Deskripsi Lokasi Gereja Ganjuran

Gambar 14: Papan nama Gereja Ganjuran Gambar 14 menunjukkan papan nama Gereja Ganjuran sebagai penanda utama komplek Gereja, dalam denah pada gambar 13, letak papan nama ini ditandai dengan angka 1. Secara visual papan nama ini memiliki bentuk yang simetris dengan didominasi warna hitam yang terdiri dari dua unsur penyusun utama, yaitu berupa batu dan marmer pada bagian nama gereja. Memiliki letak yang cukup strategis karena berada di tepi jalan Ganjuran, sehingga memudahkan pengunjung untuk menemukan lokasi komplek Gereja Ganjuran. Papan nama ini berada di sudut barat daya komplek Gereja Ganjuran. Unsur dekorasi yang terdapat pada papan nama Gereja Ganjuran ini tidak mendominasi bentuk keseluruhannya, hanya terdapat sebuah salib dan bentuk batu yang menyudut pada bagian atas papan nama gereja. Gambar 15: Pendopo Paseban Pendopo Paseban pada gambar 15 ini berada di sisi barat komplek Gereja Ganjuran. Pada denah di gambar 13, Pendopo Paseban ini ditandai dengan angka 2. Setelah masuk ke komplek gereja pengunjung dapat langsung melihat pendopo tersebut di sebelah utara gerbang atau gapura. Pendopo Paseban ini sering dijadikan tempat untuk umat ataupun pengunjung mengadakan pertemuan skala kecil, karena itu di Pendopo Paseban ini disediakan meja dan kursi untuk keperluan tersebut. Berbeda dengan bangunan pendopo utama di depan bangunan gereja yang lapang dan kosong tanpa ada meja dan kursi maupun perabotan lain. Tidak ada unsur dekorasi yang ditemukan dalam pendopo ini. Gambar 16: Sekertariat Gereja Ganjuran Sekertariat gereja yang ditunjukkan oleh gambar 16 ini berada di sebelah barat bangunan utama Gereja. Pada denah di gambar 13, letak sekertariat gereja ditandai dengan angka 3. Memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan administratif gereja, serta mengelola kearsipan dan kepustakaan serta dokumentasi Gereja. Terdapat unsur dekorasi banyu netes pada bagian bawah atap bangunan sekertariat. Gambar 17 merupakan pendopo yang berada di seberang bangunan utama gereja, di sisi selatan komplek Gereja Ganjuran. Pada denah di gambar 13, letak pendopo ini ditandai dengan angka 4. Pendopo ini memiliki fungsi sebagai tempat beristirahat bagi para umat maupun pengunjung gereja selain itu beberapa pengunjung memilih pendopo tersebut sebagai tempat bermalam jika ingin bermalam di komplek gereja. Tidak ada unsur dekorasi pada pendopo utama gereja . Gambar 17: Pendopo utama di komplek Gereja Ganjuran Gambar 18 menunjukkan pemandian yang berada di dalam komplek Gereja Ganjuran, pada denah di gambar 13, lokasi pemandian ini ditandai dengan angka 5. Pemandian tersebut memiliki fungsi sebagai tempat untuk mandi para umat maupun pengunjung gereja. Nama Siloam diambil dari nama kolam tempat Yesus melakukan mukzizat dengan menyembuhkan orang yang buta Yohanes 9: 1-41. Tidak ada unsur dekorasi pada bangunan pemandian rohani Siloam. Gambar 18: Pemandian rohani Siloam Gambar 19: Biara Carolus Borromeu Gambar 20 menunjukkan