184 dari hasil ternak sendiri. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dalam
keseharian masyarakat Samin jarang mengkonsumsi daging. Mereka mengkonsumsi daging hanya sesekali saat ada hajatan, saat menyembelih sapi
atau kerbau. Berdasarkan asalnya atau cara mendapatkannnya jenis hewan sumber
protein tersebut dapat dibedakan hewan hasil ternak, hewan buruan, dan ikan hasil tanggkapan atau peliharaan.
6.4.2.1.1 Hewan Ternak
Hasil pengamatan terhadap jenis hewan ternak yang dipelihara masyarakat
Samin dapat dicatat 9 jenis hewan Tabel 54. Keanekaragaman Jenis hewan
ternak dapat dibedakan jenis ternak besar, ternak kencil dan jenis unggas. Jenis ternak besar yang paling banyak adalah jenis sapi, jenis lain seperti kerbau
jarang di temukan. Ternak kecil berupa kambing atau domba merupakan jenis hewan ternak yang banyak dipelihara oleh penduduk. Jenis ternak unggas yang
banyak dipelihara adalah ayam, sedangkan bebek dan mentok hanya dimiliki beberapa orang.
Tabel 54 Jenis hewan ternak di lingkungan masyarakat Samin
Nama lokal Nama ilmiah
Kelasordo Keterangan
1 Sapi
Bos sondaicus Mamalia
Ternak besar
2 Kerbau
Bubalus bubalis Mamalia
Ternak besar
3 Kambing
Capra aegagrus Mamalia Ternak kecil
4 Kelinci
Lepus negricollis Mamalia Ternak kecil
5 Ayam
Gallus gallus Aves
Unggas
6 Bebek
Anas domesticus
Aves Unggas
7 Enthog
Aves Cairina
moschata Unggas
8 Kalkun
Meleagris sp AvesGaliformes
Unggas
9 Banyakangsa
Cynus cygnus AvesAnseriformes
Unggas
6.4.2.1.1.1 Ternak Sapi
Sapi merupakan jenis ternak besar yang banyak dimilki oleh rumah tangga warga Samin. Rata-rata jumlah sapi yang dimiliki tiap keluarga rumah
tangga 2 sd 5 ekor Tabel 55. Setiap keluarga Samin dudun Jepang Margomulyo Bojonegoro hampir semuanya memelihara ternak sapi, jumlah sapi
yang mereka miliki juga lebih besar dibanding dengan desa lainnya. Sedang di daerah lain di Kudus dan Blora, hanya sekitar 30 dari jumlah keluarga yang
memiliki ternak sapi.
185 Bagi sebagian masyarakat Jawa, sapi merupakan harta kekayaan yang
sangat bernilai sehingga di sebut sebagai rojokoyo. Masyarakat menghormatinya layaknya sebagai anggota keluarga, sehingga sapi di tempatkan dalam satu
rumah bersama dengan penghuninya. Fenomena kandang sapi dalam satu rumah ini sampai saat ini masih banyak dijumpai di daerah Blora dan
Bojonegoro. Tabel 55 Jumlah ternak sapi yang terdapat di lingkungan masyarakat Samin
Desa Jumlah sapi
Jumlah pemilik
Rata-rata Larikrejo dan kaliyoso Kudus
34 15
2.3 Bombong dan Ngawen Pati
210 84
2.5 Klopoduwur Blora
1478 466
3.2 Tambak Sumber Blora
1527 435
3.5 Jepang Margomulyo
Bojonegoro 984
214 4.6
Peran sapi bagi masyarakat saat ini lebih berfungsi sebagai sumber investasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup, bukan lagi sebagai alat
untuk membajak sawah. Bagi masyarakat Samin di dusun Jepang Bojonegoro yang lahan garapansawahnya sempit, hasil panen tidak mencukupi untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup maka, sapi merupakan investasi yang sangat berarti bagi kehidupannya. Mereka menjual sapi untuk keperluan yang
membutuhkan biaya besar seperti untuk hajatan perkawinan, membeli sepeda motor, mesin diesel,atau kebutuhan mendesak lainnya.
Bagi Masyarakat Samin di dusun Tambak Blora, sapi merupakan sumber tabungan untuk membeli lemah garapan atau sawah. Bila hasil panen cukup
bagus sebagian digunakan untuk membeli pedhet sapi muda untuk dipelihara sampai besar, kemudian dijual untuk membeli sawah. Sistem pembelian sawah
dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga, dan dilakukan secara bergiliran seperti arisan. Sawah yang dibeli terutama dari lahan sawah bukan
milik masyarakat Samin. Masyarakat Samin di Tambak Blora tidak pernah menjual sawahnya
kepada petani lain, karena tanah mereka tidak bersertifikat, otomatis tanah mereka tidak bisa diperjual belikan. Sebagai petani mligi pekerjaan utama,
bukan sampingan, mereka selalu berusaha untuk menambah lahan garapan dengan menyewa atau membeli lahan. Lahan sawah mereka tidak pernah
186 berkurang, tetapi terus bertambah. Itu merupakan salah satu strategi bagaimana
masyarakat Samin di Tambak Blora, tetap eksis hanya sebagai petani. Sapi dan hewan ternak lain menghasilkan kotoran ternak dan urin, beserta
sisa-sisa pakan untuk dijadikan pupuk kandang. Secara tradisional masyarakat mempunyai pengetahuan dan cara sederhana mengolah kotoran ternak tersebut
menjadi pupuk. Kotoran ternak dan sisa-sisa pakan ditampung pada suatu galian atau lubang, ditimbun dengan jerami, kemudian dibakar atau dibiarkan
sampai kering. Setelah kering kotoran ternak bisa dipakai sebagai pupuk. Bagi masyarakat Samin di dusun Tambak, Blora kandang Sapi menjadi
satu dengan rumah induk. Kandang sapi ditempatkan di bagian samping atau belakang rumah. Sedang di dusun lain kandang sapi sudah dibuat pada tempat
terpisah. Dalam kandang terdapat wadah makan ternak memanjang yang terbuat dari bambu Bambusa bambos. Kandang sapi juga digunakan untuk
menyimpan alat alat pemeliharaan ternak seperti kranjang untuk mencari rumput, sapu lidi, serok dari bambu dan pacul kayu untuk membersihkan kandang.
Kandang dibersihkan setiap pagi setelah sapi dikelurkan. Teknik pemeliharaan sapi warga masyarakat Samin masih sederhana.
Pada siang hari sapi dikeluarkan dari kandang, di ikat ditempat pemeliharaan, di samping atau di halaman rumah, tergantung lahan pekarangan yang tersedia.
Pada tempat pemeliharaan dibuatkan wadah pakan ternak dari bambu Bambusa bambos. Di sekitar tempat pemeliharaan biasanya tersimpan tumpukan jerami
kering sebagai pakan sapi. Pada sore menjelang malam hari sapi dimasukkan kandang.
Teknologi Pembuatan Pupuk Cair dari Urin Sapi. Masyarakat Samin di
Blora dan Pati mempunyai pengetahuan dan teknologi dalam pembuatan pupuk cair dari urin sapi atau hewan ternak lainnya. Bahan utama adalah urin sapi, urin
sapi dari kandang sapi ditampung dalam wadah, kenudian dimasukkan dalam ember. Urin sapi kurang lebih 20 liter, dicampur dengan bahan empon-empon
yang sudah ditumbuk halus. Bahan empon-empon tersebut terdiri dari laos, jahe, kencur, kunir, masing masing 1kg, ditambah daun mimbo, ikan asin ¼ kg.
