya pihak Perhutani melibatkan masyarakat sekitar hutan. Pengelolaan lahan perhutani ini dilakukan dengan
sistem komplangan. Masyarakat di sekitar hutan termasuk masyarakat Samin,
97 mempunyai kesempatan untuk mengerjakan lahan di kawasan hutan produksi.
Penduduk menjadi tenaga penggarap pesanggem tidak dipungut biaya tetapi tetapi diharuskan menanam tanaman hutan dari Perhutani serta di haruskan
menjaga dan merawat tanaman tersebut. Sebagai imbalannya pihak Perhutani memberi kesempatan petani untuk melakukan usaha tani di lahan pertanian di
lahan perhutani, dan hasilnya untuk kebutuhan petani sendiri. Selain hutan produksi sebagian petani sebagian petani mempunyai lahan
pekarangan atau kebun yang dihutankan dengan sistem wanatani Agroforestry. Istilah wanatani dalam penelitian ini adalah lahan milik petani berupa pekarangan
atau tegalan yang di hutankan. Fungsi wanatani adalah sebagai kawasan penyangga hutan produksi milik perhutani. Lahan milik penduduk sekitar
perhutani biasanya di tanami tanaman jati Tectona grandis, mahoni Swietenia mahagoni, randu
Ceiba pentandra
Dari hasil inventarisasi jenis pohon dikawasan hutan didapatkan 53 jenis pohon, mencakup 45 marga dan 21 suku. Suku suku yang mempunyai banyak
anggota jenis adalah suku Fabaceae 11 jenis, Moraceae 7 jenis, Meliaceae 5 jenis, suku suku lainnya mempunyai anggota kurang dari 4 jenis Tabel 20.
, mangga Mangifera indica dan diantara tegakan pohon tersebut di tanami tanaman polowijo. Hal ini dimaksudkan
sebagai lahan penyangga agar hutan pokok tidak rusak serta terjaga dari kelestarian yang mengancam hutan. Hutan wanatani di maksudkan untuk
meningkatkan pendapatan petani atau penduduk sekitar kawasan hutan.
Dari Tabel 20 diperoleh gambaran bahwa keanekaragaman pohon di hutan cukup tinggi. Meskipun sebagian besar lahan hutan merupakan lahan milik
perhutani, yang hanya boleh ditanami jenis pohon tertentu sesuai dengan program perhutani, antara lain jati Tectona grandis Mahoni Swietenia
mahagoni, Sono keling Dalbergia latifolia, Mindi Melia azedarach namun ternyata masih banyak ditemukan berbagai jenis lain yang tetap dipertahankan
hidup di kawasan tersebut. Masyarakat sekitar lahan Perhutani juga mengusahakan lahan mereka
dengan nenanam berbagai tanaman seperti yang diusahakan di lahan perhutani namun mereka tetap mempertahankan berbagai jenis tumbuhan alami, atau
tumbuhan buah-buahan seperti mangga, nangka Artocarpus heterophylla, jambu biji Psidium guajava, sirkaya Annona squamosa dan lain lain. Hal ini
merupakan upaya tidah langsung untuk mempertahankan keanekaragaman jenis pohon di hutan.
98 Tabel 20 Jenis pohon di lahan Perhutani dan kegunaannnya
No Nama ilmiah Nama lokal
Suku Kegunaan
1 Acacia farnesiana L.
Willd. Ex Del. Klampis
Fabaceae Kayu bakar
2 Aleurites moluccana L. Kemiri
Euphorbiaceae Bumbu
3 Annona reticulate L. Kemlowo
Annonaceae Buah
4 Annona squamosa L. Sirkoyo
Annonaceae Buah
5 Arenga pinnata Merr Aren
Arecaceae Tanaman liar
6 Artocarpus altilis
Parkinson Fosberg Kluweh
Moraceae Sayur
7 Artocarpus altilis
Parkinson Fosberg Sukun
Moraceae Buah
8 Artocarpus elasticus
Reinw. Bendo
Moraceae Bangunan
9 Artocarpus heterophylla
Lam Nangka
Moraceae Buah
10 Azadirachta indica L. Mimba
Meliaceae Kayu papan
11 Barringtonia asiatica L
Kurz Keben
Lecythydaceae Perindang
12 Bombax ceiba L. Randu Alas
Bombacaceae Perindang
13 Buchanania latifolia
Roxb. Pohan
Anacardiaceae Bangunan
14 Buta monosperma
Lam. Taub Ploso
Fabaceae Tanaman sela
15 Caesalpinnia sapan L. Secang
Fabaceae Kayu bakar
16 Calamus sp Rotan
Arecaceae Meliar
17 Cassia fistulata L. Trengguli
Fabaceae Kayu papan
18 Ceiba pentandra L.
Gaertn. Randu
Bombacaceae Serat
19 Dalbergia latifolia Roxb. Sono keling
Fabaceae Bangunan
20 Dialium indum L. Asem kranji
Fabaceae Kayu bakar
21 Dracontomelum dao
Blanco Merris Rolfe Krao
Verbenaceae Bangunan
22 Dysoxyllum amooroides
kedoya Meliaceae
Buah
23 Erioglossum
rubiginosum Brand Klayu
Sapindaceae Bangunan, buah
meliar
24 Eugenia densiflora
Blume DC. Jambu alas
Myrtaceae Bangunan
25 Eugenia javanica Lam. Jambu klampok
Myrtaceae Buah
26 Ficus glomerata Roxb Lo
Moraceae Tanaman mata air
27 Ficus thonigii Blumme Preh
Moraceae Perindang
28 Ficus variegate Blume Gondang
Moraceae Tanaman liar
29 Garcinis dulcis L. Mundung
Clusiaceae Buah
30 Gigantochloa apus
Schult Schult f. Kurz Pring apus
Poaceae Tali, anyaman
32 Inocarpus fangifer
Parkonson Forsberg Gayam
Fabaceae Bahan makanan,
kayu bakar
31 Gmelina arborea Roxb Gmelina
Verbenaceae Pakan ternak
33 Leucaena glauca L. Lamtoro
Fabaceae Kayu bakar
34 Mangifera indica L. Mangga
Anacardiaceae Buah
35 Macaranga tanarius L.
Muell. Arg Tutup
Euphorbiaceae meliar
99 Tabel 20 Lanjutan
No Nama ilmiah
Nama lokal Suku
Kegunaan 36 Melia azedarach L.
