Adat Kebiasaan Masyarakat Samin

51 Penting INP pada setiap satuan lingkungan, sebagai gambaran aktivitas masyarakat terhadap penutupan vegetasi satuan lingkungan. Data dianalis dengan pendekatan emik pengetahuan masyarakat lokal dan pendekatan etik pendekatan ilmiah dari sudut pandang ekologi 4. Data etnobotani: Keanekaragaman jenis tumbuhan berguna, kategori pemanfaatan dan pengelolaan yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan hasil wawancara ditabulasi dan dialaisis sesuai dengan tujuan penggunaan data. Data nilai kepentingan tumbuhan dalam budaya masyarakat dianalisis dengan perhitungan Indek kepentingan Budaya Index of cultural signification, ICS. 5. Data etnozoologi: Keanekaragaman jenis hewan, kategori pemanfaatan dan pengelolaannya, di tabulasi dan dianalisis dengan pendekatan pengetahuan masyarakat dan pengetahuan ilmiah zoologi. 4 ETNOEKOLOGI MASYARAKAT SAMIN Abstract This study aimed to reveal the Samin community interaction with the environment. The study was conducted in August 2009 to June 2010. Study sites included seven villages in four districts namely Larikrejo and Kaliyoso Kudus District; Ngawen and Bombong Pati District; Klopoduwur and Pond Blora District and the Japanese village Bojonegoro District. Data collection used field survey methods, open and semistructured interviews. Interviews were conducted to the key informants and supporters with the number of informants were 72. Determination of informants used purposive sampling and snowball sampling techniques. The results showed that the Samin communities have local knowledge in managing and utilizing biological resources and their environment. Their local knowledge was reflected in the shapes and forms of land use management system. Unit land of their production activities were in the form of fields, yards, moor, ponds, swamps, rivers and forests. The relationship between the Samin community and their environment was a manifestation of their worldview, such as between human wong, food sandang and clothing pangan . Key word: ethnoecology, land use, local knowledge, the Samin 4.1 Pendahuluan Etnoekologi merupakan bidang studi yang kehadirannya relatif baru, sehingga terminologinya masih menjadi perdebatan diantara para ahli. Istilah etnoekologi dicetuskan oleh Conklin 1954 ketika mempelajari masyarakat Hanunoo di Philipina. Secara istilah Etnoekologi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu multidisiplin yang mengkaji hubungan timbal balik antara aspek pola pikir dan aspek praktis suatu etnik terhadap sumberdaya alam mereka berikut pengaruhnya dalam suatu proses produksi. Kajiannya bertumpu pada bagaimana pemanfaatan alam oleh kelompok masyarakat etnis sesuai ragam kepercayan, pengetahuan dan pandangan kelompok etnis bersangkutan dalam pemanfaatannya Toledo 1992; Purwanto 2007. Studi etnoekologi mencakup keseluruhan pengetahuan ekologi masyarakat lokal yang menganalisis semua aspek pengetahuan lokal masyarakat tentang lingkungannya meliputi persepsi dan konsepsi masyarakat lokal terhadap lingkungannya corpus beserta strategi adaptasi dan sistem produksi serta pengelolaan sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya praxis. Pengetahuan ini juga menganalisis pengaruh persepsi lokal tentang lingkungan dan