Setelah bahan dihaluskan kemudian diperas. Air perasan dicampur dengan urin sapi, ditambah EM4 1 gelas, ditambah tetes tebu. Bahan ditutup rapat,
didiamkan selama 1 bulan. Setelah I bulan bahan bisa digunakan sebagai pupuk cair. Pupuk cair 1 cangkir kurang lebih 150ml dicampur dengan air sampai 1
187 tangki, cukup untuk menyemprot 13 Ha tanah. Pupuk cair ini disemprotkan pada
tanah 3 hari sebelum tanam dan satu minggu setelah tanam.
Pakan Sapi. Hewan ternak sapi terutama diberi makan jerami kering
damen. Jerami ini didapatkan ketika musim panen, kemudian disimpan ditimbun di sekitar kandang ternak. Jerami kering ini diberikan sebagai pakan
sapi sehari hari. Selain jerami tanaman yang disukai sapi antara diantaranya adalah Rebon tanaman jagung muda, ini diperoleh dengan cara menanam
jagung khusus untuk dipanen muda sebagai pakan sapi. Tanaman kacang cabut Arachis hypogaea dan kacangan Centrosema pubescent juga disukai sapi
baik diberikan dalam kondisi segar ataupun bentuk kering rendeng. Selain itu untuk pakan sapi sering diberikan makan berupa rumput rumputan Poaceae.
Rumput-rumputan ini biasanya diberikan dalam bentuk segar. Jenis rumput rumputan pakan sapi antara lain suket benggolo Panicum maximum Jacq.,
suket kolonjono Panicum muticum, setaria Setaria sphacelata, suket paitan Paspalum conjugatum, merakan Pogonatherum paniceum.
6.4.2.1.1.2 Ternak Kambing
Kambing merupakan hewan ternak yang dipelihara secara intensif oleh masyarakat Samin. Ternak kambing juga merupakan hewan peliharaan yang
berfungsi sebagai tabungan yang sewaktu waktu bisa dijual bila ada kebutuhan yang mendesak.Jumlah rumah tangga yang memiliki kambing sekitar 20-40
dari semua rumah tangga masyarakat Samin. Jumlah kambing yang dimiliki rata- rata 3 hingga 4 ekor kambir tiap keluarga pemilik Tabel 56.
Tabel 56 Jumlah ternak kambing di lingkungan Masyarakat Samin
Dusundesa Jumlah
kambing Jumlah pemilik
Rata-rata Larikrejo dan kaliyoso Kudus
690 170
4.1 Bombong dan Ngawen Sukolilo
Pati 512
159 3.2
Klopoduwur Blora 608
198 3.1
Tambak Sumber Blora 986
214 4.6
Jepang Margomulyo Bojonegoro 150
41 3.7
Kambing biasanya di pelihara secara intensif di kandang peliharaan yang berada di samping atau belakang rumah. Kandang kambing berbentuk seperti
rumah panggung, lantai kandang dibuat agak tinggi, sekitar 1 meter dari tanah, terbuat dari kayu papan atau bambu yang disusun sedemikian rupa sehingga
188 kotoran kambing dapat langsung jatuh ke tanah atau ditampung dengan jaring
agar mudah mengambilnya. Urin kambing ditampung dalam ember sebagai bahan pembuatan pupuk cair.
Pakan kambing terutama terutama dari jenis hijauan yang banyak terdapat di lingkungan sekitar pemukiman mereka. Jenis yang banyak digunakan adalah
dari Kacang-kacangan Fabaceae dan rumput-rumputan Poaceae Tabel 57. Kebutuhan pakan kambing umumnya di penuhi dari mencarai di kebun, tegalan
atau hutan sekitar tempat pemukiman. Lamtoro Leucaena glauca merupakan jenis pakan ternak yang banyak tersedia di sekitar masyarakat Samin, di
pekarangan atau tegalan. Jenis kangkung Ipomoea aquatica merupakan jenis pakan kambing yang penting bagi masyarakat Samin di Kudus, karena jenis
tersebut cukup banyak tersedia di rawa-rawa dan sekitar sawah mereka. Tabel 57 Jenis pakan ternak kambing di lingkungan masyarakat Samin
No Nama Lokal
Nama Ilmiah Suku
Keterangan 1
Besaran Morus alba L.
Moraceae
2
Gmelina Gmelina arborea Roxb.
Verbenaceae
3 Daun nangka
Artocarpus heterophyllus Lam.
Moraceae Disukai, cukup
tersedia
4 Kacangan
Centrosema pubescent Benth.
Fabaceae
5 Kaliandra
Calliandra alothyrsus Meisn
Fabaceae Disukai
6 Mlanding
Lamtoro Fabaceae
Leucaena gauca L. Benth
Disukai , banyak tersedia
7 Kremah
Alternantera sessilis L. R.Br. ex DC
Amaranthaceae Disukai, banyak
tersedia 8
Kangkung Ipomoea aquatica
Forssk. Solanaceae
Disukai, banyak tersedia
9 Suket
brambangan Commelina nudiflora L.
Commelinaceae
10 Suket Genjoran
Paspalum scrobiculatum L.
Poaceae
11 Suket benggolo
Panicum maximum Jacq.
Poaceae
12 Suket kolonjono Panicum muticum
Forssk Poaceae
13 Suket merakan
Pogonatherum paniceum Lam. Hack
Poaceae
14 Suket paitan
Paspalum conjugatum P.J. Bergius
Poaceae
15 Suket tuton
Echinocloa colona L. Link
Poaceae Disukai, tidak
banyak tersedia
6.4.2.1.1.3 Ternak Itik
Itik bebek dipelihara secara intensif oleh masyarakat Samin terutama di desa Larikrejo, Undaan Kudus. Daerah tersebut sebagian tanahnya bekas rawa,
189 sehingga banyak genangan air sehingga sesuai untuk lahan pemeliharaan itik.
Semula itik dipelihara dengan cara melepasnya secara bebas di sawah sawah, sungai atau rawa rawa, pada siang hari. Namun banyak keluhan dari para
pemilik sawah karena, karena air sawah yang terkena kotoran bebek menyebabkan kulit gatal-gatal sehingga menggangu proses penggarapan
sawah. Sekarang pemeliharaan bebek tidak dilepas bebas di lingkungan tetapi dipelihara dalam kandang tertutup.
Untuk memelihara bebek diperlukan ketelatenan dan kesabaran. Menurut masyarakat Samin yang mempunyai ternak bebek, memelihara bebek harus
memahami sifat mereka. Bebek mempunyai sifat yang unik, mudah stres jika salah memberikan makan. Jika stes bebek tidak mau bertelur sampai beberapa
hari. Bebek memerlukan pakan yang teratur dan cukup bergizi. Makanan bebek harus banyak mengandung protein hewani untuk memacu produksi telurnya.
Bahan makanan bebek berupa sortiran berbagai jenis ikan, atau keong mas. Bahan tersebut di haluskandigiling dicampur dengan bekatul. Bebek diberi
makan dua kali sehari pagi dan sore hari.
6.4.2.1.2 Hewan Hasil Berburu
Berdasarkan inventari jenis hewan yang terdapat di masyarakat banyak jenis hewan yang berpotensi sebagai sumber protein hewani, baik dari hewan
ternak maupun hewan liar. Hewan liar sebagai hasil dari hewan buruan di lingkungan masyarakat samin antara lain: babi hutan Sus sucrova, biawak
Varranus sp
, bajing Tupaia javanica ular dan landak Histrix sp.. Namun masyarakat Samin jarang memburu hewan liar dan mengkonsumsinya.