Mindi Meliaceae
Kayu papan
37 Morinda citrifolia L. Pace
Rubiaceae Obat
38 Musa acuminata L. Pisang cici
Musaceae Buah
39 Musa paradisiaca L. Pisang
Musaceae Buah
40 Pangium edule Reinw.
Ex Blume Kluwek
Flacourtiaceae Aroma masakan
41 Proteum javanicum
Burm Trenggulun
Burseraceae Tan buah
42 Psidium guajava L.
Jambu biji Myrtaceae
Buah
43 Samanea saman Jacq
Merr Meh
Fabaceae Kayu bakar
44 Saraca indica L. Asoka
Rubiaceae Tanaman hias
45 Schleicera oleosa L. Kosambi
Sapindaceae Bangunan, bahan
arang
46 Sesbania grandiflora
L. Poir. Turi
Fabaceae Kayu bakar
47 Sterculia foetida L. Kepuh
Malvaceae Perindanga
48 Swietenia macrophylla
King Mahoni
Meliaceae Bangunan
49 Swietenia mahagoni L.
Jacq Mahoni
Meliaceae Bangunan
50 Tamarindus indica L. Asem jowo
Fabaceae Bangunan
51 Tectona grandis L. jati
Verbenaceae Bangunan
52 Tetrameles nudiflora
R.Br. Winong
Datiscaceae Perindang
Berdasarkan hasil cuplikan masing-masing seluas 1 Ha di lahan perhutani di Kawasan Pegunungan Kendeng Sukolilo Pati, Desa Klopoduwur, Kab Blora
dan Dusun Jepang, Desa Margomulyo Kab Bojonedoro, ditampilkan 10 jenis tumbuhan dengan nilai INP tertinggi Tabel 21; Analisis vegetasi pohon
kawasan perhutani selengkapnya disajikan pada Lampiran 11 sd 13. Jati merupakan jenis paling dominan di lahan perhutani dan mempunyai Indeks Nilai
penting tertinggi. Sedang jenis kodominan adalah sono keling Dalbergia latifolia di lahan perhutani Pegunungan Kendeng, mindi Melia ezedarach di Lahan
Perhutani Desa Klopoduwur, dan Mahoni
Swietenia mahagoni
di Lahan perhutani sekitar dusun Jepang Kab Bojonegoro.
Pada Lahan Perhutani terdapat beberapa jenis tanaman digunakan sebagai penahan erosi atau pembatas lahan, antara lain: lamtoro Leucadena
glauca, Secang Caesalpinnia sapan, dan Turi Sesbania grandiflora. Selain itu terdapat sejumlah tumbuhan lain tetap dipertahankan, antara lain: bambu apus
Gigantochloa apus, jambu biji Psidium gajava, Randu Ceiba pentandra ,
serta Nangka Artocarpus heterophylla .
100 Tabel 21 Indeks Nilai Penting Pohon Hutan jati di lingkungan
Masyarakat Samin
Nama ilmiah Nama lokal
INP lokasi Sukolilo
Klopoduwur Jepang
Tectona grandis L. Jati
84.41 212.96
177.19 Dalbergia latifolia Roxb.
Sonokeling 56.28
7.15 Swietenia macrophylla King
Mahoni 15.02
8.54 26.20
Artocarpus altilis Parkinson Fosberg
Sukun 12.86
Dracontomelum dao Blanco Merris Rolfe
Krao 12.21
Annona squamosa L. Sirkoyo
11.86 Musa paradisiaca L.
Pisang 10.96
12.85 22.93
Artocarpus heterophylla Lam Nangka
9.15 7.07
Senna siamea Lamarck H.S.Irwin Barneby
Johar 7.13
15.00 Samanea saman Jacq
Merr Meh
6.52 Acacia farnesiana L. Willd
Klampis 6.48
Azadirachta indica L. Mindi
16.42 Butea monosperma Lam
Taub Ploso
6.48 Caesalpinnia sapan L
Secang 6.13
Ceiba pentandra L Gaertn. Randu
5.68 Gigantochloa apus Schult
Schult f. Kurz Pring apus
7.83 Leucaena glauca L. Benth
Lamtoro 7.05
11.52 Psidium guajava L.
Jambu biji 6.13
kosambi Shleicera oleosa Lour.
Oken 6.89
Sesbania grandiflora L. Poir.
Turi 7.83
Berdasar analisis vegetasi secara keseluruhan pada hutan jati jenis pohon dominan adalah jati Tectona grandis INP 157.12; jenis kodominan Sono keling
Dalbergia latifolia INP 22.40 dan mahoni Swietenia mahagoni INP 20.60. Pada tumbuhan bawah jenis yang paling dominan adalah jagung Zea mays INP
31.70 dan jenis kodominan ketela pohon Manihot utilissima INP 25.19 serta kirinyuh Euphatorium inulifolium INP 18.96.
