Teori Pertumbuhan Harrord-Domar Kerangka Pikir

32 Gerakan ke arah kedewasaan adalah suatu masyarakatnya sudah secara selektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya. Ciri-ciri tahap ini adalah a Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan b Sifat kepimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan c Kritik dan saran terhadap indutrialisasi mulai muncul sebagi akibat dari ketidakpuasan terhadap dampak industrialisasi 5. Tahap konsumsi tinggi The age of high mass-consumption Tahap konsumsi tinggi adalah perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah yang berkait dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Pada masa konsumsi tinggi tujuan dari Negara adalah: a Memperbesar kekuasanaan dan pengaruh kepada Negara lain b Meningkatkan kemakmuran yang merata pada penduduknya denan cara mengusahakan pembagian pendapatan yang lebih merata c Mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat Suryana, 2000: 60-64.

b. Teori Pertumbuhan Harrord-Domar

Teori Harrord-Domar tetap mempertahankan pendapat dari ahli ekonomi terdahulu yang menekankan tentang peranan pembentukan modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Tetapi berbeda dengan pendapat Kaum Klasik dan Keynes, yang memberikan 33 perhatian pada aspek pembentukan modal saja. Menurut pendapat Kaum Klasik, pembentukan modal merupakan suatu pengeluaran yang akan menambah kesanggupan masyarakat untuk menambah produksi. Sedangkan dalam analisis Keynes, mengabaikan peranan pembentukan modal sebagai pengeluaran yang akan mempertinggi kesanggupan sektor produksi untuk menghasilkan barang-barang yang diperlukan masyarakat, karena dianggap tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh tingkat pengeluaran seluruh masyarakat dan buka pada kesanggupan alat-alat modal untuk memproduksi barang. Teori Harrod-Domar memperhatikan kedua fungsi dari pembentukan modal tersebut dalam kegiatan ekonomi. Pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif dari masyarakat. Analisis ini bertujuan untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar dalam jangka panjang kemampuan memproduksi yang bertambah dari tahun ke tahun akan selalu digunakan Pirade, 2006: 20. Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi, yaitu: 1. Perekonomian dalam keadaan tenaga kerja penuh full employment dan barang-barang modal yang ada dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2. Perekonomian dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. 34 3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan pendapatan nasionalregional, berari fungsi tabungan dimulai dari titik 0 nol. 4. Kecenderungan untuk menabung marginal propensity to save = MPS besarannya tetap Arsyad, 2004:64-65.

c. Teori Pertumbuhan Kaldor

Asumsi dasar model Kaldor adalah sebagai berikut: 1. Model ini didasarkan pada asumsi kerja penuh seperti dalam model Keynes, yaitu penawaran agregat jangka pendek barang jasa adalah inelastik dan tidak peka terhadap segala perubahan di dalam permintaan moneter. 2. Kemajuan teknologi tergantung pada akumulasi modal. Untuk hal ini, Kaldor mendefinisikan fungsi kemajuan teknologi sebagai hasil bersama dua kecenderungan pertumbuhan modal dan pertumbuhan produktifitas. 3. Pendapatan dari upah dan keuntungan. Upah terdiri dari upah dan penghasilan serta keuntungan terdiri dari pendapatan pengusaha dan pemilik harta. Model Kaldor bekerja dalam dua tahap, yaitu: 1. Penduduk yang bekerja konstan Laju pertumbuhan proporsional dalam keseluruhan pendapatan akan sama cepatnya dengan laju pertumbuhan proporsional dalam output perkapita. 2. Penduduk bertambah besar 35 Perubahan proporsional dalam keseluruhan pendapatan nyata merupakan jumlah dari perubahan proporsional output perkapita dan perubahan proporsional keseluruhan penduduk yang bekerja. Salah satu ciri terpenting pada model Kaldor adalah memperkenalkan fungsi kemajuan teknik yang dihubungkan dengan pertumbuhan produktifitas dan akumulasi modal. Sedangka fungsi produksi menghubungkan output perkapita dengan modal perkapita Pirade, 2006: 21.

