Nilai Kepentingan Budaya Tumbuhan bagi Masyarakat Samin

173 Berdasar hasil analisis Indek Kepentingan Budaya ICS dapat dianalisis 235 jenis tumbuhan berguna bagi masyarakat Samin. Diantaranya didapatkan 10 jenis tumbuhan yang paling penting bagi masyarakat Samin yakni: padi Oryza sativa , ICS 122, jati Tectona grandis, ICS 75, pring ri Bambusa bambos, ICS 60, meh Samanea saman, ICS 53, pring petung Dendrocalamus asper, ICS 52, lamtoro Leucaena glauca, ICS 50, pisang Musa paradisiaca , ICS 48 , jagung Zea mays, ICS 48, mahoni Swietenia mahagoni, ICS 47 randu Ceiba pentandra, ICS 45. Padi Oryza sativa L. merupakan jenis tanaman paling penting dalam sosial budaya masyarakat Samin. Secara ekonomi padi juga mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Samin. Selain sebagai bahan pangan pokok tanaman ini mempunyai banyak kegunaan lain sebagai pakan ternak jerami, bahan obat tradisional, ritual dan mitologi. Tanaman jati Tectona grandis bagi masyarakat Samin mempunyai nilai sosial buadaya yang cukup tinggi ICS 72, terutama sebagai bahan bangunan dan peralatan. Jenis bahan bangunan dan peralatan lain yang penting adalah pring ori Bambusa bambos dan pring petung Dendrocalamus asper. Tanaman lamtoro Leucaena glauca merupakan jenis tanaman cukup penting bagi masyarakat Samin terutama sebagai bahan kayu bakar dan pakan ternak. Tanaman lain sebagai sumber kayu bakar yang mempunyai nilai ISC cukup tinggi adalah tanaman meh Samanea saman, ICS 45 dan Turi Sesbania grandiflora, ICS 33. Tanaman meh Samanea saman sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Samin. Tanaman meh sejak dahulu sudah banyak dibudidayakan masyarakat Samin sebagai peneduh jalan dan sebagai kayu bakar yang mempunyai kualitas yang sangat bagus. Menurut penelitian Dahlan 2010 tanaman meh Samanea saman mempunyai kemampuan menyerap gas CO 2 yang sangat tinggi. Dalam satu tahun satu batang pohon dengan diameter tajuk 15 m mampu menyerap 28.5 ton gas CO 2 . Sehingga kandungan karbon pada kayu tanaman ini tinggi, inilah yang menyebabkan kayu meh bagus dijadikan sebagai kayu bakar. Dalam hal ini pilihan masyarakat terhadap jenis tanaman meh ini sebagai kayu bakar merupakan pilihan yang tepat dan secara ilmiah dapat dibuktikan kebenarannya. Berarti masyarakat Samin secara turun-temurun melakukah suatu tindakan ilmiah dalam memilih kayu bakar. 174 Dalam memanfaatan sumberdaya tumbuhan masyarakat Samin melakukan upaya pengelolaan dengan membudiyakan di lahan mereka. Budidaya berbagai jenis tanaman secara tradisional telah dikembangkan di lahan mereka di sawah, tegalan, pekarangan atau hutan jati. Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah jenis umum yang di tanam masyarakat atau jenis unggul dari pemerintah. Belum ada upaya dari masyarakat untuk meningkatkan kualitas tanaman dengan teknik penyilangan atau teknik rekayasa lainnya. Masyarakat melakukan teknik budidaya tradisional berdasarkan pengetahuan yang diterima dari generasi sebelumnya.