biara yang ada di komplek Gereja Ganjuran, berada di sebelah utara bangunan utama gereja, tepatnya dibelakang bangunan utama gereja. Pada denah di gambar 13, lokasi biara ini ditandai dengan angka 6. Biara sendiri merupakan tempat bagi para suster dan frater yang memberikan pelayanan bagi suatu paroki atau lingkungan gereja, dalam hal ini khususnya bagi lingkungan Gereja Ganjuran. Nama Carolus Borromeus diambil dari nama seorang santo dari Arona, Lombardia yang terkenal dengan kepeduliannya terhadap para korban wabah pes pada tahun 1576. Tidak ada unsur dekorasi pada bangunan Biara Carolus Borromeus. Gambar 20: Panti Asuhan Santa Maria Panti asuhan yang ada di komplek Gereja Ganjuran dapat dilihat pada gambar 20. Letaknya berada di sebelah timur biara Carolus Borromeus, dan memanjang hingga ke belakang Candi Hati Kudus Yesus di sisi utara komplek gereja, pada denah di gambar 13, ditandai dengan angka 7. Panti asuhan ini berdiri sejak 1 Januari 1936 dan dikelola langsung oleh para suster Carolus Borromeus. Tidak ada unsur dekorasi pada bangunan panti asuhan Santa Maria. Rumah Sakit Santa Elisabeth yang ditunjukkan gambar 21 pada awalnya merupakan sebuah poliklinik pada tahun 1921. Rumah Sakit Santa Elisabeth merupakan wujud dari perhatian Caroline Theresia Maria Van Rijckevorsel, istri dari Julius Schmutzer yang merupakan seorang perawat dan pekerja sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan penduduk sekitar pabrik pada saat itu. Bangunan rumah sakit sendiri berada di barat biara Carolus Borromeus dan memiliki akses jalan sendiri dari komplek Gereja Ganjuran. Pada denah di gambar 13, Rumah Sakit Santa Elisabeth ditandai dengan angka 8. Tidak ada unsur dekorasi pada bangunan rumah sakit tersebut. Gambar 21: Rumah sakit Santa Elisabeth Gambar 22: Gereja Mandala Hati Kudus Yesus tampak depan Bangunan Gereja Mandala Hati Kudus Yesus pada gambar 22 bisa dikatakan berada di pusat komplek Gereja Ganjuran. Bangunan gereja ini berada di sebelah barat candi Hati Kudus Yesus tepat di selatan biara Carollus Borromeus. Pada denah di gambar 13, Gereja Mandala Hati Kudus Yesus ditandai dengan angka 9. Unsur dekorasi yang terdapat pada bangunan Gereja Mandala Hati kudus Yesus sangat beragam, khususnya di dalam bangunan gereja. Untuk penjelasan lebih lanjut ada dalam sub bab bentuk dekorasi bangunan gereja. Gambar 23: Candi Hati Kudus Yesus Candi Hati Kudus Yesus yang ditunjukkan oleh gambar 23 ini terletak di sebelah timur bangunan Gereja Mandala Hati Kudus Yesus dan tepat di sebelah utara candi terdapat panti asuhan Santa Maria. Pada denah di gambar 13, letak Candi Hati Kudus Yesus ditandai dengan angka 10. Candi ini merupakan ciri khas dari Gereja Ganjuran yang tidak dimiliki oleh gereja lain. Candi bercorak Hindu ini mengalami beberapa penyesuaian bentuk terkait dengan inkulturasi gereja dengan kebudayaan setempat, diantaranya adanya bentuk salib di atas atap candi. Terdapat beberapa unsur dekorasi pada bangunan candi, di dalam dan di