HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nisa Marhaeni NIM 11108241028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016” yang disusun oleh Nisa Marhaeni, NIM 11108241028 telah disetujui pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Januari 2016 Pembimbing I

P. Sardjiman, M. Pd.

NIP 19541212 198103 1 009

Pembimbing II

Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd. NIP 19820425 200501 2 001


(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Januari 2016 Yang menyatakan,

Nisa Marhaeni NIM 11108241028


(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016” yang disusun oleh Nisa Marhaeni, NIM 11108241028 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 1 Februari 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

P. Sardjiman, M.Pd. Ketua Penguji ...…………... ... Septia Sugiarsih, M.Pd. Sekretaris Penguji ...…………... ... Dr. Farida Agus S., M.Si. Penguji Utama ...…………... ... Aprilia Tina L.,M.Pd. Penguji Pendamping ...…………... ...

Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.


(5)

MOTTO

Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi,

dan pengaruh manusiawi. (Robert K. Cooper)


(6)

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahakan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Agoes Djatmiko dan Ibu Sri Sutarti terima kasih untuk seluruh doa, cinta, kasih sayang, semangat, serta senantiasa mengiringi perjalanan putrinya selama ini.

2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, nusa dan bangsa.


(7)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I

KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh Nisa Marhaeni NIM 11108241028

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian expost facto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates yang berjumlah 214 siswa. Dengan menggunakan rumus Slovin, didapat jumlah sampel sebanyak 139 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket kecerdasan emosi dan dokumentasi. Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dokumentasi diperoleh melalui nilai rapor semester I tahun ajaran 2015/2016. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka indeks korelasi sebesar 0,269 dan nilai signifikasi 0,001 dengan sumbangan 7,3%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates tahun ajaran 2015/2016.

Kata kunci: kecerdasan emosi, prestasi belajar matematika, sisswa sekolah dasar.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian berjudul “Hubungan Kecerdasan Emosi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015/216” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak P. Sardjiman, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.

5. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi. 6. Bapak Agung Hastomo, M.Pd., dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bekal ilmu.

8. Kepala Sekolah SD Negeri segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan izin untuk penelitian skripsi.

9. Guru kelas V SD Negeri segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo yang telah membantu dan bekerjasama dengan peneliti dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

10. Siswa kelas V SD Negeri segugus I Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

11. Teman-teman kelas G prodi PGSD UNY 2011 yang telah memberikan dorongan, semangat, kebahagiaan, dan pengalaman terindah yang tidak terlupakan selama 4 tahun menempuh kuliah bersama.

12. Teman-teman PGSD UNY 2011 Kampus Wates yang telah bersedia berbagi ilmu dan kebahagiaan selama masa kuliah.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kelengkapan skripsi ini.

Yogyakarta, Januari 2016 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR. ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...8

C. Batasan Masalah ...8

D. Rumusan Masalah ...9

E. Tujuan Penelitian ...9

F. Manfaat Penelitian ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Kecerdasan Emosi ...11

2. Aspek Kecerdasan Emosi ...13

3. Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi ...17

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ...19

B. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika ...20


(11)

C. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Matematika ...25

D. Penelitian Yang Relevan ...27

E. Kerangka Pikir.. ...29

F. Hipotesis... ...31

G. Definisi Operasional Variabel ...32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ...34

2. Waktu Penelitian ...34

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ...35

2. Sampel ...35

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data ...37

2. Kisi-Kisi Variabel...40

3. Penyusunan dan Penyuntingan Item ...41

4. Penyekoran Instrumen...41

E. Uji Coba Instrumen 1. Uji Validitas ...42

2. Reliabilitas ...43

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif...45

2. Analisis Korelasional ...46

a. Uji Persyaratan Analisis 1) Uji Normalitas ...46

2) Uji Linearitas ...46


(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian...48

B. Deskripsi Responden Penelitian ...48

C. Hasil Analisis Deskriptif 1. Variabel Kecerdasan Emosi ...50

2. Variabel Prestasi Belajar Matematika ...53

D. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas ...57

2. Uji Linearitas ...58

E. Uji Hipotesis ...59

F. Pembahasan Hasil Penelitian ...61

G. Keterbatasan Penelitian ...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...64

B. Saran ...65

DAFTAR PUSTAKA ...67


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Populasi Siswa Kelas V SD Segugus I Kecamatan Wates ... 35