2.2.2.5. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Program utama diberlakukannya otonomi daerah menurut Mardismo 2002: 59 dan Bastian 2006: 354 adalah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan pembangunan infrastruktur demi mewujudkan pelayanan publik. Pertumbuhan ekonomi dipergunakan untuk menerangkan dan mengukur perkembangan dari kinerja perekonomian atau kegiatan makroekonomi serta pembangunan infrastruktur suatu negaradaerah yang merepresentasikan perwujudan pelayanan publik dari pemerintah Nanga, 2005: 13; Pracoyo dan Pracoyo, 2005: 25, disamping itu juga merupakan alat ukur indikator keberhasilan pemerintah daerah melaksanakan otonomi daerah Bastian, 2006: 342. Indikator pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional ditunjukkan pada Gross National Product GNP atau Produk Nasional Bruto PNB yang merupakan suatu ukuran dari output barang dan jasa dari suatu negara tanpa menghiraukan apakah tenaga kerja dan faktor-faktor lainnya 36 berlokasi di dalam negara itu ataukah terdapat di luar negeri. Maka untuk mengukur produksi domestik, para juru hitung pendapatan nasional maupun lokal menggunakan konsep lain, yaitu produk domestik bruto gross domestic product atau Produk Domestik Regional Bruto PDRB Nanga, 2005: 15. Selain itu, kinerja perekonomian suatu negaradaerah dalam periode tertentu dapat diukur melalui satu indikator penting, yaitu data pendapatan nasionalregional. Konsep kunci dalam laporan pendapatan nasionalregional adalah Produk Domestik BrutoProduk Domestik Regional Bruto Pracoyo dan Pracoyo, 2005: 25 Secara tradisonal, pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk peningkatan yang berkelanjutan pada PDRB Kuncoro, 2004: 62. Sehingga peningkatan pertumbuhan ekonomi PDRB riil merupakan salah satu indikator alat ukur keberhasilan suatu daerah dalam melaksanakan otonomi daerah yang mewakili kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu daerah dan kinerja perekonomiankegiatan makroekonomi suatu daerah Mardiasmo, 2002: 221; Nanga, 2005: 13; Bastian, 2006: 342; Purbadharmaja, 2006: 81.

2.2.2.6. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Produk Domestik Bruto PDB adalah suatu cara penghitungan jumlah produksi ekonomi suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Produk Domestik Bruto merupakan salah satu perhitungan pendapatan riil suatu negara Pirade, 2006: 23 37 Selain itu, menurut Lincolin Arsyad, Gross Domestic Product GDP yang dalam bahasa indonesianya disebut sebagai Produk Domestik Bruto diartikan sebagai jumlah nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh sektor-sektor produktif, yaitu pertanian; industri pengolahan; pertambangan dan galian; listrik; air dan gas; bangunan; pengangkutan dan komunikasi; perdagangan; bank dan lembaga keuangan; sewa rumah; pertahanan; dan jasa-jasa lainnya selama satu tahun fiskal Arsyad, 2004: 14. Menurut Muana Nanga, PDB didefinisikan sebagai total nilai atau harga pasar dari seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian suatu negara selama kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun Nanga, 2005: 13. Sehingga PDRB, yang merupakan alat ukur PDB di tingkat lokal, dapat disimpulkan sebagai suatu cara penghitungan total nilai produksi atau harga pasar dari seluruh jumlah produksi ekonomi suatu wilayahdaerah berupa barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh sektor- sektor produktif pada 11 sektor ekonomi dalam jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun.

2.2.2.7. Pendekatan Perhitungan PDRB

Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu: a. Pendekatan produksi Menurut pendekatan produksi PDRB diartikan sebagai jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di 38 suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 11 sektor atau lapangan usaha, yaitu: 1. Sektor pertanian 2. Sektor pertambangan dan penggalian 3. Sektor indsutri pengolahan 4. Sektor listrik, gas dan air bersih 5. Sektor bangunan dan konstruksi 6. Sektor perdagangan, hotel dan restroran 7. Sektor pengangkutan dan komunikasi 8. Sektor bank dan lembaga keuangan lainnya 9. Sektor sewa rumah 10. Sektor pemerintah 11. Sektor jasa b. Pendekatan pendapatan Menurut pendekatan pendapatan PDRB diartikan sebagai jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, satu tahun. Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan yang semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. c. Pendekatan pengeluaran Menurut pendekatan pengeluaran, pegnhitungan produk domestik regional bruto PDRB dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh 39 pengeluran yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi suatu negara pada periode tertentu. Secara matematis ditunjukan dengan persamaan berikut: GDP = C + I + G + X-M Persamaan diatas menunjukkan pengeluaran pada empat pelaku ekonomi, yang dikategorikan sebagai berkut: 1. C consumption yang diidentitaskan sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk barang konsumen. 2. I investment dimaksudkan sebagai pengeluaran perusahaan atau investasi untuk modal baru dalam bentuk persediaan peralatan pabrik. 3. G governmnert diartikan sebegai pengeluaran dan investasi pemerintah. 4. X-M diartikan sebagi pengeluaran netto oleh luar negeri, atau ekspor dikurangi impor. Pracoyo dan Pracoyo, 2005: 26; Pirade, 2006: 27. Oleh karena itu hasil ketiga perhitungan untuk PDRB tersebut, secara konsep seharusnya pengeluaran harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi lainnya.

