Gambar 33: keterbukaan ruang yang dominan di dalam bangunan utama Gereja kiri dengan Kraton Yogyakarta kanan
Bentuk bangunan joglo didominasi dengan keterbukaan ruang tanpa dinding maupun pintu masuk secara fisik terlihat pada gambar 33. Bangunan joglo
dikelilingi oleh soko-soko yang juga berfungsi sebagai pondasi bangunan.
Gambar 34: Perbandingan bentuk bangunan utama Gereja atas dengan Kraton Yogyakarta bawah
Bentuk bangunan utama yang mengadaptasi bentuk joglo tumpangsari yang merupakan bentuk joglo dengan sistem konstruksi atap menerus dapat dilihat
pada gambar 34. Bentuk ini paling banyak di pakai pada bangunan tradisional jawa. Bentuk bangunan memiliki keterbukaan ruang yang dominan dan tidak
memiliki pintu masuk secara fisik. Pada bagian dalam Gereja, terdapat altar yang megah dengan ukiran-
ukiran khas lihat gambar 35. Di belakang meja altar terdapat meja marmer yang berfungsi sebagai tempat tabernakel lihat gambar 36. Tabernakel adalah sebuah
lemari kecil, tempat menyimpan Sakramen Maha kudus. Letak tabernakel berada di bagian gereja yang layak dan mencolok, selalu dihias dan dibuat dari bahan
yang kuat. Di samping kanan dan kiri tabernakel terdapat dua buah patung malaikat dengan pakaian adat Jawa lengkap dengan sayapnya. Selain itu di sayap
kanan dan kiri bangunan gereja terdapat patung Bunda Maria yang sedang memangku Yesus, di sayap kiri bangunan gereja juga terdapat prasasti pendirian
Gereja Mandala Hati Kudus Yesus Ganjuran yang berisi tanggal, tahun, dan pendiri gereja. Prasasti tersebut dipahat di atas batu marmer yang ditulis dalam
bahasa Belanda lihat gambar 38.
Gambar 35: Altar di dalam Gereja Ganjuran
Gambar 36: Tabernakel di dalam Gereja Ganjuran
Gambar 37: Prasasti pendirian Gereja Mandala Hati Kudus Yesus
2. Bentuk Dekorasi pada Candi bagian luar
Gambar 38: Bangunan Candi Hati Kudus Yesus Bangunan candi di komplek Gereja Ganjuran gambar 38 seakan menjadi
daya tarik utama para umat Katolik yang berasal tidak hanya dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya saja, namun juga umat Katolik dari berbagai
daerah di Indonesia hingga mancanegara untuk melakukan kunjungan dan berdoa. Bangunan candi Ganjuran ini memiliki nama Candi Hati Kudus Yesus. Candi Hati
Kudus Yesus ini, memiliki corak candi Hindu-Jawa yang dipadukan dengan kebudayaan gereja. Ciri candi bercorak Hindu terlihat dari bentuk fisik candi yang
terbagi dalam tiga bagian yaitu Bhurloka kaki candi, Bhuvarloka tubuh candi dan Svarloka atap candi yang ditunjukkan pada gambar 39. Tampak luar, candi
ini memiliki dekorasi dengan aksen simetris di setiap sudut candi. Bentuk candi yang ramping juga merupakan salah satu ciri candi Hati Kudus Yesus ini bercorak
Hinduistik.
Gambar 39: Pembagian bagian candi bercorak Hindu pada candi Hati Kudus Yesus.
Di dalam candi, terdapat patung Yesus dalam busana kebesaran seorang raja Jawa. Para peziarah biasanya datang dan berdoa dengan cara naik ke dalam
candi secara bergantian, dikarenakan ukuran candi yang hanya muat untuk satu orang saja. Tidak semua pengunjung akan naik ke dalam candi, beberapa
pengunjung merasa sudah cukup dengan berdoa menghadap candi saja di halaman depan candi. Pohon cemara yang tumbuh di halaman candi membuat suasana di
sekitar candi menjadi sejuk dan tenang sehingga para pengunjung dapat berdoa dengan nyaman.
3. Bentuk Dekorasi pada Candi Bagian Dalam
Di dalam candi, pada gambar 41 ditunjukkan hiasan ukiran aksara Jawa di atas patung Yesus yang dalam bahasa Jawa berbunyi “Sampeyan Dalem Maha
Prabu Yesus Kristus Pangeraning Para Bangsa ” yang memiliki arti Tuhan Yesus
Kristus Raja Segala Bangsa. Pada kedua sisi pintu masuk candi juga terdapat ukiran, bagian atap candi dibuat bertingkat dan terdapat pula ukiran pada tingkat
teratas atap. Selain itu, terdapat patung Yesus yang diwujudkan dengan pakaian kebesaran raja Jawa sebagai bentuk inkulturasi budaya yang ada di Gereja
Ganjuran. Patung tersebut menjadi sarana pengantar doa para pengunjung dan umat yang datang untuk berdoa di Gereja Ganjuran.
a. Bentuk Patung Yesus di Dalam Candi
Patung Yesus pada gambar 40 yang berada di dalam candi terbuat dari keramik. Patung Yesus di dalam candi memiliki tekstur yang halus, dengan
proporsi yang baik sehingga menimbulkan kesan wujud patung yang realis. Patung Yesus tersebut memiliki warna putih kecoklatan dan memiliki tinggi
sekitar 75 cm. Dalam patung tersebut, Yesus digambarkan sebagai seorang raja yang sedang duduk di atas tahta-Nya dengan menunjuk hati-Nya yang merupakan
perlambang Hati Kudus Yesus yang suci dan selalu menunjukkan kemurahan hati serta terbuka untuk siapa saja. Selain dalam pakaian kebesaran raja Jawa, patung
Yesus dibuat tanpa alas kaki dan tanpa perhiasan.
Gambar 40: Patung Yesus di dalam candi Sumber : hidupkatolik.com
b. Bentuk Ukiran di Dalam Candi
Pada bagian dalam candi, terdapat dekorasi berupa ukiran. Ukiran tersebut berada di atas langit-langit candi ditunjukkan oleh gambar 42 dan di samping kiri
dan kanan pintu masuk candi ditunjukkan oleh gambar 43. Ukiran di atas langit- langit candi memiliki bentuk ukiran yang melambangkan simbol Trinitas, atau
Tritunggal yang berarti satu Tuhan dalam tiga pribadi, yaitu Tuhan sebagai Bapa, Putera dan Roh Kudus. Sedangkan pada pintu masuk gereja ukiran yang nampak
adalah ukiran berbentuk malaikat yang sedang menyembah salib. Ukiran tersebut berada di kedua sisi pintu masuk dengan ukuran dan bentuk yang sama. Warna
pada ukiran di langit-langit candi memiliki unsur warna alam berupa warna batuan seperti layaknya candi pada umumnya. Bentuk langit-langit candi yang
berundak-undak dan mengerucut ke atas merupakan salah satu ciri khas bangunan