Masyarakat Samin yang tinggal di sekitar hutan sebagian besar merupakan petani penggarap lahan Perhutani. Mereka mempunyai pengetahuan yang
cukup baik tentang tatacara pertanian di lahan kering. Budidaya tanaman pada lahan kering memerlukan tahapan yang berbeda dengan lahan basah. Tahapan
pengerjaan lahan tersebut meliputi: 1. Persiapan lokasi lahan: budidaya lahan kering di kawasan hutan perlu
mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor yang utama adalah hak milik
101 lahan pertanian, jika lahan milik Perhutani masyarakat yang akan
mengerjakan lahan diharuskan meminta ijin kepada pihak Perhutani, melalui mandor hutan.
Pesanggem biasanya mendapat jatah mengerjakan lahan minimal 18 hektar. Hak pengarapan lahan sekitar 3
tahun, tetapi kenyatannya sampai beberapa tahun, asalkan masih bisa digunakan untuk usaha tani. Pertimbangan lain adalah pemilihan lahan,
jika memungkinkan petani berhak memilih lahan garapan. Jarak dari tempat tinggal, kondisi lahan, kesuburan, kemiringan lahan menjadi
pertimbangan penting untuk mengusahakan lahan. Namun karena lahan terbatas biasanya penggarap tidak mempunyai banyak pilihan.
2. Pembersihan lahan: Sebelum lahan dibagikan kepada pesanggem untuk dikerjakan, dilakukan pembersihan lahan dan penebangan kayu yang
besar. Bila lahan merupakan hutan jati, maka pohon di teres di potong kulit kayu pada bagian bawah batang, dibiarkan pohon mengering,
kurang lebih 12 bulan. Pembersihan dilakukan dengan menebas semak semak dan pohon kecil lainnya dengan parang, sabit dan dandang.
3. Tahap pembakaran: Setelah persiapan dan penebasan pohon selesai, lahan dibersihkan, ranting, semak semak, daun daun rumput rumputan
dikumpulkan. Setelah serasah kering kemudian di bakar. Pembakaran ini dimaksudkan untuk mempercepat pembusuhan serasah, sebagai sumber
hara dan mengemburkan tanah. Pembakaran dilakukan pada musim kemarau pada mongso kesongo sampai ketelu, sekitar bulan Juni hingga
September. 4. Tahap penanaman: Tahap selanjutnya setelah pembakaran lahan adalah
penananan. Penanaman dilakukan dengan sistem campursari, tanaman palawija dibudidayakan diantara tanaman jati. Jenis tanaman yang biasa
dibudidayakan di lahan perhutani adalah berbagai jenis polowijo terutama adalah jagung. Jenis jagung yang ditanam adalah jagung varietas unggul
yang bibitnya sudah banyak di tersedia di toko pertanian. Jenis tanaman lain yang dibudidayakan secara tumpangsari antara lain: ketela pohon,
kacang tanah, kacang panjang, dan cabe. 5. Untuk penanaman jagung, sebelum di tanami tanah dibuat kowakan
lubang tempat bibit tanaman, jarak tanam 40cm. Lubang kowakan tersebut diberi pupuk kandang, jauh hari sebelum musim tanam jagung.
Bila memasuki musim hujan bibit jagung di tebarkan sebanyak 3-4 butir
102 tiap lubang, kemudian ditutup tanah, dibiarkan sampai tumbuh.
Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan, sehingga tanaman cukup mendapat air saat awal tumbuh. Di antara tanaman jagung, atau
pada pagian pinggir ditanami ketela pohon. 6. Tahap pemeliharaan tanaman: pemeliharaan yang dilakukan adalah
menggemburkan tanah ndangir disekitar tanaman, dan menyiangi rumput. Mengemburkan tanah dilakukan setelah tanaman berumur sekitar
40 hari, Selain itu tidak ada perawatan intensif seperti penyiraman, pemupukan, maupun penyemprotan hama. Setelah tanaman tumbuh
kadang lahan dibiarkan sampai tanaman jagung berbuah. Bila lokasi cukup dekat dengan tempat tinggal biasanya mereka menengok lahan
mereka setiap hari terutama disiang hari, menjaga tanaman mereka dari untuk mencegah serangan hewan liar seperti , berbagai jenis burung,
ayam alas atau celeng Sus scrofa. 7. Tahab panen: Tanaman jagung, ketela pohon, kacang tanah bisa dipanen
sekitar umur 120 hari. Pemanenan di lakukan secara bersama sama dengan pesanggem lainnya untuk menghindari kerusakan hasil karena
serangan hewan liar seperti burung ayam alas, dan celeng.
4.4.2.7 Sumber Mata Air dan Tempat yang Dilindungi
Pada lingkungan masyarakat Samin terdapat beberapa lahan atau tempat yang keberadaannya dilindungi oleh masyarakat. Lahan yang dilindungi tersebut
berupa sumber mata air sendang, petilasan atau makam. Sebagian masyarakat mengkeramatkan tempat tempat tersebut. Masyarakat Samin
melihat lebih realistis bahwa tempat tersebut dihormati atau dijaga keberadaannya karena merupakan sumber kehidupan masyarakat sekitar.
Masyarakat melindungi tempat tempat tersebut dengan tidak menebang pohon, merusak atau mengambil apa saja yang terdapat pada kawasan tersebut.