2.2.2.8. Kegunaan Statistik PDRB

Sebagai indikator makro perekonomian nasional setiap tahun. Kegunaan PDRB lainnya adalah 40 a. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dengan melihat persentase atas harga konstan tahun tertentu b. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran daerah, baik tingkat pertumbuhan maupun tingkat kemakmuran dibanding daerah lain c. Untuk mengetahui tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi dalam jangka waktu tertentu 1 tahun d. Untuk mengetahui komposisi struktur ekonomi suatu daerah e. Untuk mengetahui potensi suatu wilayah terhadap regional secara keseluruhan maupun sektoral Pirade, 2006: 27.

2.2.3. Pengertian Anggaran Budgeting

Pengertian anggaran menurut Mardiasmo 2002: 61 adalah pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Sedangkan Bastian 2006: 163 berpendapat bahwa anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Selain itu, menurut National Committee on Governmental Accounting NCGA yang saat ini telah berubah menjadi Governmental Accounting Standard Board GASB, mendefinisikan anggaran adalah “ . . . . rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode tertentu Bastian, 2006: 164. 41 Sedangkan Munandar 1986: 1 mengatakan bahwa anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu Suhadak dan Nugroho: 2007: 5. Selain itu, anggaran negara menurut John F. Due dalam Rinusu 2003: 1 merupakan suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam satu periode di masa depan, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh- sungguh terjadi di masa lalu Suhadak dan Nugroho, 2007: 5. Sementara itu, yang dimaksud dengan anggaran menurut Suparmoko 1992: 49 adalah suatu daftar atau pernyataan terperinci tentang pendapatan dan belanja daerah yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Sedangkan Halim 2007: 15 berpendapat, bahwa anggaran negara terbagi menjadi 2 pengertian, yaitu dalam luas dan sempit. Dalam arti luas, anggaran negara berarti jangka waktu perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran. Jadi, anggaran dalan arti luas meliputi suatu daur anggaran. Sedangkan dalam arti sempit, anggaran diartikan rencana pengeluaran dan penerimaan hanya dalam kurun waktu satu tahun. Sehingga anggaran berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan sebagai suatu daftar atau pernyataan terperinci mengenai suatu estimasi kinerja yang hendak dicapai yang disusun secara sistematis, meliputi semua kegiatanoperasi organisasi berupa perkiraan penerimaanpendapatan dan pengeluaranbelanja yang dinyatakan dalam 42 unit moneterfinansial yang diharapkan akan terjadi dalam jangka waktu tertentu biasanya dalam kurun waktu satu tahun atau untuk periode waktu mendatang.

2.2.4. Anggaran Pendapatan Revenue Budgeting

2.2.4.1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Pendapatan Asli Daerah

Penghasilan menurut Standar Akuntansi Keuangan 2007 sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan income meliputi baik pendapatan revenue maupun keuntungan gain. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa fees, bunga, dividen, royalti dan sewa. Ketika pengertian pendapatan dipakai dalam sudut pandang Organisasi Sektor Publik, maka akan berbeda pengertian dan maknanya, walaupun secara konsep dasar fundamental consept dan essensialnya tidak banyak beda. Menurut Standar Akuntansi Pemerintah 2005, pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum NegaraDaerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Sedangkan pengertian pendapatan menurut Bastian 2006: 146 adalah arus masuk atau peningkatan lain atas harta dari satu kesatuan atau penyelesaian 43 kewajibannya selama satu periode dari penyerahan atau produksi barang, jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi pokok atau utama yang berkelanjutan dari kesatuan tersebut. Menurut UU No. 32 tahun 2004 Pasal 1 disebutkan bahwa penerimaan daerah adalah semua uang yang masuk ke kas daerah. Sedangkan pendapatan daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Lalu, Pendapatan Asli Daerah PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran pendapatan asli daerah regional owned revenue adalah suatu pernyataan dalam bentuk daftar untuk semua usaha peningkatan manfaat ekonomik yang dinilai berupa arus kas masuk pada Rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam tahun anggaran atau peningkatan lain atas harta yang menjadi hak pemerintah atau penyelesaian kewajibannya selama satu periode dari penyerahan atau produksi barang, jasa atau aktivitas lain yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah Perda sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.2.4.2. Struktur Pendapatan Asli Daerah dalam Kerangka Otonomi Daerah

Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 4 dan 5 menyebutkan bahwa penyelenggaraan urusan kegiatanaktivitas kepemerintahan dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah didanai APBD yang bersumber dari penerimaan daerah meliputi pendapatan daerah 44 terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Pada era otonomi daerah, daerah diharapkan bermandiri dalam membiayai aktivitas kepemerintahannya yang dibiayai dari pendapatan asli daerahnya untuk melaksanakan program otonomi daerah. Struktur pendapatan asli daerah PAD berdasarkan UU No. 32 tahun 2004, Halim 2007: 96-98, Bastian 2006: 314-323 serta Suhadak dan Nugroho 2007: 123-125 adalah sebagai berikut: a. Pajak daerah Menurut UU No. 34 tahun 2000 tentang perubahan UU No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mendefinisikan pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Pajak daerah meliputi: 1. Pajak hotel terdiri dari beberapa objek, yaitu: a Hotel bintang lima berlian b Hotel bintang lima c Hotel bintang empat d Hotel bintang tiga e Hotel bintang dua f Hotel bintang satu g Hotel melati tiga 45 h Hotel melati dua i Hotel melati satu j Motel k Pondok cottage l Losmen rumah penginapanpesanggrahanrumah kos m Wisma wisata n dst. 2. Pajak reklame terdiri dari beberapa objek pajak, yaitu: a Reklame papan bill board videotron megatron b Reklame kain c Reklame melekat stiker d Reklame selebaran e Reklame berjalan f Reklame udara g Reklame apung h Reklame suara i Reklame film slide j Reklame peragaan k dst. 3. Pajak restoran terdiri dari beberapa objek pajak, yaitu: a Restoran b Rumah Makan c Kafe d Kantin 46 e Katering 4. Pajak hiburan terdiri dari beberapa objek pajak, yaitu: a Tontonan film.bioskop b Pagelaran musik kesenian tari busana c Kontes kecantinkan d Kontes binaraga e Pameran f Diskotik g Karaoke h Klub malam i Sirkus akrobat sulap j Permainan biliard k Permainan golf l Permainan bowling m Pacua kuda n Balap kendaraan bermotor o Permainan ketangkasan p Panti pijat refleksi q Mandi uap spa r Pusat kebugaran s Pertandingan olahraga t dst. 5. Pajak penerangan jalan terdiri dari beberapa objek pajak, yaitu: a Pajak penerangan jalan PLN 47 b dst. 6. Pajak parkir terdiri dari beberapa objek pajak, yaitu: a Pajak parkir b dst. 7. Pajak bahan galian golongan C terdiri dari beberapa objek pajak, yaitu: a Asbes b Batu tulis c Baru setengah permata d Batu kapur e Batu apung f dst. b. Retribusi daerah Menurut UU No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, mendefinisikan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi menurut undang-undang dikelompokkan menjadi: 1. Retribusi jasa umum Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan 48 umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Retribusi jasa umum terdiri dari: a Retribusi pelayanan kesehatan yang terdiri dari: 1 Administrasi karcis 2 Tindakan operasi 3 Rawat jalan 4 Rawat inap umum 5 Rawat inap kusta 6 Obat-obatan 7 PHBAskes 8 Laboratorium 9 Radiologi 10 Ambulan 11 Diklat 12 Jasa konsultasi medic 13 dst. b Retribusi persampahankebersihan c Retribusi penggatian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil d Retribusi pelayanan pemakaman e Retribusi pasar f Retribusi air bersih g Retribusi pengujian kendaraan bermotor 2. Retribusi jasa usaha 49 Retribusi jasa usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Retribusi jasa usaha terdiri dari: a Retribusi pemakaian kekayaan daerah b Retribusi terminal c Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan d Retribusi penitipan anak e Retribusi tempat penginapanpesanggrahanvila f Retribusi penyedotan kakus g Retribusi rumah potong hewan h Retribusi tempat pendaratan kapal i Retribusi tempat rekreasi dan olah raga j Retribusi penyeberangan di atas air k Retribusi penjualan produk usaha daerah l dst. 3. Retribusi perizinan tertentu Retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Retribusi