Perburuan hewan banyak dilakukan oleh masyarakat non Samin. Pada masyarakat Samin sebenarnya tidak ada larangan atau pantangan
yang jelas tidak boleh berburu atau memakan hewan buruan. Namun bila dikaji lebih lanjut dalam ajaran mereka terdapat pandangan bahwa hewan, tumbuhan
dan manusia, adalah sesama hidup yang disebut tri tunggal. Sesama hidup mempunyai hak yang sama untuk hidup, maka masyarakat Samin sangat
menghormati makhluk hidup lain, dan tidak mau sembarangan membunuh hidupan yang lain tanpa hak, kecuali memang merupakan sumber kebutuhan
hidup yang diperuntukkan bagi kehidupan manusia, misalnya hewan ternak.
190
6.4.2.1.3 Ikan
Jenis hewan yang banyak dikonsumsi sebagai protein hewani Masyarakat Samin di Kudus dan Pati terutama adalah ikan air tawar. Sumber ikan terutama
berasal dari sungai, rawa atau embung yang terdapat di sekitar pemukiman mereka. Jenis-jenis ikan yang terdapat di lingkungan masyarakat Samin antara
lain: wader, bethik, bloso, ikan sapu-sapu, kutuk, sepat, lundu, belut, udang , merupakan jenis ikan liar yang didapat dari sungai atau rawa. Sedangkan jenis
ikan yang dipelihara di kolam atau embung antara lain: mujair Oreochromis mossambicus, nila, gurameh Osphronemus goramy
, dan lele Clarias batrachus Tabel 58.
Tabel 58 Jenis ikan sumber protein hewani bagi masyarakat Samin
Nama lokal Nama Ilmiah
Status pemeliharaan
tempat cara mendapatkan
1
Bethik Anabas testudineus
Liar Rawa, sungai
2 Blosobetutu
Oxyeleotris marmorata Liar
Rawa,sungai embung
3
Grameh Osphronemus goramy
Budidaya Membeli
4 Ikan asin Layur
Pethek Trichiurus lepturus
Liar Membeli
5 Ikan Mas
Cyprinus carpio budidaya
Membeli
6
Ikan nila Oreochromis niloticus,
Budidaya Embung, membeli
7 Koteskutuk
Channa striata Liar
Sungai
8
Lele Clarias batrachus
Budidaya Membeli
9 Lundulele rawa Mystus sp
Liar Rawa, sungai, embung
10 Mujair
Oreochromis mossambicus
Budidaya Membeli
11
Sapu-sapu Hypostomus plecostomus Liar
Rawa, embung, sungai
12 Sepat
Trichogaster trichopterus, Liar
Rawa, sungai,embung
13
Tawes Barbonymus gonionotus
Liar Sungai, rawa
14 Urang
Triops longicaudatus Liar
Sungai
15
Wader Rasbora argyrotaenia
Liar sungai, rawa
16 Welut
Monopterus albus Liar
sawah, membeli
6.4.3.2 Hewan Peliharaan untuk Kesenangan
Jenis hewan yang dipelihara sebagai kesenangan antara lain Anjing dan burung. Hewan anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang dimiliki
sebagian masyarakat Samin. Dalam keseharian hewan ini sering diajak ke sawah untuk membantu mencari tikus. Dalam cerita pewayangan anjing
merupakan hewan kesayangan Prabu Puntodewo, karena hewan ini telah setia menemaninya sepanjang perjalannya. Anjing dianggap sebagai hewan mulia dan
merupakan penitisan seorang dewa. Jenis burung untuk kesenangan antara lain: perkutut Geopelia striata,
derkuku Streptopelia chinensis, jalak. Menurut pengamatan secara langsung
191 di lapangan, jenis hewan peliharaan untuk kesenangan ini jarang dimiliki oleh
penduduk. Hanya dimiliki oleh beberapa keluarga saja dalam kelompok masyarakat samin. Ini menunjukkan memelihara hewan untuk kesenangan
bukan merupakan kebutuhan yang mendasar.
6.5.3.3 Hewan Pemangsa Hama
Anjing merupakan hewan yang mempunyai kegunaan khusus bagi sebagian masyarakat samin. Selain sebagai hewan piaraan menjaga rumah,
ternyata anjing bagi masyarakat Samin digunakan untuk membantu memangsa hama tikus di sawah. Biasanya anjing dibawa ke sawah, secara otomatis akan
mencari dan memangsa tikus yang ada di sawah. Menurut penuturan warga, anjing yang sudah terlatih cukup pintar untuk mencari tikus di sawah, sehingga
bisa mengurangi populasi hama tikus. Selain anjing terdapat hewan liar yang memangsa hama sehingga
dianggap menguntungkan atau membantu petani yakni: ular sawah, burung hantu, katak, laba-laba temonggo. Hewan-hewan tersebut memangsa hama
tanaman padi. Misalnya ular membantu memangsa tikus; katak memangsa belalang atau kaper serangga yang menjadi hama tanaman dan laba-laba
memangsa belalang atau walangsangit. Jenis burung seperti alap alap Accipiter sp, manuk guwekburung hantu Tyto alba; Bubo sp, blekok, kuntul, trocok juga
dianggap menguntungkan petani. Alap alap dan guwek memangsa tikus, sedangkan blekok, kuntul, trocok membantu memakan ulat atau hewan lain pada
tanaman padi. Jenis-jenis hewan pemangsa hama dalam pengetahuan masyarakat Samin ditampilkan pada Tabel 59.
Tabel 59 Jenis hewan pemangsa hama dalam pengetahuan masyarakat Samin
No Nama lokal
Nama ilmiah Taksonkelas
Keterangan 1
Alap-alap Accipeter sp
Aves Pemangsa tikus, ular
2
Burung hantu Bubo sp
Aves Pemangsa tikus, ular
3 Burung hantu
Tyto alba Aves
Pemangsa tikus
4 Elang
Spilornis cheela Aves
Pemangsa tikus, ular
5 Kuntul sawah
Ardeola speciosa Aves
Pemakan ikan
6 Kuntul kecil
Egretta garzette Aves
Pemakan ikan
7 Laba-laba
Insecta Arthropoda
Anoplodactylus lentus Pemangsa serangga
8 Anjing
Canis familiaris Mamalia
Pemangsa tikus
9 Garangan
Herpestes javanicus Mamalia
Pemangsa tikus
10
Katak Bufo sp
Amphibi Pemangsa serangga
11 Ular sawah
Phyton reticulates Reptil
Pemangsa tikus, katak
192
6.4.3.4 Hewan Pengganggu Tanaman Budidaya dan Pengganggu Ternak
Dalam pengetahuan masyarakat Samin terdapat beberapa jenis hewan yang keberadaannya menyebabkan kerugian bagi petani karena mengganggu
tanaman atau hewan ternak mereka. Hewan penganggu tersebut berupa hewan besar atau kecil. Hewan besar sebagai pengganggu tanaman pertanian antara
lain kera Macaca fasciculata, celengbabi hutan Sus scrova yang sering memangsa jagung, ketela pohon; dan tikus sawah Rattus argentivente yang
memangsa tanaman padi. Hewan kecil sebagai pengganggu terutama sebagai hama padi antara lain: wereng coklat Nilaparvata lugens, walangsangit
Leptocorisa oratorius, sundep Scirpophaga innotata, dan klaper. Selain itu juga diketahui beberapa jenis hewan yang kadang-kadang menggangu hewan
ternak mereka misalnya, Rase Vivericula indica, garangan Herpentes javanicus dan kucing hutan Felis silvertris. Jenis hewan pengganggu hewan
ternak dan tanaman budidaya selengkapnya ditampilkan pada Tabel 60. Dalam menghadapi hewan pengganggu atau hama, masyarakat Samin
mempunyai beberapa pandangan dan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasinya. Untuk menanggulangi hama tikus mereka menggunakan
anjing, atau dengan melakukan penggropyokanomprongan pada lubang tikus. Sebagian masyarakat Samin mengantisipasi kedatangan hama tikus dengan
cara membersihkan grumbul semak yang ada di sekitar pematang sawah galengan yang dianggap merupakan tempat persembunyian tikus. Pematang
sawah yang lama di pecahdicangkul kembali untuk dibuat galengan baru untuk menghilangkan tempat persembunyian tikus.