Sumber mata air banyak ditemukan pada kawasan Pegunungan Kendeng utara yang berdekatan dengan lingkungan pemukiman masyarakat Samin di
Sukolilo Pati. Meskipun masyarakat Samin tidak langsung memanfaatkan sumber mata air tersebut untuk kebutuhan keseharian mereka, namun sumber
mata air tersebut secara tidak langsung berpenmgaruh terhadap aktivitas kehidupan masyarakat Samin karena sebagian lahan pertanian mereka
tergantung pada sumber mata air yang terdapat di kawasan Kendeng tersebut. Oleh karena itu masyarakat Samin memiliki kepedulian yang tinggi untuk
103 melestarikan kawasan Pegunungan Kendeng sebagai kawasan penyangga
sumber air Anonim 2005. Kepedulian mereka terhadap kelestarian Pegunungan Kendeng diwujudkan
dalam suatu wadah organisasi Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng JMPPK. Merupakan suatu organisasi yang beranggotakan
masyarakat umum, termasuk sebagian tokoh dan masyarakat Samin yang menjadi motor penggerak organisasi tersebut. Selain itu juga ada organisasi
peduli kelestarian lengkungan yang dikelola oleh kaum perempuan yang disebut Kelompok Simbar Wareh. Kegiatannya terutama menggalang kesadaran kaum
perempuan untuk melestarikan sumber air. Sumber mata air di Kawasan Kendeng Utara, yang dapat diamati
vegetasinya dalam penelitian ini antara lain: Sumber Sentul, Sumber Gadudero, Gua Wareh, Sumber Simbarjoyo, Sumber Ronggoboyo, Sumber Lawang dan
Sumber Soka. Keberadaan sumber mata air tersebut tetap terjaga kelestariannya, karena ada upaya dari masyarakat untuk tetap menjaga sumber
mata air tersebut dengan melakukan penghijauan, tidak merusak atau menebang pepohonan disekitar sumber mata air tersebut.
Di desa Klopoduwur juga terdapat tempat berupa sendang yang menurut penuturan seorang informan dahulu merupakan petilasan para wali. Tempat
tersebut sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat ritual bersih desa . Upacara bersih desa yang diadakan setahun sekali, pada hari tertentu, sehabis
masa panen. Kegiatan tersebut berlangsung turun temurun sampai saat ini. Bentuk kegiatannya berupa kenduri bersama seluruh masyarakat, dan biasanya
disertai nanggap wayang atau tayub. Penghormatan dalam bentuk pengkeramatan terhadap sejumlah situs di
mata air dan kesadaran untuk mempertahankan sumber mata air oleh masyarakat setempat merupakan suatu praktek konservasi yang dilakukan
masyarakat secara turun-temurun. Praktek konservasi tersebut dapat mempertahankan sejumlah pohon hutan yang sudah jarang dijumpai di tempat
lain. Jenis-jenis pohon yang di temukan pada beberapa sumbermata air di Kawasan Pegunungan Kendeng Pati, dan di desa Klopoduwur Blora dan sekitar
dusun Jepang Bojonegoro disajikan pada Tabel 22.
104 Tabel 22 Jenis pohon di sekitar sumber mata air pada lingkungan masyarakat
Samin
No Nama ilmiah
Nama local Suku
Pati Klop
Bjn 1
Adenanthera pavonina L.
Sogo Fabaceae
- -
+
2 Areca catechu L.
Jambe Arecaceae
- +
3
Arenga pinnata Merr Aren
Arecaceae +
- +
4 Artocarpus elasticus
Reinw. Bendo
Moraceae +
- +
5 Baringtonia
racemosa Roxb Putat
Lecythidaceae +
- -
6 Buchanania latifolia
Roxb. Pohan
Anacardiaceae +
- +
7 Calamus sp
Rotan Arecaceae
- -
+
8 Caryota mitis Lour.
Mbut buru Palmae
+ -
+
9 Ceiba pentandra
L. Gaertn. Randu
Bombacaceae +
- +
10 Dracontomelum dao
Blanco Merris Rolfe
Krao Verbenaceae
+ -
+
11 Dysoxulum
amooroides Miq. Kedoya
Meliaceae +
- -
12 Erioglossum
rubiginosum Brand Kleyu
Sapindaceae +
- -
13 Eugenia densiflora
Blume DC Jambu alas
Myrtaceae +
- -
14 Ficus elasticus L.
Beringin Moraceae
+ +
+
15
Ficus thonii Blume Preh
Moraceae +
+ +
16 Ficus variegata
Roxb Gondang
Moraceaeae +
- -
17 Garcinia dulcis
Mundu Roxb. Kurz
Clusiaceae +
- +
18 Gossampinus
heptaphylla Bakh. Randu Alas
Bombacaceae -
- +
19 Metroxylon sp
Resulo Arecaceae
+ -
-
20
Nauclea orientalis L. Gempol
Rubiaceae +
- -
21
Protium javanicum Burm.f
Trenggulun Burseraceae
+ -
-
22 Schleicera oleosa
Sambi Lour. Oken
Sapindaceae +
- +
23 Swietenia mahagoni
L. Jacq Mahoni
Meliaceae +
- +
24 Tamarindus indica L. Asem jawa
Fabaceae +
- +
25 Tectona grandis L.
Jati Verbenaceae
+ -
+
26 Terminalia edulis
Blanco Klumpit
Combretaceae +
- -
27 Tetrameles nudiflora
R.Br. Winong
Datiscaceae +
- -
105
4.5 Pembahasan 4.5.1 Pandangan Masyarakat Samin Terhadap Lingkungan
Pandangan masyarakat terhadap alam lingkungannya dapat dibedakan dalam dua golongan, yakni pandangan imanen holistik dan pandangan
transeden Soemarwoto 1988; Iskandar 2001; Soerjani et al. 2008. Dalam pandangan holistik manusia dapat memisahkan diri sistem biofisik di sekitarnya,
seperti hewan, tumbuhan, hutan, sungai, namun merasa ada hubungan fungsional dengan faktor-faktor biofisik tersebut sehingga membentuk satu
kesatuan sosio biofisik Soerjani et al. 2008. Dalam pandangan transeden manusia merasa terpisah dari lingkungannya. Ini terjadi karena lingkungan
dianggap sebagai sumberdaya yang diciptakan untuk diekploitasi sebesar-besar kemampuan.