perizinan tertentu terdiri dari: 50 a Retribusi izin penentuan penggunaan tanah b Retribusi izin mendirikan bangunan c Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol d Retribusi izin gangguan e Retribusi izin trayek f Retribusi izin pengambilan hasil hutan g Retribusi izin usaha ikan h dst. c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup: 1. Bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD 2. Bagian laba atas penyertaan modal pada BUMN 3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan swasta d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah yang berasal dari selain pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan sebagai berikut: 1. Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan meliputi: a Pelepasan hak atas tanah 51 b Penjualan peralatan perlengkapan kantor tak terpakai c Penjualan mesin alat-alat berat tak terpakai d Penjualan rumah jabatanrumah dinas e Penjualan kendaraan dinas roda dua f Penjualan kendaraan dinas roda empat g Penjualan drum bekas h Penjualan hasil penebangan pohon i Penjualan lampu hias bekas j Penjualan bahan-bahan bekas bangunan k Penjualan perlengkapan lalu lintas l Penjualan obat-obatan dan hasil farmasi m Penjualan hasil pertanian n Penjualan hasil kehutanan o Penjualan hasil perkebunan p Penjualan hasil peternakan q Penjualan hasil perikanan r Penjualan hasil sitaan 2. Komisi, potongan, dan selisih nilai tukar rupiah 3. Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan meliputi: a Sewa aula gedung pertemuan b Sewa tempat ruangan 52 c Sewa mess penginapan pesanggrahan d Sewa alat-alat berat e Sewa kendaraan roda empat dan roda dua milik Pemda f Sewa tanah milik Pemerintah Daerah g Sewa sarana dan prasarana olah raga h Sewa peralatan kesenian dan kebudayaan i Sewa peralatan perlengkapan kantor dan rumah tangga j Penjualan informasi, penerbitan film, pemetaan dan hasil cetakan lainnya 4. Penerimaan jasa giro Penerimaan jasa giro meliputi: a Jasa giro kas daerah b Jasa giro pemegang kas c Jasa giro dana cadangan d dst. 5. Pendapatan bunga Pendapatan bunga meliputi: a rekening deposito pada bank, dll. 6. Tuntutan ganti kerugian daerah Tuntutan ganti kerugian daerah meliputi: a Kerugian uang daerah b Kerugian barang mewah c dst. 7. Pendapatan denda pajak Pendapatan denda pajak meliputi: 53 a Pendapatan denda pajak kendaraan bermotor b Pendapatan denda pajak kendaraan di atas air c Pendapatan denda pajak pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah d dst. 8. Pendapatan atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan Pendapatan atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan meliputi: a Bidang umum pemerintah b Bidang pekerjaan umum c Bidang kesehatan dan lingkungan hidup d Bidang pendidikan dan kebudayaan e Bidang pertanian f Bidang perhubungan dan pariwisata g Bidang industri, perdagangan, koperasi, dan Penanaman Modal Daerah PMD h Bidang pertanahan dan pertambangan i Bidang kependudukan, tenaga kerja, dan sosial j dst. 9. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan meliputi: a Hasil eksekusi jaminan atas pelaksanaan pekerjaan b Hasil eksekusi jamina atas pembongkaran reklame c Hasil eksekusi jamina atas KTP musiman d dst. 54 10. Pendapatan dari pengembalian Pendapatan dari pengembalian meliputi: a Pendapatan dari pengembalian PPh pasal 21 b Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran asuransi kesehatan c Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan d Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran perjalanan dinas e Pendapatan dari pengembalian uanng mula 11. Fasilitas sosial dan fasilitas umum 12. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan meliputi: a Uang pendaftaranujian masuk b Uang sekolahpendidikan dan pelatihan c Uang ujian kenaikan tingkatkelas 13. Pendapatan dari jasa raharja 14. Pendapatan denda retribusi