Sebagian masyarakat Samin tidak menganggap tikus sebagai binatang yang merugikan sehingga yang diberantas atau dibunuh. Dalam penuturan
seorang tokoh Samin di Pati dikatakan bahwa tikus sebagaimana makhluk hidup lainnya juga butuh makan, mereka memangsa tanaman pertanian karena sudah
tidak tersedia pakan lainnya. Lahan yang ada sudah banyak digarap manusia sehingga mereka tidak cukup mendapat makanan di alam bebas. Oleh karena itu
tidak selayaknya membunuh tikus, cara yang terbaik adalah memahami apa yang diperlukan hewan tersebut. Dengan pemikiran demikian tokoh Samin
tersebut memberikan sejumlah makanan yang diberikan secara khusus kepada tikus, dengan syaratpermintaan tidak mengganggu tanaman milik petani.
193 Tabel 60 Jenis hewan pengganggu ternak dan tanaman budidaya di lingkungan
masyarakat Samin
No Nama lokal
Nama ilmiah Kelas
Keterangan 1
Garangan Herpestes javanicus
Mamalia Pemangsa ayam
2 Rase
Vivericula indica Mamalia
Pemangsa ayam, kambing
3 Kucing hutan
Felis silvestris Mamalia
Pemangsa ayam
4 Kethek
Macaca fasciculata Mamalia
Pemakan tanaman jagung, ketela
pohon
5 Celengbabi
hutan Sus scrova
Mamalia Pemakan tanaman
jagung, ketela pohon, kacang
tanah
6 Tikus sawah
Rattus argentivente Rob KL
Mamalia Pemangsa
tanaman padi, jagung
7 Burung emprit
sawah Lonchura
leucogastroides Burung
Hama padi
8 Kwangwung
Oryctes rhinoceros Serangga
Perusak tanaman kelapa
9
Walang sangit Leptocorisa oratorius
Serangga Hama padi
10 Walang coklat
Nilaparvata lugens Serangga
Hama padi
11 Wereng hijau
Nepotettis apicalis Serangga
Hama padi
12 Klaper
Fase dewasa Scirpophaga innotata
Serangga Hama padi
13 Sundep
Scirpophaga innotata Serangga
Hama padi
14 Hama putih
Cnaphalocrosis medinalis
Serangga Hama padi
15 Ulat jagung
Agrotis sp Serangga
Hama tanaman jagung
16 Kutu daun
jagung Rophalosiphum
maydis Serangga
Perusak daun jagung
17 Ulat grayak
Spodoptera litura Serangga
Hama kacang kacangan
18 Ulat penggerek
polong Etiella zinckenella
Serangga Hama kacang
kacangan
19 Kepik
Riptortus linearis Serangga
Hama kacang kacangan
20 Uret
Lepidiota stigma Serangga
Perusak akar
S
ebagian petani masyarakat Samin mempunyai cara tersendiri untuk menanggulangi serangan hama yaitu dengan cara halus. Mereka meyakini
bahwa apa yang ada itu sudah diatur oleh Yang Kuasa. Hewan yang datang dan memakan tanaman pertanian memang karena mereka butuh makanan,
sama seperti manusia. Sebagai sesama hidup manusia tidak berhak membunuh hewan. Dengan demikian mereka menghindari menggunakan cara kasar dengan
194 membasmi hama menggunakan pestisida. Jika terpaksa harus menggunakan
mereka, memakai dengan dengan hati-hati dengan frekuensi jarang, hanya sekedar untuk mengusir. Tidak ada rasa dan niatan untuk membunuh hewan-
hewan tersebut.
6.4.3.5 Hewan Sebagai Bahan Obat Tradisional
Hanya 10 jenis hewan yang diinformasikan oleh masyarakat dapat digunakan sebagai bahan obat. Pengetahuan jenis hewan untuk obat ini
terutama diperoleh dari pengalaman mereka menggunakan sendiri, atau mengetahui dari informasi orang lain. Jenis hewan yang digunakan untuk
pengobatan bagi masyarakat samin ditampilkan pada Tabel 61. Jenis hewan yang digunakan sebagai obat umumnya adalah jenis yang
banyak terdapat di sekitar rumah mereka. Sebagian besar dari kelompok Reptil antara lain: cecak Hemydactilus sp, kadal Mabouya, Tokek Gecko gecko
dan Ular. Jenis hewan lain kelompok mamalia adalah kelinci, dari kelompok Molusca adalah bekicot Acatina fulica, kepiting Crustaceae, dan Cacing tanah
Pheretima sp. Tabel 61 Jenis hewan sebagai bahan obat tradisional pada masyarakat Samin
No Nama local
Nama ilmiah Kegunaan
pengobatan Bagian yg
digunakan Cara
penggunaan 1
Bekicot Acatina fulica
Sakit kulit Luka baru
Daging Air liur
Ditelan dioleskan
2 Cacing tanah Pheretima sp
Penurun panas, tipes
Seluruh bagian
Dihaluskan diminum
3 Cecak
Hemidactylus frenatus
Penyakit dalam
ekor Ditelan
4 Kadal
Mabauya multifasciata
Sakit kulit, gatal
tubuhnya Dibakar,
dimakan 5
Kelinci Lepus
negricollis Sakit kuning
Darah, daging
Darah diminum, daging dimasak
6 Kepiting
yuyu beyes Crustacea
Sakit tipes tubuhnya
Dihaluskan, dicampur bahan
lain dimakan 7
Tekek Tokek
Gecko gecko Sakit
kuliteksim tubuhnya
Dibakar, dimakan
8 Temonggo
laba-laba Insecta
Pembalut luka
sarang Dibalutkan
9 Undur-undur
Myrmeleon sp Obat batuk,
gula, darah tinggi
Seluruh bagian
tubuh Ditelan
10 Ular
Phyton sp Ptyas corros
Obat kulit, obat kuat
Darah, daging
Darah diminum, daging dimasak
195 Jenis penyakit yang diobati terutama adalah penyakit luar seperti penyakit
kulit atau obat luka dan penyakit dalam antara lain: batuk, sakit kuning, dan darah tinggi. Bagian yang digunakan umumya seluruh bagian tubuhnya.
Sedangkan cara penggunaan ada yang di telan langsung dalam, dihaluskan dulu, dibakar atau dimasak lebih dahulu.
Frekuensi penggunaan jenis hewan untuk obat dikalangan masyarakat Samin relative jarang, hanya dilakukan oleh beberapa orang saja. Rasa tidak
tega atau jijik kemungkinan menjadi penyebabnya
6.4.3.6 Hewan untuk Ritual
Tidak banyak hewan yang diketahui sebagai bahan untuk ritual, karena bahwa tidak banyak ritual yang dilakukan masyarakat samin. Ritual yang umum
dilakukan adalah brokohan, semacam slametan atau kenduri untuk berbagai keperluan atau hajatan misalnya slametan pernikahan, sunatan, labuhan
kelahiran, awal tanam padi atau akan panen padi. Bahan untuk brokohan ini biasanya berupa makanan pokok nasi tumpeng dengan lauk pauk tahu, tempe
dan sayuran gudangan, dan ingkung ayam, beserta telur ayam. Ayam Gallus gallus merupakan satu satunya hewan yang digunakan dalam kegiatan ritual
masyarakat Samin.