Masyarakat Samin adalah masyarakat tradisional yang mempunyai pandangan holistic terhadap ekosistem dan sistem sosialnya. Manusia dan alam
lingkungan merupakan bagian yang tak terpisahkan, seperti wong manusia dan sandang pangan. Gambaran wong dan sandang pangan ini identik dengan
gambaran manusia dan alam lingkungannya seperti yang di gambarkan Soerjani et al. 2008. Manusia dan alam merupakan kesatuan yang tak terpisahkan
sehingga harus hidup kompak berdampingan. Dalam ajaran kebatinan seperti yang diyakini oleh masyarakat Samin
segala sesuatu yang ada dan yang hidup, pada prinsipnya satu dan tunggal Mulder 1977; Soerjani et al. 2008. Manusia dipandang sebagai percikan dari zat
Illahi yang meliputi segala sesuatu. Manusia merupakan salah satu manifestasi imanensi Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan utama dari ajaran kebatinan adalah
manunggaling kawulo Gusti. Manusia dan alam lingkungan atau segala yang berwujud pada alam semesta ini pada prinsipnya adalah realisasi dari Tuhan.
Karena itu manusia harus berusaha untuk dapat hidup serasi dengan bagian- bagian lain dalam ekosistem. Sebagai bagian integral ekosistemnya, masyarakat
Samin dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya selalu berikhtiar untuk dapat menjaga kelestarian ekosistemnya.
Pandangan ekologi-sentris ini secara umum terefleksikan dalam sikap mereka terhadap tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam. Manusia , hewan
dan tumbuhan dalam pandangan masyarakat Samin adalah Tritunggal, merupakan sesama hidup. Terhadap sesama hidup harus dihormati dan dijaga
106 keberadaannya. Pandangan ini membawa masyarakat Samin hidup serasi
dengan alam. Manusia merupakan bagian dari makhluk hidup lainnya sehingga mereka harus mempunyai etika yang menuntun mereka bertindak baik untuk
menjaga kehidupan tersebut. Sesuai dengan pandangan Keraf 2006 tentang biosentrisme, bukan hanya manusia yang mempunyai nilai tetapi alam juga
mempunyai nilai. Dalam cakupan yang lebih luas lagi sesuai dengan paham ekosentrisme yang memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologi baik yang
hidup maupun tidak hidup Keraf 2006; Hadi 2009. Paham ekosentrisme adalah menuntut
suatu etika yang tidak hanya berpusat pada manusia antroposentrisme tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya. Prinsip moral
yang dikembangkan adalah kepentingan seluruh komunitas ekologi Hadi 2009. Salah satu persepsi masyarakat desa termasuk masyarakat Samin tentang
kebutuhan dasar bukan terletak pada kemakmuran materi, melainkan lebih dalam keserasian dirinya dengan lingkungan hidupnya. Mencuri merupakan
perbuatan yang tidak benar dan merupakan pantangan besar. Menggunakan barang yang bukan miliknya merupakan tindakan yang tidak benar, jika
memerlukannya harus ada permintaan kepada pemiliknya. Dalam keseharian masyarakat Samin, pelanggaran terhadap suatu aturan tidak diberlakukan suatu
sanksi tertentu, namun keyakinan mereka tentang hukum karma, merupakan norma sosial yang sangat efektif menjaga moralitas masyarakat Samin dalam
bertindak terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan alam tempat tinggalnya.
Pandangan ini membawa masyarakat Samin menjadi masyarakat yang tidak berlaku ekploitatif terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya.
Sumberdaya alam dan lingkungannya merupakan sandang pangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, bukan untuk
diperjualbelikan dikomersilkan. Perilaku non ekploitatif ini merupakan prinsip penting dalam upaya pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelajutan.
4.5.2 Kegiatan Produksi Ekstraktivisme, sistem pertanian tradisional, penangkapan ikan dan peternakan
Kegiatan produksi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk
mendapatkan hasil diperlukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan subsisten maupun komersial.