Tabel 2. Perhitungan Pengambilan Sampel ... 37

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi ... 40

Tabel 4. Penskoran Skala Kecerdasan Emosi ... 41

Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 44

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi ... 51

Tabel 7. Rumus Klasifikasi Kecerdasan Emosi ... 52

Tabel 8. Klasifikasi Kecerdasan Emosi ... 52

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Matematika ... 54

Tabel 10. Rumus Klasifikasi Prestasi Belajar Matematika ... 56

Tabel 11. Klasifikasi Prestasi Belajar Matematika ... 56

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas ... 57

Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Linearitas ... 58


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 29

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi ... 51

Gambar 3. Grafik Klasifikasi Kecerdasan Emosi ... 53

Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika ... 55


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Skala Uji Validitas dan Reliabilitas ...72

Lampiran 2. Sampel Skala Uji Validitas dan Reliabilitas ...76

Lampiran 3. Data Uji Validitas dan Reliabilitas ...80

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ...83

Lampiran 5. Skala Pengambilan Data ...86

Lampiran 6. Sampel Skala Hasil Pengambilan Data ...89

Lampiran 7. Data Mentah Pengambilan Data ...92

Lampiran 8. Dokumentasi Data Prestasi Belajar Matematika ...98

Lampiran 9.Hasil Olah Data ...101

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian...109


(16)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional khususnya dalam di bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, serta memungkinkan kepada para warganya untuk bisa mengembangkan dirinya dari berbagai aspek, baik jasmaniah maupun rohaniah. Dalam rumusan Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Sekolah memiliki guru yang bertugas untuk mengajar dan mendidik siswanya supaya menjadi pribadi yang memiliki bekal untuk menjawab tantangan hidup dan masa depan yang lebih baik. Sekolah Dasar memberikan bekal ilmu pengetahuan dan mengembangkan potensi pada diri peserta didik. Pendidikan di sekolah dasar pada dasarnya dilaksanakan untuk memberikan ilmu pengetahuan dasar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran yang disajikan. Pengetahuan dasar tersebut dijadikan sebagai bekal peserta didik pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keberhasilan pendidikan di


(17)

sekolah dasar ditentukan oleh komponen pendidikan yang saling bekerja sama satu sama lain. Hal ini seperti dikemukakan oleh Dwi Siswoyo (2008: 44) yang menyatakan bahwa terdapat 3 (tiga) komponen sentral dalam upaya pendidikan di sekolah dasar, yaitu: peserta didik, pendidik dan tujuan pendidikan.

Peserta didik dikatakan berhasil dalam belajar jika memiliki prestasi belajar yang baik dan sesuai dengan target yang diharapkan. Prestasi belajar yang diperoleh peserta didik menunjukkan tingkat kompetensi yang dikuasi selama proses belajar. Pencapaian prestasi belajar peserta didik tidak hanya didukung oleh kompetensi peserta didik saja, melainkan oleh guru. Setiap guru dan peserta didik menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar. Namun kenyataannya tidak semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor.

Prestasi belajar menggambarkan kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Prestasi belajar memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran.

Dalam suatu proses pendidikan, seorang siswa dikatakan berhasil apabila dapat menyelesaikan program pendidikan tepat waktu dengan prestasi


(18)

belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik merupakan hal yang paling didambakan oleh setiap siswa yang sedang belajar, prestasi belajar dapat dijadikan indikator keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajar (Sardiman, 2003 : 49). Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang tinggi diperlukan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Namun, IQ bukanlah satu–satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi di antaranya adalah faktor lingkungan, faktor biologis, dan faktor psikologis yang terdiri dari bakat, minat, dan kecerdasan emosi. Selain itu, Goleman (2002: 42) menyatakan bahwa IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dalam menentukan prestasi individu, 80% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain termasuk kecerdasan emosi. Dalam proses pembelajaran, kecerdasan emosi diperlukan oleh siswa untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, karena intelektualitas saja tidak dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya tanpa adanya penghayatan emosi pada setiap mata pelajaran. Goleman (2002: 45) menyatakan bahwa kecerdasan emosi menentukan seberapa baik siswa mampu menggunakan kecerdasan-kecerdasan lain yang dimilikinya, termasuk IQ. Hasil penelitian-penelitian psikologi kontemporer menunjukkan bahwa selain ditentukan oleh IQ, ternyata belajar dan prestasi juga ditentukan oleh emotional intelligence atau kecerdasan emosi (Mustaqim, 2012: 152). Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Agus Efendi (2005: 183) yang juga menyatakan bahwa kecerdasan emosi diperlukan oleh siswa untuk berprestasi.