6.4.3.7 Hewan Liar di Hutan
Pengertian hewan liar bagi masyarakat samin adalah hewan-hewan yang terdapatnya sekitar hutan alas atau tempat yang jauh dari tempat pemukiman
masyarakat. Masyarakat Samin yang mengenal hewan liar terutama mereka yang tinggal di sekitar hutan, atau mereka yang sering pergi ke hutan. Jenis
hewan liar yang dikenal misalnya macan loreng Panthera tigris, macan tutul Panthera pardus, pernah ditemukan jejak-jejaknya atau sisa-sisa bulunya di
salah satu gua di Pegunungan Kendeng Sukolilo Pati. Jenis kijang Muticus muntjak dahulu dapat dijumpai meskipun sekarang sulit ditemukan. Jenis celeng
Sus scrova, kethek Macaca fascicularis, ayam alas Gallus varius, merak hijau Pavo muticus, masih bisa ditemukan di hutan jati. Ular, biawaksliro dan
landak dan berbagai jenis burung masih sering ditemukan. Jenis hewan liar yang diketahui masyarakat ditampilkan pada Tabel 62.
Menurut penuturan informan beberapa jenis hewan liar seperti kera Macaca fascicularis, Celeng Sus scrova dahulu sering menjadi hewan
pengganggu tanaman pertanian. Masyarakat menyadari bahwa tempat hidup
196 hewan tersebut sudah rusak, sehingga hewan hewan tersebut sulit mencari
makanan. Oleh karena itu hewan liar tersebut sering menyerbu lahan pertanian penduduk di sekitar hutan. Jenis hewan tersebut sekarang keberadaannya sudah
sangat jauh berkurang karena terbatasnya habitat dan pangan yang tersedia. Masyarakat samin sendiri mempunyai prinsip ajaran bahwa manusia dan
hewan sama sama hidup, tidak mau mengganggu atau membunuh hewan lain. Tidak ada masyarakat samin yang pekerjaannya berburu hewan liar. Hewan liar
dibiarkan di tempat hidupnya, karena mereka juga mempunyai hak hidup. Demikian juga masyarakat tidak mau menjarah kayu atau merusak hutan
karena bukan hak miliknya. Tabel 62 Jenis hewan liar di sekitar hutan pada lingkungan masyarakat Samin
No Nama lokal
Nama ilmiah Kelas
Keterangan 1
Macan loreng Panthera tigris
Mamalia Sangat jarang
2 Macan tutul
Panthera pardus Mamalia
Jarang 3
Bracankucing hutan
Felix sylvestris Mamalia
Jarang 4
Celeng Sus scrova
Mamalia Sedang
5 Kethek
Macaca fascicularis Mamalia
Sedang 6
Kijang Muntiacus muntjak
Mamalia Jarang
7 Landak
Hystrix sp Mamalia
Sedang 8
Biawak Varranus sp
Reptilia Jarang
9 Ular
Phyton reticulates Reptilia
Jarang 10
Ayam alas Gallus varius
Aves Banyak
11 Merak hijau
Pavo muticus Aves
Sedang 12
Alap-alap Accipiter sp
Aves Sedang
13 Kadalan
Aves Phaenicopaheus
javanicus Sedang
14 Sikatan ekor
merah Aves
Rhipidura phoenicura
Sedang
6.5. Pembahasan
Pengetahuan masyarakat Samin tentang keanekaragaman sumberdaya hewani tidak terlalu luas. Tidak dikenal penamaan hewan secara khusus yang
membedakan dengan penamaan oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Pengetahuan mengenai klasifikasi hewan secara tradisional tergambar dari
kategori pengelompokan berdasarkan peran atau penggunaanya. Berdasarkan pemanfaatannya berbagai jenis hewan dapat dikelompokkan dalam beberapa
kategori antara lain: hewan peliharaan, sumber protein hewani, hewan yang merugikan karena menjadi hama, bahan obat, bahan ritual dan hewan liar yang
belum diketahui kegunaan khusus.
197 Masyarakat Samin hanya mengenal dengan baik jenis-jenis hewan yang
ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Jenis hewan ternak merupakan jenis yang paling paling dekat dengan kehidupan mereka. Berdasarkan status
pemeliharaannya hewan yang dipelihara atau dibudidayakan kurang dari 25, termasuk diantaranya adalah hewan ternak dan beberapa ikan. Sedangkan
selebihnya 87, merupakan hewan yang hidup bebas di alam. Dalam pandangan masyarakat Samin semua yang ada di luar manusia
termasuk sumberdaya hewan, tumbuhan, dan lingkungan disebut sebagai sandang pangan. Sandang pangan merupakan manisfestasi dari bentuk
kebutuhan sebagai suplemen kehidupan manusia. Segala sesuatu yang ada di alam ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam pandangan
antroposentris Keraf 2006 manusia seolah menjadi titik sentries yang bisa menggunakan sepenuhnya sumberdaya alam yang ada ini untuk diekploitasi
sebesar-besarnya untuk kebutuhan manusia. Namun tidak demikian dalam pemahaman masyarakat Samin. Manusia dan makhluk hidup lainnya hewan,
tumbuhan, mempunyai kedudukan yang sama sebagai makhluk hidup, saling melengkapi dan membutuhkan sehingga tidak dibenarkan untuk menggunakan
atau mengekploitasi tanpa hak. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat Samin mempunyai pandangan ekosentris Keraf 2006, karena kewajiban dan
tanggung jawab moral berlaku terhadap semua realitas ekologi. Dalam pandangan masyarakat Samin manusia, hewan dan tumbuhan
disebut sebagai Tri tunggal Istilah tri tunggal mempunyai arti satu wujud, dalam tiga bentuk. Pertama: manusia; kedua berupa Sandang pangan. Sandang
pangan di bagi dua yaitu, pertama: yang hidup dan bisa berjalan atau bergerakpindah tempat bewujut hewan, dan kedua, yang hidup tapi tidak bisa
berjalan, bergerak, atau berpindah tempat, berupa tumbuhan. Berdasarkan pandangan tersebut dapat diketahuai bahwa mereka
memahami semua makhluk hidup punya hak sama untuk hidup. Keberadaan makhluk hidup lain akan menjamin kehidupan manusia. Prinsip ini tidak banyak
diungkapkan oleh masyarakat samin, namun sudah menjadi karakter bahwa mereka sangat menghargai kehidupan hewan, tumbuhan yang ada di sekitar
lingkungan mereka. Tindakan mereka dalam memelihara hewan ternak atau hewan piaraan
yang lainnya, di dasari oleh prinsip hidup atau ajaran yang mereka yakini. Hewan peliharaan bagi mereka bukan sekedar barang atau aset yang hanya
198 diambil keuntungannya. Tetapi masyarakat memanggap hewan adalah sesama
hidup yang perlu dirawat dan dijaga dan dipelihara sepenuh hati, seperti menjaga hidup yang dimiliki oleh setiap manusia yang bernyawa. Hal itu merupakan satu
bentuk tindakan masyarakat Samin sebagai realisasi ajaran mereka. Mereka menjani kehidupan dengan sepenuh jiwa tidak pernah berniat merugikan
makhluk lainnya. Demikian juga pandangan terhadap hewan penganggu atau hama yang
menyerang tanaman pertanian atau hewan ternak. Mereka memahami bahwa hewan pengganggu tersebut butuh makan untuk hidup. Dengan konsep
pemahaman demikian masyarakat Samin agak berbeda dalam menghadapi gangguan hewan tersebut. Mereka berusaha menggunakan cara halus untuk
menanggulangi gangguan hama yang menyerang tanaman pertanian mereka. Masyarakat Samin tidak banyak mempunyai pengetahuan terhadap hewan
liar di hutan. Mereka hanya mengetahui dari cerita orang atau ketika ada serangan hewan liar misalnya kera Macaca sp dan celeng Sus scrova
terhadap tanaman pertanian mereka. Hutan merupakan tempat hidup dan tempat mencari makan hewan liar. Maka sudah sepantasnya hutan atau lingkungan
tempat hidup mereka tidak diganggu atau dirusak agar mereka tidak mengganggu manusia.