luar bangunan candi. Untuk penjelasan lebih lanjut ada dalam sub bab bentuk dekorasi bangunan candi. Gambar 24: Patung Bunda Maria Gambar 24 menunjukkan patung Bunda Maria yang terletak di ujung selatan halaman Candi Hati Kudus Yesus dan di sebelah timur pemandian rohani Siloam. Pada denah di gambar 13, pemandian rohani Siloam ini ditandai dengan angka 11. Umat dan pengunjung yang secara khusus ingin melakukan devosi maupun berdoa kepada Bunda Maria bisa melakukannya di tempat ini. Pada bulan Mei dan Oktober, banyak pengunjung maupun umat yang datang untuk berdoa Rosario karena bulan tersebut merupakan bulan yang secara khusus diberikan gereja untuk menghormati Bunda Maria. Dekorasi yang terdapat pada tempat ini adalah patung Bunda Maria itu sendiri. Pembahasan lebih lanjut ada pada sub bab bentuk patung Bunda Maria. Gambar 25: Gapura komplek Gereja Ganjuran Gapura yang ditunjukkan oleh gambar 25 ini berfungsi sebagai pintu masuk utama ke komplek Gereja Ganjuran ini terletak di sisi barat dan tepat di sebelah utara papan nama komplek Gereja Ganjuran. Letak gapura mengarah langsung ke area parkir, sehingga memudahkan akses pengunjung yang datang maupun pergi. Pada denah di gambar 13, letak gapura ini ditandai dengan angka 12. Bentuk gapura menunjukkan inkulturasi gereja dengan kebudayaan Hindu Jawa, terdapat pula 4 bejana air di sisi kanan dan kiri gapura dengan arca kepala manusia, singa, rajawali dan lembu. Keseluruhan bentuk gapura selain memiliki fungsi estetis juga terdapat makna-makna simbolis yang secara lengkap dibahas pada sub bab bentuk gapura dan makna simbolis gapura. Gambar 26: Gedung Pasturan Gambar 26 menunjukkan gedung pasturan yang terletak di dekat bangunan utama Gereja Mandala Hati Kudus Yesus, tepatnya di tenggara bangunan utama gereja. Pada denah di gambar 13, lokasi gedung pasturan ini ditandai dengan angka 13. Gedung pasturan berfungsi sebagai kantor dan tempat kegiatan dewan harian paroki, tempat kerja Romo, tempat hunian Romo dan tempat hunian tamu Gereja Ganjuran. Dalam bangunan pasturan tidak terdapat unsur dekorasi. Gambar 27: Ruang adorasi Ruang adorasi yang ditunjukkan oleh gambar 27 ini terletak tepat di sisi barat bangunan Gereja Mandala Hati Kudus Yesus dan tepat di belakang gedung pasturan. Pada denah di gambar 13, lokasi ruang adorasi ini ditandai dengan angka 14. Kata adorasi berasal bahasa latin adore yang memiliki arti menyembah. Ruang adorasi sendiri merupakan tempat dimana umat maupun pengunjung yang ingin berdoa secara lebih pribadi, karena ruang adorasi adalah tempat yang sangat nyaman dan tenang. Tidak terdapat unsur dekorasi di ruang adorasi. Gambar 28: Area parkir Area parkir komplek Gereja Ganjuran yang ditunjukkan oleh gambar 28 ini berada di sebelah barat gapura, di sisi selatan area parkir ini juga terdapat lapak-lapak para pedagang souvenir dan pernak-pernik rohani. Pada denah di gambar 13, lokasi area parkir ini ditandai dengan angka 15. Di area parkir tidak terdapat unsur dekorasi apapun.