2.2.5. Anggaran Belanja Expenditure Budgeting

2.2.5.1. Pengertian Anggaran Belanja Daerah

Menurut Indra Bastian, anggaran belanja daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat 55 tanpa diskrimanasi, khususnya dalam pelayanan publik Bastian, 2006: 45. Sedangkan menurut Halim 2007: 330 pengeluaran daerah didefinisikan sebagai uang yang keluar dari kas daerah. Selain itu, menurut Suhadak dan Nugroho 2007: 102, anggaran belanja daerah meliputi semua pengeluaran rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Sedangkan menurut UU No. 32 tahun 2005, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Berdasarkan pengertian diatas, pengeluaran anggaran belanja daerah dapat disimpulkan bahwa semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang dari rekening kas umum daerah yang dicatat pada perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatife dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan publik dan pembangunan daerah.

2.2.5.2. Komponen Anggaran Belanja Daerah

Menurut Suhadak dan Nugroho 2007: 97 bahwa belanja daerah terdiri dari belanja aparatur daerah dan bagian belanja pelayanan publik, yang masing-masing belanja tersebut dirinci menurut kelompok belanja yang meliputi belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan serta belanja modal. Selain itu Halim 2007: 100 menyatakan bahwa belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi 56 jenis belanja, organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ini meliputi belanja operasi, belanja modal, belanja tidak terduga, dan belanja transfer. Klasifikasi kedua menurut organisasi, yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi penggunaan anggaran. Sementara itu, klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan menurut Mardiasmo 2002: 66, anggaran publik dibagi menjadi anggaran operasional atau yang sering disebut sebagai pengeluaran anggaran belanja rutin dan pengeluaran anggaran belanja modal atau yang dulu dikenal dengan nama belanja pembangunan. Pengklasifikasian belanja, dalam penelitian ini mengacu pada klasifikasi ekonomi menurut Halim dan Mardiasmo yang membagi belanja berdasarkan belanja operasional belanja rutin dan belanja modal investasi atau belanja pembangunan.

2.2.6. Pengertian Anggaran Belanja Modal

Pengertian anggaran belanja modalinvestasi menurut Mardiasmo 2002: 67 dan Halim 2007: 101 adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan pemerintah. Sedangkan menurut Halim dan Subiyanto 2008: 5, investasi didefinisikan sebagai penggunaan asset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, royalti, manfaat sosialmanfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka 57 pelayanan masyarakat. Sedangkan dalam PP No. 58 Tahun 2005 disebutkan bahwa belanja modal capital expenditure adalah pengeluran yang dilakukan dalam rangka pembelianpengadaan asset tetap dan asset lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Selanjutnya, pengertian Belanja Modal dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 didefinisikan sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelianpengadaan atau pembangunan asset tetap berwujud yang mempunyai masa mafaat lebih dari 1 tahun untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Kelompok belanja modal ini terdiri dari: a. Belanja tanah b. Belanja kendaraan c. Belanja peralatan dan mesin d. Belanja modal gedung dan bangunan e. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan f. Belanja asset, dan g. Belanja asset tetap lainnya

2.2.7. Pengertian Anggaran Belanja Rutin

Pengertian anggaran operasional menurut Mardiasmo 2002: 66 adalah anggaran yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari- hari dalam menjalankan kegiatan kepemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam anggaran operisonal adalah belanja rutin. Belanja rutin current expenditure adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk 1 tahun anggaran dan tidak dapat 58 menambah asset atau kekayaan bagi pemerintah. Secara umum, pengeluaran yang masuk kategori anggaran rutinoperasional ini adalah antara lain Belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan Pemeliharaan. Sedangkan Halim 2007: 101 mendifinisikan belanja rutin sebagai belanja operasi, yaitu pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemda yang member manfaat jangka pendek. Kelompok belanja ini terdiri atas: a Belanja pegawai b Bunga, subsidi, hibah c Hibah d Bantuan sosial e Belanja bagi hasil f Bantuan keuangan g Belanja tak terduga h Belanja perjalanan dinas i Belanja pemeliharaan

2.2.8. Pengaruh Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah PAD

terhadap Pertumbuhan Ekonomi Menurut UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 4 dan 5 menyebutkan bahwa penyelenggaraan urusan dan kegiatanaktivitas kepemerintahan dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah didanai 59 APBD yang bersumber dari penerimaan daerah, meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Secara teori, perubahan jumlah pajak yang merepresentasikan jumlah pendapatan atau penerimaan daerah mempunyai dampak terhadap permintaan agregat dari barang dan jasa di dalam perekonomian Nanga, 2005: 90 dan 95. Pengertian permintaan agregat atau istilah lainnya adalah PDRB merupakan jumlah barang dan jasa akhir final goods and services yang dihasilkan di dalam perekonomian yang diminta pada berbagai tingkat harga Nanga, 2005: 138. Sehingga permintaan agregat atau PDRB yang dihasilkan oleh suatu negara selama kurun waktu tertentu, biasanya 1 tahun, menunjukkan tahap pertumbuhan perekonomian suatu daerah Nanga, 2005: 13. Selain itu, menurut teori pengeluaran pemerintah yang didasarkan pada Hukum Wagner, menurut Musgrave, dinyatakan bahwa pengeluaran pemerintah bersifat relatif, sehingga hukum Wagner adalah “bila dalam perekonomian, pendapatan per kapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat”. Teori Wagner tersebut disempurnakan oleh Peacock dan Wiseman yang mengemukakan sebuah teori bahwa ”perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin 60 besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar pula” Mangkoesoebroto, 1993: 173. Sedangkan indikator kinerja perekonomian dan keberhasilan suatu daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah ditunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomiPDRB riil Nanga, 2005: 13; Bastian, 2006: 342. Padahal suatu daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang positif akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut, dengan kata lain PAD merupakan ekses dari pertumbuhan ekonomi Saragih, 2003: 55- 58. Pertumbuhan PAD seharusnya sensitif terhadap kenaikan PDRB. Berdasarkan analisis elastisitas PAD terhadap PDRB yang dilakukan oleh Bappenas 2003 pada pemerintah propinsi menunjukkan 12 propinsi 41,37 yang mempunyai nilai elastisitas ≥ 1 lebih atau sama dengan satu. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi perubahan pada PDRB akan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap perubahan PAD Adi, 2006: 6. Teori dan temuan empiris Bappenas tersebut didukung oleh penelitian Yuliati 2001: 22 yang menyimpulkan bahwa PAD berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. penelitian Adi 2006 menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki dampak yang sangat siginifikan terhadap peningkatan PAD. Penelitian Harianto dan Adi 2007 mengkonfirmasi penelitian Yuliati dan Adi bahwa PAD sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Per Kapita. 61