107
4.5.2.1 Kegiatan Ekstrakstivisme
Kegiatan ekstrakstivisme merupakan kegiatan mengambil hasil hutan bukan kayu. Teknik ekstraksi yang diterapkan masyarakat Samin di adalah
dengan cara meramu, mengumpulkan dan mengekploitasi langsung dari hutan dalam jumlah terbatas. Jenis yang dikumpulkan adalah kayu bakar, bahan obat
tradisional dan pakan ternak. Hasil ekstraksi tumbuhan obat biasanya diramu untuk digunakan sendiri. Sedang kayu bakar umumnya digunakan sendiri, dan
sebagian dijual. Kegiatan ektraktivisme bukan merupakan kegiatan utama masyarakat
Samin, hanya sebagai kegiatan sambilan atau kalau memerlukannya. Kegiatan ekstrakrifisme yang sering dilakukan adalah mengambil kayu bakar, bahan obat
tradisional, dan pakan ternak. Mereka tidak mengambil hasil hutan berupa kayu bangunan. Beberapa jenis hasil hutan bukan kayu bahan bangunan diantaranya
di sajikan dalam Tabel 23. Tabel 23 Keanekaragaman jenis hasil hutan jati bukan kayu bangunan yang
digunakan Masyarakat Samin
No Nama lokal
Nama ilmiah Kegunaan
Keterangan 1
Anting-anting Acalypha indica
Obat Subsisten
2 Desmodium
Desmodium sp Pakan ternak
Subsisten 3
Garut Marantha arundinacea
bahan makanan, obat
Subsisten 4
Gmelina Gmelina arborea
Pakan ternak Daun, subsisten
5 Jati
Tectona grandis Kayu bakar
Subsisten, komersial 6
Kacangan Centrosema pubescen
Pakan ternak Subsisten
7 Kaliandra
Callyandra sp Kayu bakar
Subsisten 8
Nangka Artocarpus heterophylla
Kayu bakar, pakan ternak
Subsisten 9
Kesambi Shleicera oleosa
Kayu bakar Subsisten, komersial
10 Klerecede
Glyricidia sp Pakan ternak
Daun 11
Lamtoro Leucaena glauca
Kayu bakar, pakan ternak
Subsisten 12
Lemeni Ardisia eliptica
Obat Subsisten
13 Lempuyang
Zingiber aromaticum Sayuran, obat
Subsisten 14
Mahoni Swietenia mahagoni
Obat Biji, daun, subsisten
15 Pace
Morinda cytrifolia Obat
Buah, subsisten 16
Pulutan Urena lobata
Pakan ternak, obat Subsisten
17 Sabrang
Ipomoea crasicaulis Kayu bakar, obat
Subsisten 18
Secang Caesalpinnia sapan
Kayu bakar Subsisten
19 Sembukan
Andrographis paniculata Obat
subsisten 20
Sigaran Calopogonium
mucunoides Pakan ternak, obat
Subsisten 21
Suket genjoran Paspalum scrobiculatum
Pakan ternak Subsisten
22 Tapak liman
Elephantropu scaber Obat
Subsisten 23
Tempuyung Sonchus arvensis
Obat subisten
24 Turi
Sesbania grandiflora Kayu bakar, sayur
Subsisten
Kegiatan meramu hanya dilakukan oleh masyarakat Samin di Dusun Jepang Margomulyo dan Klopoduwur Blora karena letaknya berdekatan dengan
hutan jati. Pengambilan hasil hutan jati terutama adalah hasil pangkasan kayu
108 jati, atau pangkasan tanaman perindang atau tanaman pagar yang terdapat di
sekitar hutan jati. Pengambilan jenis liar untuk bahan obat jumlahnya sangat terbatas. Sebagian masyarakat sudah membudidayakan sendiri.
4.2.5.2 Sistem Pertanian Tradisional
Pertanian sawah merupakan bentuk aktivitas utama masyarakat Samin. Secara garis besar tahap-tahap pengerjaan lahan sawah hampir sama. Mereka
sudah mengguna cara-cara pertanian dengan modern seperti penggunaan traktor, bibit unggul, pupuk kimia, pestisida dan sebagainya. Tetapi terdapat
beberapa perbedaan diantara sejumlah lokasi penelitian karena kondisi biofisik lahan persawahan yang agak berbeda dan perkembangan pengetahuan
masyarakat dalam mengelola sawah Tabel 24. Sebagian masyarakat Samin masih mempertahankan sistem pertanian tradisional seperti penggunaan benih
dari hasil seleksi sendiri, penggunaan pupuk organikpupuk kandang, cara penanggulangan hama, dan sistem sambatan gotong-royong dalam
penggarapan lahan. Sistem pertanian sawah masyarakat Samin di atur sedemikian rupa
dengan pola tanam dan tahap penggarapan yang disesuaikan dengan kondisi biofisik lahan dan kebutuhan bahan pangan. Sehingga kebutuhan bahan pangan
bisa tercukupi. Sebagian besar tanah wilayah Blora dan Bojonegoro merupakan tanah
Mollisol Bakosurtanal 1999. Tanah Mollisol setara dengan tanah Andosol berasal dari batuan gamping, kaya bahan organik dan basa kation. Sedangkan
tanah di dataran rengah Kabupaten Kudus, Pati dan Blora merupakan tanah Inseptisol setara dengan tanah Latosol merupakan tanah endapan alluvial
dengan tekstur halus dan berlempung. Berdasarkan hasil analisis beberapa sampel tanah Lampiran 14 didapatkan bahwa tanah di Kaliyoso Kudus dan
Sukolilo Pati serta Tambak Blora cenderung basa, kandungan bahan C- organik berkisar 1-3, dan N-Total dengan kandungan P-Olsen lebih dari 20 ppm.
Menurut Hardjowigeno 2003 jenis tanah demikian termasuk kategori tanah sangat subur. Sedang di Klopoduwur Blora dan Jepang Margomulyo Bojonegoro
kadar P-Olsen lebih rendah berkisar antara 5-10 ppm, termasuk klasifikasi tanah subur. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tanah pertanian masyarakarat Samin
mendukung untuk kegiatan pertanian. Kondisi kesuburan tanah ini kemungkinan disebabkan oleh peran dan aktivitas masyarakat dalam mengelola tanah dan
menjaga kesuburan tanah antara lain pemberian pupuk kandang, dan pupuk
109 organik, pengaturan pola tanam, sistem tumpang sari dan dan tumpang gilir
serta pemberaan lahan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat secara telah melakukan aktivitas yang berpengaruh posistif terhadap lingkungannya.