5.6 Simpulan

Pengetahuan mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan pada masyarakat Samin tergambar dari praktek pemanfaatan dan pengelolaan jenis tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat Samin masih mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya tumbuhan lokal. Berdasarkan pemanfaatannya tercatat 235 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Samin. Mencakup 62 suku dan 205 marga. Berdasar kategori pemanfaatannya dapat dikelompokkan sebagai bahan pangan 118 jenis; bahan obat-obatan tradisional 74 jenis; bahan bangunan 15 jenis; bahan peralatan dan kerajinan 15 jenis; kayu bakar 16 jenis; pakan ternak 27 jenis; bahan serat dan tali 3 jenis, bahan racun ikan 2 jenis; bahan pengendalian hama 16 jenis dan tanaman hias 45 jenis. Berdasarkan analisis Indeks Kepentingan budaya diperoleh 10 jenis tumbuhan yang penting bagi masyarakat Samin yakni: Oryza sativaICS 122, Tectona grandis ICS 75, Bambusa bambos ICS 60, Samanea saman ICS 53, Dendrocalamus asper ICS 52, Leucaena glauca ICS 50, Musa paradisiaca ICS 48, Zea mays ICS 48, Swietenia mahagoni ICS 47, Ceiba pentandra ICS 45. Nilai kepentingan tumbuhan dalam suatu masyarakat dapat berubah seiring dengan perjalanan waktu sesuai dengan nilai kegunaan, intensitas penggunaan dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap suatu jenis tumbuhan. 175 Dalam praktek pengelolaan sumberdaya tumbuhan mereka masih menggunakan teknik pengelolaan yang sederhana. Jenis intensif dibudidayakan tadalah tanaman yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama tanaman padi. Jenis-jenis lain dibudidayakan secara terbatas untuk memenuhi kebutuhan sendiri. 6 ETNOZOOLOGI MASYARAKAT SAMIN Abstract This research aimed to reveal the local knowledge of Samin communities to the use and management animal resources. The reseach was conducted during the period in January 2011 to June 2011. The locations of the reseach were 7 villages, wich were Larikrejo and Kaliyoso Kudus District; Ngawen and Bombong Pati District; Klopoduwur and Tambak Blora District, and Jepang Margomulyo Bojonegoro District. Data collection used survey and interview methode. Open ended and semistructured interview was performed to residents, farmers, fishermen, traditional leaders, and community leaders. The research recorded 81 species of animals that contribute to the Samin community. Based on the utilization category the animals could be categorized into: animal source of protein 21 species, pets 7 species, pests of cultivated plants 17 species, pests of livestock 3 species, predators of pests 11 species, animals for medicines 10 species, animals for ritual 1 species and wildlife 35 species. Animals were part of the food dan clothing sandang pangan, which were used as part of human life Key word: animal utilization, ethnozoology, local knowledge, the Samin .

6.1 Pendahuluan

Studi Etnozoologi mengkaji interaksi antara budaya manusia dengan hewan dalam lingkungannya pada masa lampau maupun masa sekarang Johnson 2002. Kajian bidang ini mencakup pengetahuan klasifikasi, penamaan dan keterkaitan dengan budaya masyarakat lokal, dan kegunaannya baik hewan liar maupun hewan budidaya. Lebih lanjut Johnson 2002 mengungkapkan bahwa studi etnozoologi mengkaji pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan sumberdaya hayati fauna, berkaitan erat dengan karakter atau pola kehidupan masyarakat sehari-hari. Sifat atau karakter masyarakat lokal mempengaruhi tindakan dalam memperlakukan alam lingkungannya. Melalui pengetahuan lokal ini dapat membantu mengelola sumberdaya alam yang ada agar bisa dimanfaatkan secara optimal dan berkesinambungan. Studi etnozoologi merupakan salah satu subdisiplin kajian ethnobiologi Cotton 1996; Johnson 2002, menggunakan kerangka pendekatan metodologi dan teori seperti pada kajian ethnobotani. Studi etnozoologi ini sangat jarang dilakukan di Indonesia dan bahkan sangat langka, walaupun sebenarnya masyarakat Indonesia mengenal dengan baik pemanfaatan bebagai jenis hewan fauna yang digunakan dalam berbagai kepentingan, seperti sebagai bahan