4. Dibangunnya Candi dan Berkat Tirta Perwitasari
Setelah pembangunan gereja, untuk memvisualkan penyertaan dan kehadiran Tuhan Yesus, keluarga Schmutzer ingin membangun sebuah monumen
yang diharapkan dapat menarik perhatian umat untuk berbakti kepada Kristus yang selalu mengasihi dengan hati kudusnya. Berkenaan dengan kebudayaan Jawa
pada saat itu yang masih banyak didominasi kebudayaan Hindu menggunakan candi sebagai tempat pemujaan, maka dipilihlah bentuk candi yang akrab dengan
masyarakat pada saat itu. Di dalam candi terdapat sebuah patung yang memvisualisasikan Yesus dalam busana kebesaran seorang raja Jawa. Patung
tersebut memiliki tinggi sekitar 75cm. Ketika pembangunan candi berlangsung tanpa diduga di sekitar candi
tersebut muncul mata air yang terus mengalirkan air, maka dibuatlah Berkat Tirta Perwitasari. Selain digunakan dan diambil oleh para peziarah, air dari Berkat Tirta
Perwitasari ini digunakan untuk pemberkatan umat dan untuk air pembaptisan yang merupakan upacara pemberkatan seseorang yang akan menjadi seorang
Katolik.
Gambar 30: Pengambilan air dari Berkat Tirta Perwitasari oleh umat
C. Bentuk Dekorasi di Komplek Gereja Ganjuran
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai berbagai macam bentuk dekorasi yang berada di komplek Gereja Ganjuran.
1. Bentuk Dekorasi pada Bangunan Gereja Ganjuran
Bangunan Gereja Ganjuran yang memiliki nama Gereja Mandala Hati Kudus Yesus merupakan gereja yang terdapat di dalam komplek Gereja Ganjuran.
Gereja Mandala Hati Kudus Yesus memiliki fungsi layaknya tempat ibadat pada umumnya, layaknya gereja bagi para umat Katolik untuk perayaan Misa Ekaristi
dan perayaan lain dalam tradisi umat Katolik, namun bentuk fisik bangunan dan arsitektur bangunan Gereja Ganjuran sangat unik dan estetis serta berbeda dengan
gereja-gereja lain pada umumnya. Bentuk bangunan Gereja Ganjuran mengambil wujud pendopo Joglo yang
merupakan bangunan adat Daerah Istimewa Yogyakarta, lengkap dengan ukiran- ukiran khas Yogyakarta dengan warna hijau dan kuning pada setiap ukiran yang
menjadi dekorasi bangunan dalam gereja lihat gambar 31 serta adanya ukiran- ukiran khas yang hanya dapat di temukan di dalam Gereja Ganjuran, yaitu
berbentuk burung merpati, tangkai gandum dan anggur yang menjadi simbol liturgial dalam Katolik. Sebelum memiliki wujud bangunan seperti saat ini, Gereja
Ganjuran melalui banyak pemugaran. Romo FX Wiyono Pr, mengatakan bahwa pada awal dibangunnya Gereja Ganjuran hanya berbentuk persegi panjang dengan
istilah “brak”. Bangunan gereja tersebut telah rusak akibat gempa Yogyakarta pada tahun 2006.