Tabel 24 Kondisi persawahan dan jenis aktivitas dilakukan pada tiap desa pengamatan di lingkungan masyarakat Samin
Jenis kegiatan A
B C
D E
Jenis Sawah Sawah rawa
√ Sawah Irigasi
√ √
√ Sawah tadah hujan
√ √
Pola Tanam Padi-padi-Palawija
√ √
Padi-padi √
Padi-palawija-bero √
√ Teknologi pengolahan lahan
Modern dgn traktor √
√ √
√ √
Tradisional hewan ternak √
Kultivar padi yang di tanam Jenis unggul
√ √
√ √
√ Kultivar lokal
√ Cara mendapatkan benih
Membeli √
√ √
√ √
Membuat sendiri √
√ √
Penggunaan pupuk Pupuk kimia
√ √
√ √
√ Pupuk organik pupuk kandang
√ √
√ √
Penanggulangan hama Pestisida kimia
√ √
√ √
√ Pestisida hayati
√ √
√ √
Cara halus kepercayaan lokal √
√ Penanganan panen
Dengan sabit dan alat perontok padi √
√ √
√ √
Gabah dijual langsung basah √
√ Gabah dikeringkan sebagian disimpan
√ √
√ √
√ Sistem pengelolaan tenaga kerja
Gotong royong √
√ Upahan
√ √
√ Sistem penyimpanan gabah
Sendiri √
√ √
√ √
Kolektif lumbung padi √
√ √
√ √
Keterangan: A:Larikrejo dan Kaliyoso Kudus; B: Bombong dan Ngawen Pati; C: Klopoduwur Blora; D: Tambak Blora; E: Jepang Margomulyo Bojonegoro
110 Untuk mengantisipasi sawah yang sering tergenang air karena banjir di
daerah Sukolilo dilakukan dengan mengatur pola tanam. Dalam setahun mereka bisa dua kali menanam padi. Waktu tanam diajukan atau diundur disesuaikan
dengan kondisi hujan saat itu sehingga tanaman padi tidak terendam banjir. Sedang pada sawah tadah hujan padi ditanam satu kali, selebihnya untuk
penanaman palawija atau diberokan. Tabel 25 menunjukkan kalender masa tanam padi dan palawija di persawahan masyarakat Samin.
Tabel 25 Kalender masa tanam padi dan palawija sawah di lingkungan masyarakat Samin
Dusun
Sep Okt
Nv Des
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agt
Kaliyoso Sukolilo
Klopoduwur Tambak
Jepang Keterangan
:
masa tanam pertama MT1; masa tanam kedua MT2; masa tanam palawija
Kondisi iklim terutama curah hujan di lingkungan masyarakat Samin berdasarkan data curah hujan selama 5 tahun terakhir 2005-2009 menunjukkan
bahwa jumlah bulan dengan curah hujan lebih dari 100mm berdasarkan kriteria Schmidt Ferguson 1951 adalah 4-5 bulan kering pada bulan Nopember
hingga April. Pada bulan-bulan tersebut masyarakat melakukan aktivitas tanam padi. Awal penanaman padi juga disesuaikan dengan kondisi lahan persawahan
mereka, sehingga terdapat variasi diantara komunitas Samin yang diamati. Masyarakat Samin biasanya memulai masa tanam pertama MT1 pada bulan
Oktober hingga Nopember, tetapi masyarakat Samin di Sukolilo Kabupaten Pati, umunya memulai menanam padi lebih awal yaitu sekitar bulan September. Hal ini
dilakukan lebih akhir dikhawatirkan tanaman padi terendam banjir, karena biasanya pada sekitar bulan Desember-Februari curah hujan tinggi dan sering
terjadi banjir, sehingga tidak bisa di tanami padi. Oleh karena itu masyarakat Samin di Sukolilo Pati memajukan awal masa tanam mereka untuk menghindari
terjadinya banjir. elanjutnya mereka menanami kembali sawah mereka dengan padi MT2 setelah air surut sekitar bulan Maret-Juni.
Masyarakat Samin di Klopoduwur Blora dan Jepang Bojonegoro, umumnya menanam padi hanya sekali setahun, sebagian besar sawahnya merupakan
tadah hujan. Mereka memulai menanam padi sekitar bulan Nopember-
111 Desember, disesuaikan dengan kondisi curah hujan. Setelah tanam padi
dilakukan penanaman palawija, kemudian tanah diberokan. Dari contoh sistem pengaturan pola tanam yang dilakukan masyarakat
Samin di atas menunjukkan bahwa mereka telah melakukan tindakan yang sudah sesuai dengan kondisi lingkungan biofisik berupa iklim maupun kondisi
fisik lahan yang ada. Masyarakat Samin mampu beradaptasi dengan keterbatasan kondisi lingkungannya.