(19)

Pencapaian prestasi belajar tergantung pada kecerdasan emosi yang dimiliki peserta didik. Kecerdasan emosi dapat diasumsikan mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang khususnya pada waktu mereka masih dalam proses pendidikan formal yang ditujukan dengan keberhasilan meraih prestasi belajar, dengan mendasarkan pada asumsi tersebut dapat diduga bahwa kecerdasan emosi mempunyai hubungan dan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Namun apabila dalam proses pembelajarannya konsentrasinya terganggu karena faktor lingkungan hal ini menjadikan siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar.

Kecerdasan emosi menurut Ary Ginanjar Agustian (2008: 9) adalah kemampuan untuk merasa. Hal ini dapat ditegaskan bahwa peserta didik memiliki kemampuan untuk merasa dan menentukan strategi apa yang akan dilakukan untuk mengatasi emosi yang ada dalam dirinya. Kecerdasan emosi setiap peserta didik memiliki tingkatan yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari respon peserta didik dalam menyikapi setiap masalah belajar yang dihadapi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dicapai. Hal ini sejalan dengan pernyataan Goleman (2002:14) bahwa kecerdasan emosi yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar.

Berdasarkan gambaran permasalahan tentang kecerdasan emosi, maka diperlukan upaya keluarga dan sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosi setiap peserta didik. Kecerdasan emosi siswa harus dikembangkan oleh semua pihak yang bersangkutan tidak terkecuali pendidik dan para orang tua,


(20)

sehingga dari sinilah kepribadian siswa dapat terbentuk menjadi lebih baik dan terus dibina secara intensif sehingga siswa dapat memiliki sikap dan sifat yang baik. Peran dari lingkungan yang berada di sekitar mereka juga sangat berperan mendukung, sehingga perkembangan kecerdasan intelektual maupun emosi dan pembentuan sifat (kepribadian) dapat tumbuh secara optimal.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru pada bulan agustus 2015 di kelas V SD Negeri Punukan, Gadingan, dan Beji, diindikasikan bahwa siswa masih kurang dapat mengontrol serta mengelola emosinya. Hal tersebut tercemin dalam sikap siswa selama mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Ketika guru sedang menjelaskan materi matematika, sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru bahkan ada siswa yang bercanda dengan temannya sampai tertawa terbahak-bahak. Jika siswa dipandu dan ditegur oleh guru siswa tersebut mau mendengarkan namun jika lepas pengawasan guru, siswa tersebut langsung mencari kegaduhan. Banyak siswa ribut tidak hanya saat guru memberikan penjelasan, terlebih saat guru memberikan tugas, mereka cenderung kurang konsentrasi dan sering berpindah-pindah tempat duduk.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa masih kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal yang diberikan jika tidak dibimbing oleh guru. Sebagian siswa cenderung mengerjakan soal dengan asal-asalan jika malas bertanya dengan guru atau teman. Siswa juga tidak berusaha untuk memecahkan soal melalui buku pelajaran yang sudah ada. Hal ini jelas mengindikasikan bahwa siswa masih kurang bisa memotivasi diri sendiri untuk memahami serta menyelesaikan soal matematika.


(21)

Hasil wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa beberapa siswa cenderung malas belajar dan mengerjakan soal matematika. Padahal sebenarnya siswa tersebut tergolong siswa yang mempunyai daya tangkap yang bagus. Jika guru membimbing mengerjakan soal, siswa tersebut mampu mengikuti dengan baik. Namun, karena siswa tersebut malas maka dia enggan untuk mengerjakan sendiri. Serta, guru sering melihat bahwa banyak siswa yang mudah putus asa ketika tidak bisa mengerjakan soal. Mereka cenderung kurang bersemangat. Selain itu, dari hasil wawancara dengan guru juga diperoleh informasi bahwa sumber belajar yang dipakai guru kurang bervariasi. Hal ini terjadi karena guru jarang memanfaatkan sumber belajar yang lain, dan lebih banyak menggunakan buku paket dan LKS saja. Banyaknya materi yang harus di ajarkan dan keterbatasan waktu membuat guru jarang memanfaatkan sumber belajar yang lain.

