Pengertian Kecerdasan Emosi Kecerdasan Emosi

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosi

1. Pengertian Kecerdasan Emosi

“Istilah kecerdasan emosi Emotional Quotient pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosi yang tampaknya penting bagi keberhasilan ” Lusi Nuryanti, 2008: 43. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosi atau yang sering disebut EQ sebagai: “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.” Shapiro, 1998 : 8. “Kecerdasan emosi atau emotional intelligence adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri dan dalam hubungan dengan orang lain” Hamzah B. Uno, 2010:72. Kecerdasan emosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosi. “Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi 12 secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan ” Shapiro, 1998: 10. Kecerdasan emosi EQ adalah sejumlah kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pembinaan hubungan sosial dengan lingkungan yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain. Untuk lebih menjelaskan tentang pentingnya kecerdasan emosi, Claude Steiner dan Paul Perry dalam Agus Efendi, 2005 : 65 juga menegaskan dalam bukunya, Achieving Emotional Literacy 1997, bahwa “semata – mata IQ yang tinggi tidak akan membuat seseorang menjadi cerdas. Tanpa kecerdasan emosi, kemampuan untuk memahami dan mengelola perasaan – perasaan kita dan perasaan –perasaan orang lain, kesempatan kita untuk hidup bahagia menjadi sangat tipis ”. Goleman, seorang peneliti dan juga penulis buku best seller tentang kecerdasan emosi juga mengatakan bahwa setinggi –tingginya, IQ hanya menyumbang kira –kira 20 persen bagi faktor–faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan – kekuatan lain. Kekuatan –kekuatan lain dimaksud salah satunya adalah kecerdasan emosi. Selain itu, Cooper dan Ayman dalam Agus Efendi, 2005: 65 juga menulis “Voltaire menunjukkan bahwa bagi bangsa romawi, sensus communis dan sensibility kemampuan, mencakup seluruh penggunaan indera, hati dan intuisi. Memang, bisnis berjalan di atas kekuatan otak 13 brain power. Tetapi, untuk berpikir dengan baik dan agar kesuksesan itu bertahan lama, kita harus belajar untuk menyaingi setiap aspek kecerdasan kita, bukan hanya dari kepala saja. Di samping itu, bukti –bukti mutakhir neurologis menunjukkan bahwa emosi merupakan bahan bakar yang sangat diperlukan bagi kekuatan penalaran o tak...” Dari pendapat–pendapat tadi maka semakin menguatkan pemikiran kita bahwa IQ bukanlah satu –satunya faktor penentu keberhasilan seseorang. Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa kecerdasan emosi merupakan gambaran kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang berkaitan dengan dengan pembinaan hubungan sosial dengan lingkungan. Kemampuan emosi memberikan dasar kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain.

2. Aspek Kecerdasan Emosi