Dalam pengelolaan hewan ternak masyarakat Samin masih menggunakan cara-cara pemeliharaan tradisional. Belum banyak sentuhan teknologi baik dalam
pemeliharaan, penyediaan jenis pakan, maupun penataan kandang. Jenis hewan yang mempunyai peran penting bagi masyarakat Samin adalah hewan ternak
sapi dan kambing. Peran ternak besar sapi dan kerbau telah mengalami pergesaran yang awalnya sebagai alat membantu mengerjakan sawah, saat ini
lebih berperan sebagai alat investasi dan dijual saat kebutuhan mendesak. Dilihat dari potensinya lingkungan masyarakat Samin sesuai untuk
pengembangan usaha peternakan terutama di kawasan pedesaan dan pinggiran hutan, seperti di Blora dan Bojonegoro dan perikanan untuk daerah
yang cukup air seperti di Kudus dan Pati. Namun usaha peternakan terutama sapi saat ini dirasakan tidak memberi keuntungan karena mahalnya biaya
perawatan dan harga jual yang rendah. Peran ternak sebagai penyedia pupuk kandang sudah banyak ditinggalkan masyarakat, tergantikan dengan pupuk
kimia. Padahal sebenarnya peran ternak ini sangat besar terutama dalam
199 penyedia unsur hara untuk menjaga siklus dan menjaga kesuburan tanah di
lingkungan masyarakat Samin. Ketergantungan terhadap sumberdaya hewan saat ini tidak terlalu tinggi.
Hewan dipandang sebagai pelengkap kehidupan atau seperti sandangan pakaian yang sewaktu-waktu bisa digunakan bila senang atau saat diperlukan
atau ditanggalkan bila tidak tidak diperlukan. Belum banyak praktek-praktek pemelihaan secara intensif terhadap jenis hewan ternak atau hewan potensial
lainnya. Sisi positifnya mereka tidak banyak melakukan ekploitasi perburuan terhadap hewan liar yang terdapat di lingkungan sekitar.
6.6. Simpulan
Pengetahuan masyarakat Samin mengenai keanekaragaman jenis hewan terbatas pada hewan yang dekat dengan pemukiman mereka. Dalam penelitian
ini dapat didokumentasi 81 jenis hewan yang diketahui mempunyai manfaat atau kegunaan bagi masyararakat Samin. Terbagi dalam kelompok Aves 24 jenis,
Mamalia 19 jenis, Amphibi 3 jenis, Reptil 7 jenis, Pisces 14 jenis, Molusca 2 jenis, Crustaceae 2 jenis, Insecta dan Oligochaeta 1 jenis. Berdasarkan
kategori pemanfaatannya dapat dikelompokkan: hewan sumber protein hewani 21 jenis, hewan peliharan untuk kesenangan 7 jenis, hewan pengganggu
tanaman budidaya 17 jenis, hewan pemangsa hama 17 jenis, bahan obat tradisional 10 jenis, bahan ritual 1 jenis dan belum diketahui kegunaan khusus
35 jenis. Hewan paling penting bagi masyarakat Samin adalah hewan ternak terutama sapi. Kegunaan sapi saat ini lebih berperan sebagai tabungan atau alat
investasi bukan untuk membantu petani dalam menggarap sawah. Masyarakat menganggap sumberdaya hewan merupakan pelengkap
kehidupan mereka yang harus dijaga keberaadaanya dan tidak saling mengganggu. Mereka lebih banyak menggunakan jenis yang sudah
dibudidayakan, tidak banyak melakukan eksploitasi terhadap sumberdaya hewani, tidak berburu, tidak melakukan aktivitas yang merusak habitat jenis
hewan. Jenis hewan yang mempunyai peran penting bagi masyarakat adalah hewan ternak. Hewan ternak terutama berfungsi sebagai investasi tabungan
manyarakat. Teknik pemeliharaan ternak masih secara tradisional, belum dikelola secara intensif.
7 PEMBAHASAN UMUM
7.1 Masyarakat Samin Saat ini
Masyarakat Samin adalah kelompok masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko Saminisme. Samin Surosentiko mengajarkan kepada murid-
muridnya agar berbuat kebajikan, kejujuran dan kesabaran. Menurut Hutomo 1996 ajaran tersebut merupakan sifat-sifat yang dimiliki Prabu Puntodewo.
Dalam cerita pewayangan Prabu Pontodewo atau Yudistiro merupakan raja dari Kerajaan Amarta. Sifat yang paling menonjol dari Prabu Puntodewo adalah
sabar, jujur, taat, percaya diri dan berani berspekulasi. Versi lain mengisahkan bahwa Puntodewo merupakan manusia berdarah putih, sebagai kiasan tokoh
yang selalu berhati suci dan menegakkan kebenaran. Prabu Puntodewo juga punya nama lain yaitu Dharmawangsa yang berarti raja yang adil dan bijaksana.
Tampaknya para pengikut Samin ingin meneladai sifat-sifat Prabu Puntodewo tersebut, dan ini tercermin dalam diri tokoh panutan mereka yaitu Samin
Surosentiko. Pada awal kemunculannya gerakan Samin merupakan suatu gerakan
perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Pemicu munculnya gerakan Samin adalah tindakan pemerintah pemerintah kolonial Belanda yang banyak
merubah tatanan-tatanan masyarakat tradisional yang telah tercipta dan tertradisi. Penguasaan tanah atau hutan, penerapan tanam paksa, penerapan
pajak tanah yang tinggi melatar belakangi munculnya gerakan Samin di daerah Blora. Sikap dan tindakan pemerintah saat itu menimbulkan kebencian komunitas
Samin terhadap pemerintah Belanda. Bentuk perlawanan tidak dilakukan dengan menggunakan kekerasan fisik melainkan dengan simbol-simbol, bahasa, budaya,
busana serta adat istiadat yang berbeda jika berhadapan dengan masyarakat umum dan pemerintah. Bentuk perlawanan lain adalah melawan atas peraturan
pemerintah terhadap pembayaran pajak, kepemilikan tanah, pengumpulan ternak di kandang umum dan penolakan pengumpulan padi di lumbung desa. Hal inilah
yang menyebabkan pengikut ajaran Samin dicap sebagai masyarakat anti pemerintah.
Banyak tohoh Samin dan pengikut-pengikutnya akhirnya ditangkap Belanda. Diantara pengikut-pengikutnya banyak yang lari mengasingkan diri ke
pedesaan di sekitar hutan jati. Seiring dengan jatuhnya pemerintah Belanda
202 hingga masa kemerdekan, maka gerakan Samin berangsur-angsur surut dengan
sendirinya. Pengikut Samin yang tersisa tinggal di ‘pengasingan’ pedesaan hingga sekarang.
Masyarakat Samin sebenarnya merupakan bagian dari sukuetnik Jawa. Kelompok masyarakat ini disatukan oleh kesamaan idiologis, bukan berasal dari
suatu komunitas turun-temurun. Namun dalam perkembangannya selama lebih dari satu abad, umumnya mereka menikah dengan sesama penganut ajaran
Samin endogami. Mereka memiliki dan mendiami suatu kawasan tetap serta secara tradisional tergantung dan memiliki ikatan sosio-kultural, religius yang erat
dengan lingkungan lokalnya, hal ini merupakan ciri masyarakat adat Nababan 2003. Sehingga komunitas Samin bisa dikatakan sebagai masyarakat adat.