2.2.9. Pengaruh Pengeluaran Anggaran Belanja Modal terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah diprioritaskan untuk pelayanan publik dan peningkatan pertumbuhan serta pemerataan program pembangunan daerah yang diwakili oleh PDRB Mardiasmo, 2002: 59 dan 221; Bastian, 2006: 342 dan 354. Sehingga pengeluaran untuk anggaran belanja modal dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan pemerataan pembangunan daerah nantinya secara berkelanjutan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi Kaum Klasik Adam Smith, David Ricardo, Thomas Malthus, dan John Stuart Mill, beranggapan bahwa pertumbuhan dan pembangunan ekonomi bersumber utama dari modal Suryana, 2000: 59. Sependapat dengan Ekonom Kaum Klasik, Walt Whitman Rostow dalam bukunya “The Stages of Economic” 1960 mengemukakan teori 5 tahapan proses pertumbuhan ekonomi untuk meruntut alur proses pertumbuhan atau pembangunan ekonomi suatu negara yang salah satu tahapannya untuk mencapai tahap lepas landas take off adalah berlakunya kenaikan laju investasipenanaman modal yang produktif kurang lebih 5-10 dari pendapatan nasional atau produk nasional netto Jhingan, 1990: 182; Suryana, 2000: 62. Selain itu, model pertumbuhan ekonomi Harrod- Domar tentang Teori Pertumbuhan Mantap steady growth theory adalah pengembangan analisis Keynes yang menekankan atau memberikan peranan kunci tentang perlunya penanaman modal dalam proses 62 penciptaan pertumbuhan ekonomi Jhingan, 1990: 291; Suryana, 2000: 66. Akumulasi modal merupakan keharusan bagi pembangunan ekonomi negara yang sedang berkembang untuk menjadi negara yang lebih maju, sehingga semakin besar modal yang tersedia maka akan mempercepat pembangunan ekonomi Suryana, 2000: 72. Oleh karena itu Malthus berpendapat, untuk adanya perkembangan ekonomi diperlukan adanya kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus- menurus Irawan dan Suparmoko, 2002: 27. Investasi di sektor produktif adalah semua jenis investasi atau barang modal yang menambah sumberdaya-sumberdaya baru yang nantinya akan meningkatkan stok modal suatu negara sehingga yang pada gilirannya akan meningkatkan tingkat output dan pendapatan nasional yang merupakan tolak ukur tingkat pertumbuhan ekonomi Arsyad, 2004: 214-215. Modal atau capital sebagai faktor produksi pada pembangunan ekonomi bukan dalam bentuk uang money tetapi real capital atau capital goods barang-barang modal. Penanaman modal atau penambahan terhadap persediaan barang modal biasanya disebut investasi Kamaluddin, 1996: 71-72. Menurut Standar Akuntansi Pemerintah 2005 investasi dalam kerangka pemerintah didefinisikan sebagai belanja modalpembangunan karena memberi manfaat lebih dari satu tahun. Pengertian tersebut ditekankan pada penggunaan asset untuk meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Padahal suatu asset di pemerintah pusat atau daerah, khususnya asset tetap seperti dalam bentuk tanah, bangunan, infrastruktur 63 sarana dan prasarana publik, dan asset tetap lainnya yang diperoleh melalui proses pengeluaran dana yang disebut Belanja Modal. Teori pertumbuhan ekonomi tersebut berkaitan erat dengan teori pengeluaran pemerintah dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah. Menurut model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah yang dikembangkan W.W. Rostow dengan menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah seiring tahap-tahap pembangunan ekonomi yang pada tahap awal perkembangan ekonomi, pemerintah membutuhkan investasi yang besar atau yang lebih dikenal dengan teori “dorongan kuat” big push theory Mangkoesoebroto, 1993: 170. Sedangkan teori pengeluaran yang dikemukakan oleh Adolf Wagner menyatakan bahwa pengeluaran dan kegiatan pemerintah yang semakin meningkat telah lama dirasakan, tendensi makin meningkatknya pengeluaran pemerintah oleh Wagner dinamakan “Gesetz der wachsenden Ausdenhnung den Staatstatigkeiten” atau hukum selalu makin meningkatnya kegiatan-kegiatan negara law of ever increasing state activties. Sehingga hukum Wagner tersebut oleh R.A. Musgrave disebut hukum “growing public expenditure” atau hukum makin meningkatnya pengeluaran-pengeluaran pemerintah Soetrisno, 1984: 364. Selain itu, teori pengeluaran pemerintah lainnya yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman menyatakan kaitannya antara meningkatnya penerimaan daerah menyebabkan meningkatnya pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya GNP 64 menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar Mengkoesoebroto, 1993: 173. Penelitian Yuliati 2001: 22 menyimpulkan bahwa pengeluaran pembangunan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian Adi 2006: 14 mengkonfirmasi penelitan Yuliati 2001 yang menyimpulkan bahwa belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Dritsakis dan Adamopoulus 2004 juga membuktikan secara empiris bahwa belanja negara berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negaraYunani Hamzah, 2007: 2. Selain itu studi yang dilakukan oleh Putri 2006: 62 dan Kurniawan 2008: 77 memberikan hasil yang sama bahwa konsumsi pemerintahbelanja pembangunan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

