Gereja Ganjuran pasca gempa tahun 2006

Gambar 30: Pengambilan air dari Berkat Tirta Perwitasari oleh umat

C. Bentuk Dekorasi di Komplek Gereja Ganjuran

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai berbagai macam bentuk dekorasi yang berada di komplek Gereja Ganjuran.

1. Bentuk Dekorasi pada Bangunan Gereja Ganjuran

Bangunan Gereja Ganjuran yang memiliki nama Gereja Mandala Hati Kudus Yesus merupakan gereja yang terdapat di dalam komplek Gereja Ganjuran. Gereja Mandala Hati Kudus Yesus memiliki fungsi layaknya tempat ibadat pada umumnya, layaknya gereja bagi para umat Katolik untuk perayaan Misa Ekaristi dan perayaan lain dalam tradisi umat Katolik, namun bentuk fisik bangunan dan arsitektur bangunan Gereja Ganjuran sangat unik dan estetis serta berbeda dengan gereja-gereja lain pada umumnya. Bentuk bangunan Gereja Ganjuran mengambil wujud pendopo Joglo yang merupakan bangunan adat Daerah Istimewa Yogyakarta, lengkap dengan ukiran- ukiran khas Yogyakarta dengan warna hijau dan kuning pada setiap ukiran yang menjadi dekorasi bangunan dalam gereja lihat gambar 31 serta adanya ukiran- ukiran khas yang hanya dapat di temukan di dalam Gereja Ganjuran, yaitu berbentuk burung merpati, tangkai gandum dan anggur yang menjadi simbol liturgial dalam Katolik. Sebelum memiliki wujud bangunan seperti saat ini, Gereja Ganjuran melalui banyak pemugaran. Romo FX Wiyono Pr, mengatakan bahwa pada awal dibangunnya Gereja Ganjuran hanya berbentuk persegi panjang dengan istilah “brak”. Bangunan gereja tersebut telah rusak akibat gempa Yogyakarta pada tahun 2006. Gambar 31: ukiran di dalam bangunan gereja Romo FX Wiyono Pr juga menambahkan bahwa bangunan utama Gereja Ganjuran terinspirasi oleh bentuk dan dekorasi yang ada di Keraton Yogyakarta sehingga memiliki banyak kesamaan. Beberapa kesamaan yang sangat Nampak diantaranya adalah pada bentuk bangunan utama yang mengadaptasi bentuk Joglo Tumpangsari yang merupakan bentuk joglo dengan sistem konstruksi atap menerus. Bentuk ini paling banyak di pakai pada bangunan tradisional Jawa. Bentuk bangunan memiliki keterbukaan ruang yang dominan dan tidak memiliki pintu masuk secara fisik. Terdapat empat soko guru yang menahan atap di tengah bangunan joglo.langit-langit juga memiliki kemiripan dengan mengikuti kemiringan atap pada sisi bawah dan datar pada bagian tengah di atas soko guru. Gambar 32: Perbandingan soko guru di dalam bangunan utama Gereja kiri dengan Kraton Yogyakarta kanan Gambar 32 menunjukkan perbandingan bangunan gereja dengan Kraton Yogyakarta. Keduanya memiliki empat soko guru yang menahan atap di tengah bangunan joglo. langit-langit juga memiliki kemiripan dengan mengikuti kemiringan atap pada sisi bawah dan datar pada bagian tengah di atas soko guru. Penempatan dekorasi praba dan wajikan pada soko guru juga sama. Pola pengulangan teratur pada dekorasi yang terdapat pada kedua soko guru juga memiliki kemiripan.