Menurut Konggres I Masyarakat Adat Nusantara tahun 1999, yang dimaksud masyarakat adat adalah komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul
secara turun-temurun di atas satu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum adat
dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakat. Pada saat ini masyarakat Samin masih tinggal di pedesaan, hidup
mengelompok sesama komunitasnya. Seiring dengan kemajuan jaman, perubahan kondisi sosial politik bangsa, maka banyak penganutt Samin yang
meninggalkan ajarannya. Sebagian masyarakat Samin sudah menerima sistem pendidikan formal, mau membayar pajak, menerima program-program
pemerintah seperti dalam bidang pertanian, kesehatan, sosial politik dan lainnya. Kemajuan teknologi informasi, prasarana jalan, penerangan, sarana komunikasi
dapat diakses dengan mudah sehingga, mempercepat proses penyesuaian mereka dengan masyarakat umum. Proses ini yang menjadi penyebab semakin
berkurangnya penganut Samin, seperti yang terjadi di Klopoduwur Blora dan daerah sekitar yang merupakan tempat lahirnya gerakan Samin.
Sebagian masyarakat Samin yang tersisa masih cukup kuat memegang prinsip ajarannya, misalnya tidak mau menyekolahkan anaknya di sekolah
formal, tidak mau berdagang, menjalankan pernikakan tanpa pencatatan dari pihak pemerintah, bahkan ada yang secara tegas menolak program pemerintah
yang dianggap merugikan masyarakat. Misalnya gerakan masyarakat Samin menolak pembangunan pabrik Semen di Sukolilo, yang dianggap akan
mengancam keberadaan sumber mata air, yang akhirnya akan merugikan
203 kehidupan petani. Hal ini merupakan suatu contoh tindakan mereka yang
diwarnai oleh ajaran Samin. Karakter yang masih menonjol dikalangan masyarakat Samin adalah
kesederhanaan, kejururan, kebersaamaan dan kegotong-royongan. Karakter lain adalah mereka masih memegang teguh Angger-angger pratikel Hukum
Tindak Tanduk yang berbunyi: “Aja drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren. Ajo kutil jumput, mbedog colong, nemu wae emoh”. Maksudnya orang Samin
dilarang berhati jahat, berperang mulut, iri hati, dilarang mengambil milik orang lain, menemukan barang milik orang lain saja tidak mau. Ajaran ini menjadi
pedoman hidup bagi masyarakat Samin dalam berinteraksi dengan sesama penganut Samin, atau dengan masyarakat umum lainnya. Ajaran masih banyak
ditaati penganutnya dan ciri penting penganut ajaran Samin Surosentiko. Diantara lima komunitas Samin yang menjadi obyek penelitian ini satu
komunitas dengan komunitas lainnnya mempunyai karakteristik yang agak berbeda. Ringkasan mengenai karakter masyarakat Samin pada lima lokasi
penelitian tersebut ditampilkan pada Tabel 63. Dari Tabel tersebut, dapat dilihat bahwa masyarakat Samin di Sukolilo Pati, Kaliyoso dan Larikrejo Kudus dan
Tambak desa Sumber Blora masih menjadi penganut ajaran Samin cukup kuat. Kondisi ini agak berbeda dengan komunitas Samin di Klopoduwur Blora
dan Jepang Margomulyo Bojonegoro, dimana kondisi ke’’Saminan” sudah sangat memudar, bahkan dikatakan oleh bebrapa peneliti bahwa komunitas Samin di
Klopoduwur sudah hilang. Menurut Widyarini 2006 terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
hilangnya komunitas Samin di Klopoduwur Blora. Pertama, adalah faktor internal yaitu: sikap mau membuka diri dan menerima kebudayaan dari luar; tidak
adanya pemimpin sentral yang menyebarkan ajaran Samin; ‘Samin muda’ malu mengakui identitas ke”Saminan” mereka serta tidak ada aturan formal yang
mengikat penganut ajaran Samin. Faktor kedua, adalah faktor eksternal, yaitu: kontak langsung dengan budaya lain, meningkatnya tingkat pendidikan, peran
tokoh masyarakat dan pemerintah desa. Perubahan besar yang terjadi pada masyarakat Samin di Klopoduwur adalah ketika terjadi pemberontakan PKI tahun
1965. Pemerintah daerah khawatir masyarakat Samin terlibat dalam gerakan komunis, sehingga gencar dilakukan gerakan dakwah. Tahapan berikutnya
banyak masyarakat Samin meninggalkan ajaran Samin dan memeluk agama Islam. Pembangunan prasarana pendidikan, lancarnya sarana transportasi,
204 teknologi informasi dan komunikasi mempunyai andil besar dalam perubahan
komunitas Samin di Blora. Faktor ketiga, adalah adanya tokoh penggerak, misalnya Kepala Desa atau pejabat pejabat pemerintah yang menjadi agent of
Change komunitas Samin menjadi masyarakat umum. Tabel 63 Karakteristik masyarakat Samin
No Karakter
A B
C D
E 1
Mayoritas pekerjaan a. Hanya bertani
+ +
+ +
b. Pekerjaan lain +
+ +
c. PNSABRI +
+
2 Kepercayaan Agama
a. Agama Adam +
+ +
b. Islam +
+ c. Lain
3 Ketaatan menjalankan ajaran Samin
a. Kuat +
+ +
b. memudar +
+
4 Sekolah formal
a. Tidak boleh +
+ b. Boleh
+ +
+ +
5 Penganut Samin yang berdagang
a. Tidak ada +
+ b. ada
+ +
+
5 Hubungan dengan pemerintah
a. harmonis +
+ +
+ b. kurang harmonis
+
7 Gerakan lingkungan
a. Tidak ada +
+ +
+ b. Ada
+
8 Ketokohan pemimpin
a. kuat +
+ +
a. kurang +
+
9 Sifat gotong royong
a. kuat +
+ +
+ +
b. lemah
10 Penegakan kejujuran
a. kuat +
+ +
+ +
b. lemah
11 Kebanggaan generasi muda menjadi petani
a. kuat +
+ +
b. kurang +
+ Keterangan: A. Larikrejo Kaliyoso Kudus, B. Sukolilo Pati, C. Klopoduwur Blora, D.
Tambak Blora E. Jepang Bojonegoro
Perbedaan karakter yang ditunjukkan oleh masyarakat Samin lebih disebabkan karena letak pemukiman yang terpisah satu dengan lainnya.
Interaksi komunitas satu dengan lainnya erat atau renggang berkaitan dengan jarak dan ada atau tidaknya ikatan perkawinan diantara mereka. Interaksi antara
komunitas Samin di Sukolilo Pati dan Kaliyoso Kudus cukup kuat, karena letak
205 berdekatan dan adanya ikatan keluarga diantara mereka. Sedang ikatan dengan
komunitas Samin di Blora dan Bojonegoro agak renggang karena faktor jarak yang cukup jauh, dan sedikitnya ikatan keluarga dari hasil perkawinan.
Setiap komunitas mempunyai tokoh-tohoh yang dianggap sebagai panutan, atau pemimpin mereka. Karakter masyarakat juga dipengaruhi oleh karakter
pemimpinnya. Tokoh-tokoh tersebut lebih bersifat sebagai pimpinan lokal yang secara otomatis dituakan atau dipercaya pengikutnya tanpa adanya pemilihan
atau pewarisan dari pemimpin sebelumnya. Pada masyarakat Samin saat ini tidak ada pimpinan sentral yang membawahi seluruh komunitas Samin. Tidak
ada kelembagaan secara tradisional mengatur kepemimpinan maupun tatanan kehidupan yang berlaku. Semuanya berjalan dengan alami, bertahan atau
tidaknya komunitas tersebut sangat ditentukan oleh karakter pemimpin lokal pada masing masing komunitas.