Hasil utama pertanian masyarakat Samin adalah padi. Tabel 26 menyajikan luas tanam, produktivitas padi di lingkungan masyarakat Samin
berdasarkan data yang diolah dari data sekunder Dinas pertanian setempat, monografi desa dan Kecamatan dalam angka tiap desa pada 2 tahun terakhir
2008-2009. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa produktivitas lahan paling tinggi adalah di dusun Tambak, Blora, sedangkan yang paling rendah
adalah di dusun Jepang Bojonegoro. Tabel 26 Luas tanam, produktivitas dan produksi padi sawah pada tahun
2008-2009 di lingkungan masyarakat Samin DesaDusun
Luas panen Ha
Produktivitas tonha
Produksi ton Kaliyoso Kudus
105.00 6.45
677.25 Sukolilo Pati
244.00 5.06
1342.00 Klopoduwur Blora
101.00 6.00
555.50 Tambak Sumber Blora
40.00 7.50
300.00 Jepang Bojonegoro
5.25 4.50
23.63
Sumber: data sekunder, diolah dari data dinas pertanian setempat, data kecamatan dalam angka
Pekarangan dan tegalan di pada Masyarakat Samin dan di pedesaan pada umumnya memadukan tanaman bermanfaat asal hutan dengan tanaman khas
pertanian. Kehadiran dan campur tangan manusia secara terus menerus meyebabkan lahan tersebut menjadi bersifat artifisial buatan hingga membuat
suatu sistem khas. Kekayaan jenis di setiap dusun pengamatan berkisar 100 sd 150 jenis, sedang secara keseluruhan di pekarangan dan tegalan masyarakat
Samin mencapai sekitar 200 jenis Gambar 27 . Berdasarkan perannya dalam menyediakan kebutuhan sehari-hari
pekarangan dan tegalan di sekitar pemukiman masyarakat Samin telah memberikan kontribusi yang tidak sedikit. Meskipun keanekaragaman jenis yang
tersedia tidak terlalu besar, namun berdasarkan penelaahan lebih lanjut sumberdaya tumbuhan yang ada telah dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
112 kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari kebutuhan pangan, obat tradisional,
bahan bangunan, peralatan, pakan ternak kayu bakar dan lainnya.
Gambar 27 Jumlah jenis tumbuhan berguna pada pekarangan dan tegalan masyarakat Samin
Pekarangan dan tegalan menyimpan potensi sumberdaya nabati yang cukup besar bagi masyarakat Samin bagi masyarakat Samin. Namun selama ini
tidak dikelola secara intensif. Tidak banyak aktivitas masyarakat yang mengupayakan lahan secara intensif dengan pemupukan, pemeliharaan secara
intensif maupun pembuatan klon atau kultivar baru untuk meningkatkan produktivitas lahan. Meskipun hasil produksi yang diperoleh selama ini terutama
digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan subsisten, namun perlu ada upaya lebih lanjut untuk meningkatkan produktivitas lahan sehingga lebih membawa
manfaat bagi masyarakat. Sebagian penduduk Samin yang tinggal di sekitar hutan jati merupakan
petani penggarap pesanggem hutan jati milik Perhutani setempat. Masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup memahami mengenai sistem agroforestri yang
telah dijalaninya secara turun temurun. Sistem tumpangsari merupakan suatu bentuk agroforestri sederhana yang dikembangkan di areal hutan jati di Jawa
Foresta 2000. Sistem ini dikembangkan dalam program penghutanan sosial Perum Perhutani. Sistem ini telah banyak membantu warga di sekitar areal hutan
jati yang umumnya lahan persawahan sangat terbatas. Bahkan sebagian warga yang tidak mempunyai sawah menggantungkan kehidupannya dari hasil
pertanian di ereal hutan jati ini. Sistem agrofestri yang dikembangkan Perhutani bersama masyarakat juga
berperan penting dalam memelihara keanekaragaman berbagai jenis tumbuhan. Berdasarkan hasil identifikasi di tiga lokasi areal hutan jati yang berbeda
113 didapatkan lebih dari 130 jenis tumbuhan lain, selain tanaman perkebunan utama
yaitu Jati Tectona grandis, Mahoni Swietenia mahagoni, sonokeling Dalbergia latifolia, Mindi Melia azedarach dan lainnya. Jenis-jenis tumbuhan lain tersebut
dapat dimanfaatkan penduduk untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar, bahan pangan, obat-obatan atau kebutuhan lainnya. Dengan demikian sistem
agroforestri di lahan hutan jati juga berperan dalam memelihara kehidupan ekonomi sosial masyarakat Samin.
Produksi pertanian berupa jagung pada lahan sawah dan tegalan disajikan pada Tabel 27. Dari data tersebut tercatat tiga lokasi yang mempunyai produksi
jagung, yaitu Sukolilo pati, Klopoduwur Blora dan dusun Jepang Bojonegoro. Lahan di persawahan masyarakat Samin Kudus di Kaliyoso dan Larikrejo
umumnya tanah berawa, pada musim kemarau tanah kering dan retak-retak, berdasar pengalaman masyarakat tidak cocok ditanami jagung. Sedang di dusun
Tambak, pada musim kemarau masih tetap menanam padi, atau menanam jenis palawija selain jagung.
Tabel 27 Luas panen, produktivitas dan produksi jagung di sawah dan tegalan tahun 20082009 di lingkungan masyarakat Samin
DesaDusun Luas panen Ha
Produktivitas tonha
Produksi ton Kaliyoso Kudus
- -
- Sukolilo Pati
88 5.50
484.00 Klopoduwur Blora
75 5.20
390.00 Tambak Sumber Blora
- -
- Jepang Bojonegoro
40.3 5.00
201.50 Sumber: Data sekunder, diolah dari Dinas pertanian setembat, data Kecamatan dalam
angka
4.2.5.3 Penangkapan Ikan
Sebagian kebutuhan protein hewani dipenuhi dari ikan yang mereka tangkap dari sungai, rawa dan embung. Hasil tangkapan ikan dijual dan sebagian
untuk kebutuhan sendiri. Kegiatan penangkapan ikan hanya dilakukan oleh masyarakat Samin di Kudus dan Pati. Mereka melakukan penangkapan ikan
pada saat menjelang akhir musim hujan, saat rawa atau embung mulai surut. Alat penangkap ikan yang digunakan antara lain: Branjang, jaring, jala, kail,
kembu, lodong, jaring. Jenis-jenis ikan hasil tangkapan antara lain disajikan pada Tabel 28.