B. Latar Belakang Sejarah Dibangunnya Komplek Gereja Ganjuran

1. Pendiri Gereja Ganjuran

Pada masa kolonial Belanda pada abad ke-19, keluarga Schmutzer yang berawal dari pasangan Stefanus Barends dan Ellise Fransisca Wihelmia Kathaus datang ke Ganjuran untuk membeli perkebunan tebu pada tanggal 1 September 1862. Barends meninggal pada tahun 1876 dan Elisse menjanda selama empat tahun hingga pada akhirnya bertemu dengan Gottried Schmutzer dan memiliki empat orang anak, yaitu Elisse Anna Maria Antonia Schmutzer, Josef Ignas Julius Schmutzer, Julius Anton Maria Schmutzer, dan Eduard Milheim. Keluarga Schmutzer mendirikan pabrik gula yang diberi nama Gondanglipuro karena lokasinya yang berada di desa Kaligondang, dusun Lipuro. Pabrik Gondanglipuro pun berkembang pesat hingga meluas fungsinya menjadi sebuah kawasan pusat berbagai kegiatan di daerah Ganjuran.

2. Awal Berdirinya Gereja Ganjuran

Setelah Gottried Schmutzer meninggal, pabrik Gondanglipuro diserahkan kepada anaknya Josef Ignas Julius Schmutzer. Kepedulian Josef dalam melindungi hak-hak buruh yang tidak diperhatikan oleh pengusaha Belanda yang lain menjadi penunjang kemajuan pabrik Gondanglipuro. Berangkat dari hal tersebut, serta prakarsa seorang Pastur bernama Pastur Van Driessche. SJ yang melihat perkembangan jumlah umat yang sangat pesat, Josef mulai mendirikan gereja, dimana hal tersebut diabaikan oleh pengusaha-pengusaha Belanda lain yang hanya mementingkan keuntungan dan mengabaikan nasib buruh. Hal tersebut menerapkan ajaran sosial gereja rerun novarum, guna mengatur kesejahteraan buruh dan dan menjaga hubungan baik antara buruh dan pemilik pabrik. Ditambahkan oleh Romo FX Wiyono Pr, bahwa Josef membangun gereja karena rasa syukur atas perkembangan pabrik Gondanglipuro. Sebelum dibangunnya Gereja Ganjuran, kegiatan perayaan Misa Ekaristi biasa diadakan dengan menumpang di salah satu rumah keluarga Schmutzer. Seiring berjalannya waktu, umat yang mengikuti perayaan Misa Ekaristi semakin bertambah banyak maka dibangunlah Gereja Ganjuran pada tanggal 16 April 1924. Gambar 29: Bentuk awal Gereja Ganjuran pada masa kolonial Belanda

3. Gereja Ganjuran pasca gempa tahun 2006

Pada tahun 2006, tepatnya pada hari Sabtu 27 Mei, gempa bumi dengan kekuatan 5,6 SR melanda Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Gereja Ganjuran runtuh dan lebih dari 80 umat Katolik menjadi korban, mereka adalah para umat yang mengikuti misa pagi yang berlangsung pada saat itu dan lima orang meninggal atas insiden tersebut. Meskipun bangunan utama runtuh, namun candi, pasturan, dan pendopo tetap tegak berdiri. Posko Karina sebagai respon kepada para korban dibuka di Gereja Ganjuran. Melalui posko ini seluruh bantuan sosial dari mereka yang menyalurkan kepeduliannya ditampung dan diteruskan kepada masyarakat yang membutuhkan. Romo Jarot Kusnopriono Pr, menjadi koordinator langsung pengelolaan Posko Karina ini. Pada tahun 2007, dengan bantuan yang diterima dari berbagai pihak, umat Katolik Paroki Ganjuran bersama masyarakat mulai memperbaiki tempat tinggal dan infrastruktur yang rusak akibat gempa. Setelah umat dan masyarakat mulai berbenah pasca gempa, kapel-kapel wilayah mulai diperbaiki dan dibangun kembali. Bersamaan dengan itu, pembangunan kembali Gereja Ganjuran mulai dipersiapkan, dan dilaksanakan setelah kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar Gereja Ganjuran mulai pulih. Pada tahun 2008, rencana pembangunan kembali Gerja Ganjuran mendapat persetujuan dari Keuskupan Agung Semarang. Pada tanggal 22 Juni 2008, Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. I. Suharyo berkenan meletakkan batu pertama pembangunan kembali Gereja Ganjuran. Pembangunan kembali Gereja Ganjuran ini dilaksanakan oleh umat Paroki Ganjuran dan masyarakat sekitar. Pada tanggal 29 Agustus 2009, Gereja Ganjuran yang baru telah selesai dibangun dan diresmikan oleh Paduka Sri Sultan Hamengku Buwono X, dengan ditandai perayaan Misa Ekaristi Agung oleh Rm Prof. Mgr. Ign. Suharyo, Pr.