2.2.10. Pengaruh Pengeluaran Anggaran Belanja Rutin terhadap

Pertumbuhan ekonomi Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi, pada tahap awal pemerintah lebih ditekankan pengeluarannya dibidang barang modal. Padahal di sisi lain membutuhkan penggerak untuk barang modal dalam rangka mewujudkan pelayanan publik, yaitu tenaga kerja. Untuk tenaga kerja di pemerintahan yang dimaksud adalah pegawai negeri sipil atau PNS. Hal ini mengindikasikan bahwa pengeluaran anggaran belanja rutin, berupa dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk 65 melaksanakan kegiatan kepemerintahan memilki perngaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, menurut Hukum Wagner yang berbunyi “kegiatan pemerintah selalu meningkat, baik kegiatan rutin yang terprogram maupun yang tidak, akan memiliki pengaruh pada laju pertumbuhan ekonomi Mangkoesoebroto, 1993: 173; Soetrisno, 1984: 364. Peningkatan kegiatan pemerintah ini dalam rangka meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat. Teori tersebut didukung oleh penelitian Kurniawan 2008 yang menyimpulkan bahwa pengeluaran anggaran belanja rutin berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan pengembangan dari teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil premis yang kemudian dari premis tersebut akan disimpulkan sehingga dapat dijadikan dasar dalam mengemukakan hipotesis. Premis-premis tersebut adalah sebagai berikut: Premis 1: Penerimaan dan Pengeluaran belanja daerah memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah UU No. 33 tahun 2004 pasal 3, 4, dan 5. Premis 2: Ada hubungan positif antara pendapatan asli daerah PAD terhadap pertumbuhan ekonomi Mangkoesoebroto, 1993: 173-174; Saragih, 2003: 55-58. 66 Premis 3: Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah yang bersifat produktif sehingga memiliki hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Mangkoesoebroto, 1993: 173-174; Soetrisno, 1984: 364. Premis 4: Belanja Rutin merupakan pengeluaran yang berikaitan erat dengan kegiatan kepemerintahan, sehingga belanja rutin memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Mangkoesoebroto, 1993: 173-174 dan Soetrisno, 1984: 364. Berdasarkan pada perumusan masalah, landasan teori, penelitian terdahulu dan premis, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat diilustrasikan pada Gambar.2 sebagai berikut : Gambar.1: Kerangka Pikir X 1 Anggaran Pendapatan Asli Daerah X 3 Pengeluaran Anggaran Belanja Rutin X 2 Pengeluaran Anggaran Belanja Modal Y Pertumbuhan Ekonomi PDRB Teknik Analisis Regresi Linear Berganda

2.4. Hipotesis Hyphotesis

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25