Unsur-Unsur Dekorasi Candi Hinduisme di Jawa
tradisional, sering kali terdapat makna spiritual yang dituangkan dalam stilisasi ragam hias. Ragam hias Nusantara biasanya merupakan stilisasi dari bentuk alam
atau makhluk hidup termasuk manusia, dan ada pula ragam hias adaptasi pengaruh budaya luar, seperti dari Tiongkok, India, dan Persia.
Motif dalam ragam hias diambil dari bentuk-bentuk flora, fauna, figuratif, dan bentuk geometris. Ragam hias tersebut dapat diterapkan pada media dua dan
tiga dimensi. Motif ragam hias daerah di Indonesia banyak menggunakan tumbuhan dan hewan sebagai objek ragam hias. Motif ragam hias tersebut dapat
dijumpai pada hasil karya batik, ukiran, anyaman, dan tenun. Selain motif flora dan fauna, terdapat motif ragam hias geometris. Motif hias geometris
dikembangkan dari bentuk-bentuk geometris dan kemudian digayakan sesuai dengan selera dan imajinasi pembuatnya. Gaya ragam hias geometris dapat dibuat
dengan menggabungkan bentuk-bentuk geometris ke dalam satu motif ragam hias. Bentuk ragam hias umumnya memiliki pola atau susunan yang diulang-
ulang. Pada bentuk ragam hias yang lain, pola yang ditampilkan dapat berupa pola ragam hias yang teratur, terukur, dan memiliki keseimbangan. Pola ragam hias
geometris dapat ditandai dari bentuknya seperti persegi empat, zigzag, garis
silang, segitiga, dan lingkaran. Pola bidang tersebut merupakan pola geometris
yang bentuknya teratur. Bentuk lain dari pola geometris
adalah dengan mengubah susunan pola ragam hias tak beraturan dan tetap memperhatikan segi keindahan
Purnomo, 2013: 14-17. Ragam hias dalam dekorasi bangunan tradisional Jawa dikelompokkan
menjadi lima kelompok, yaitu kelompok flora, fauna, alam, agama dan
kepercayaan, dan kelompok lain-lain. Kelompok flora yang banyak didapati pada
dekorasi bangunan tradisional Jawa adalah macam flora yang memiliki makna suci, berwarna indah, berbentuk simetris, dan serba estetis meliputi batang, daun,
bunga, buah, dan ujung pohon-pohonan. Contoh ragam hias flora yang sering dijumpai adalah lung-lungan, saton, tlacapan, dan wajikan.
Pada gambar 2, digambarkan ragam hias lung-lungan yang berwujud pohon atau tumbuhan yang biasanya kita jumpai, seperti teratai, melati, daun
markisa, atau tanaman yang bersifat melata, berfungsi untuk memberikan keindahan dan kesan ketentraman pada suatu bangunan.
Gambar 2: Lung-lungan Sumber: Tim Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 1982:
126 Ragam hias saton pada gambar 3 berbentuk mirip makanan bernama satu,
yang berbentuk bujur sangkar dengan hiasan dedaunan atau bunga di dalamnya. Saton ini berfungsi sebagai landasan dan pelengkap ornamen lain seperti tlacapan.
Gambar 3: Saton Sumber: Tim Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 1982:
129 Tlacapan pada gambar 4 berbentuk segi tiga sama kaki yang dapat diisi
dengan lung lungan, dedaunan, maupun bunga yang distilisasikan. Tlacapan memiliki maksud kecerahan atau keagungan, sehingga digambarkan sebagai
cahaya sorot atau menggambarkan sinar matahari.
Gambar 4: Tlacapan Sumber: Tim Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 1982:
135 Wajikan memiliki nama yang berasal dari kata wajik yang juga merupakan
nama makanan di Jawa terbuat dari beras ketan berbentuk belah ketupat sama sisi lihat gambar 5. Wajikan selain memiliki fungsi keindahan, juga berfungsi
mengurangi kesan tinggi pada tiang bangunan.