Meskipun terdapat sejumlah perbedaan diantara mereka namun terdapat kesamaran diantara mereka yaitu masih menjunjung tinggi ajaran Samin.
Karakter yang menonjol dari masyarakat Samin yang masih dimiliki saat ini adalah sifat kegotong-royongan, kejujuran, kerendahatian, kesahajaan, sabar
dan nrimo menerima apa adanya dalam menjalani kehidupannya. Saat ini mereka terkonsentrasi menjadi petani di pedesaan. Menjadi petani merupakan
pekerjaan yang paling mulia dan karena merupakan realisasi ajaran mereka yang berkaitan dengan asal muasal kehidupan manusia yaitu ajaran “Sangkan
paraning dumadi”. Bertani artinya mengolah tanah, atau menghidupkan tanah, dari tanah mereka berasal dan dari tanah juga mereka mendapatkan
penghidupan. Sebagai petani mereka mempunyai keterkaitan yang kuat dengan
lingkungan dan sumberdaya hayati. Mereka mempunyai pengetahuan yang baik bagaimana memanfaatan dan mengelola sumberdaya hayati untuk kehidupan
mereka.
7.2 Hubungan Masyarakat Samin dengan Lingkungan
Interaksi masyarakat Samin dengan lingkungannya yang telah terjalin sekian lama telah membentuk suatu hubungan timbal balik yang di pengaruhi
oleh sistem budaya sistem sosial dan sistem biofisik ekosistem Gambar 32. Hubungan timbal balik yang erat antara dua subsistem dapat berjalan dengan
baik dan teratur karena adanya energi, materi dan informasi. Arus ini telah
206 membentuk struktur fungsi yang khas di wilayah masyarakat Samin misalnya
dalam sistem pertanian sawah, sistem pertanian lahan kering di tegalan atau sistem agroforestri di hutan jati. Sistem sosial membutuhkan arus energi dari
ekosistem, misalnya dalam bentuk pangan, bahan obat-obatan, bahan bangunan, kayu bakar dan lain-lain. Sebaliknya sistem ekologi membutuhkan
energi dari sistem sosial dalam bentuk idiologi, pengetahuan, teknologi, kearifan, kebijakan manusia dalam pemanfaatan dan pengeloaan sistem ekologi.
Gambar 32 Interaksi masyarakat Samin dengan lingkungannya modifikasi Rambo 1983
Unsur sosial masyarakat Samin meliputi idiologi atau kepercayaan, pengetahuan dan teknologi, populasi, serta struktur sosial. Ideologi masyarakat
Samin dalam bentuk kepercayaan, perspektif, tata nilai, diantaranya terbentuk suatu kearifan lokal. Keyakinan dan norma kebaikan diajarkan meliputi kejujuran,
kebersamaan gotong-royong, kesederhanaan, kemandirian, etos kerja yang tinggi diwujudkan dalam tindakan mereka dalam mengelola sumberdaya alam
dan lingkungannya. Oleh karena itu banyak pengetahuan dan tata nilai yang diperoleh dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya. Masyarakat yang
berhasil memperoleh pengetahuan dan mengetahui sifat dan perilaku alam sekitarnya akan memiliki potensi untuk lebih berhasil dalam kehidupan sehari-
hari. Pengetahuan tradisional diekspresikan melalui pemanfaatan sumberdaya alam menghasilkan mosaik-mosaik lansekap, gaya arsitektur, konstruksi yang
FUNGSI FUNGSI
FUNGSI
SISTEM SOSIAL Ideologi
Teknologi
Struktur Sosial Populasi
MASUKAN Energi
Materi Informasi
KELUARAN Energi
Materi Informasi
SISTEM EKOLOGI Iklim
Fisik
Flora Fauna
207 digunakan, peralatan atau benda seni. Aspek-aspek sosial seperti, sistem
kepimpinankelembagaan, sistem pengeloaan tenaga kerja, dan aktivitas kehidupan lainnya dapat dipandang sebagai turunan dari sistem pengetahuan
mereka. Masyarakat Samin memiliki kepercayaan atau Idiologi yang sangat
mempengaruhi bagaimana mereka memandang lingkungan alamnya. Mereka memiliki beberapa pandangan mereka tentang alam semesta dan segala isinya.
Pandangan mengenai langit yang disimbulkan sebagai laki-laki dan bumi yang disimbulkan sebagai perempuan, pandangan mengenai tanah yang disimbolkan
sebagai perempuan dan tumbuhan merupakan simbol dari laki-laki, sejalan dengan pandangan mengenai sawah yang merupakan simbol perempuan istri
dan suami merupakan pemilik sawah. Pandangan tersebut menggambarkan adanya dua unsur yang saling melengkapi dan adanya transfer energi antara
dua unsur tersebut sehingga terjadi sinergi untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan ini. Langit dengan matahari sebagai sumber energi bersinergi dengan
bumi dengan tumbuhan berfungsi sebagai penangkap dan mengoah energi dalam proses fotosintesis yang akan menghasilkan energi yang dipergunakan
untuk kehidupan di bumi. Tumbuhan bersinergi dengan unsur-unsur tanah, seperti air, mineral dan bahan organik lainnya memberikan kehidupan bagi
tumbuhan, dan tumbuhan akan menghasilkan biji atau benih untuk pewarisan generasi berikutnya. Masyarakat Samin merealisasikan pandangan terhadap
alam tersebut dalam bentuk perkawinan. Perkawinan dalam pandangan masyarakat Samin merupakan hal yang sakral dan penting untuk menghasilkan
generasi penerus yang baik. Pandangan tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat Samin telah mempunyai pengetahuan dan mempraktekkan kaidah
ilmu biologi hasil dari proses mereka belajar dari alam. Pandangan sederhana mereka terhadap alam semesta, bahwa isi alam
semesta ini hanya terdiri dari dua unsur yaitu wong manusia dan sandang pangan selain manusia, identik dengan pandangan Rambo 1983 tentang
sistem sosial dan sistem ekologi dan identik dengan pandangan umum mengenai manusia dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan masyarakat
Samin mempunyai nilai-nilai universal sesuai dengan kaidah ilmiah atau kaidah yang kebenarannya diakui oleh masyarakat umum.
Pandangan masyarakat Samin mengenai wong dan sandang pangan merupakan pandangan yang universal, identik dengan pandangan ilmiah
208 tentang manusia dan lingkungan, dan sejalan dengan pandangan mengenai
matahari yang dikelilingi oleh planet-planet dalam tatasurya, atau black hole
pusat galaksi dengan galaksi-galaksi yang mengitarinya Gambar 33 . Manusia
itu ‘hidup’ dan sandang pangan adalah ‘penghidupan’, menyatunya dua unsur antara ‘yang dihidupkan’ manusia dengan ‘yang menghidupkan’ Tuhan, ini
merupakan inti dari ajaran ‘Manunggaling kawulo Gusti’. Alam semesta ini sebenarnya merupakan satu-kesatuan, semuanya adalah manifestasi atau wujud
adanya Tuhan.
Konsep Wong dan Sandang Pangan Konsep Manusia dan Lingkungan Soerjani et al. 2008
Konsep jagad cilik dan jagad gede Susunan tata surya dan alam Semesta
Gambar 33 Konsep kehidupan masyarakat Samin dan Konsep umum Ilmiah
Tingkat pengetahuan dan teknologi yang dimiliki masyarakat merupakan faktor penting yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan tindakan
dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Masyarakat Samin sebagian besar hampir 90 merupakan petani, dengan tingkat
WONG SANDANG PANGAN
MANUSIA LINGKUNGAN
JAGAD GEDE JAGAD CILIK