Berdasarkan dokumentasi nilai raport semester tahun ajaran 2015/2016 yang diperoleh langsung dari guru kelas V SD Negeri Punukan, Gadingan dan Beji menunjukkan bahwa nilai rata-rata mata pelajaran Matematika sebesar 64,78 yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 72. Rendahnya prestasi belajar matematika di kelas V SD Negeri Punukan, Gadingan dan Beji diduga karena siswa cenderung mudah putus asa, kurang dapat berkonsentrasi dan malas ketika mengerjakan soal matematika sehingga kurang ada keinginan untuk berusaha memahami pelajaran. Untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi pada mata pelajaran matematika tidak hanya diperlukan IQ yang tinggi saja, namun siswa juga harus memiliki kecerdasan


(22)

emosi yang baik. Jika IQ lebih mengarah kepada kecerdasan kognitif, maka kecerdasan emosi lebih mengarah kepada sikap, motivasi, ketekunan, kegigihan dan pengelolaan emosi diri untuk dapat menghayati setiap materi pelajaran (Goleman, 2002: xiii).

Dalam penelitian oleh Gulinda Binasih (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar matematika pada materi pecahan siswa kelas IV SD Negeri Donan 5 Kecamatan Cilacap Tengah. Penelitian lain oleh Rian Ika Maryani (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan semangat belajar siswa. Penelitian oleh Annisa Rofingatul Jannah (2012) juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosi terhadap kemandirian belajar siswa. Dengan adanya penelitian yang sudah dilakukan, menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memang memiliki andil yang besar terhadap perilaku seseorang yang nantinya akan berdampak terhadap kesuksesan orang tersebut.

Selama observasi berlangsung peneliti menemukan berbagai macam masalah dalam mata pelajaran matematika, namun peneliti belum dapat menemukan penyebab utama dari masalah-masalah tersebut. Jika ditinjau dari penelitian yang sudah dilakukan di atas, maka dapat diindikasikan bahwa kecerdasan emosi siswa berhubungan erat dengan prestasi belajar yang kurang maksimal. Oleh karena pada siswa kelas V SD Segugus I Kecamatan Wates belum diketahui hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika dan belum terdapat penelitian mengenai hubungan kecerdasan


(23)

emosi dengan prestasi belajar matematika siswa, maka berdasarkan uraian yang telah dipaparkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosi Anak Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Siswa kurang bisa mengelola dan mengontrol emosinya.

2. Siswa cenderung malas dan mudah putus asa dalam memahami pelajaran smatematika.

3. Siswa kurang bisa memotivasi diri sendiri.

4. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

5. Belum diketahui adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika.

C.Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi pada belum diketahuinya hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika.


(24)

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : “Adakah hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD segugus I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016?”

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016.”

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian dalam penulisan karya ilmiah diharapkan ada manfaat dari penelitian tersebut. Berdasarkan rumusan masalah yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi guru

Memberikan kontribusi yang positif sebagai masukan (input) meningkatkan pengetahuan, pemahaman tentang kecerdasan emosi anak, dan sebagai


(25)

bahan pertimbangan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Bagi siswa

Diharapkan dapat memperkuat semangat dan sebagai bahan referensi bagi siswa tentang pentingnya mengendalikan kecerdasan emosi. Anak yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi adalah merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Namun juga perlu mengembangkan kecerdasan emosi yang tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Kecerdasan Emosi

1. Pengertian Kecerdasan Emosi

“Istilah kecerdasan emosi (Emotional Quotient) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosi yang tampaknya penting bagi keberhasilan” (Lusi Nuryanti, 2008: 43). Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosi atau yang sering disebut EQ sebagai: “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998 : 8).

“Kecerdasan emosi atau emotional intelligence adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri dan dalam hubungan dengan orang lain” (Hamzah B. Uno, 2010:72). Kecerdasan emosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosi. “Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi


(27)

secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan” (Shapiro, 1998: 10).

Kecerdasan emosi (EQ) adalah sejumlah kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pembinaan hubungan sosial dengan lingkungan yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain. Untuk lebih menjelaskan tentang pentingnya kecerdasan emosi, Claude Steiner dan Paul Perry (dalam Agus Efendi, 2005 : 65) juga menegaskan dalam bukunya, Achieving Emotional Literacy (1997), bahwa “semata – mata IQ yang tinggi tidak akan membuat seseorang menjadi cerdas. Tanpa kecerdasan emosi, kemampuan untuk memahami dan mengelola perasaan– perasaan kita dan perasaan–perasaan orang lain, kesempatan kita untuk hidup bahagia menjadi sangat tipis”.

Goleman, seorang peneliti dan juga penulis buku best seller tentang kecerdasan emosi juga mengatakan bahwa setinggi–tingginya, IQ hanya menyumbang kira–kira 20 persen bagi faktor–faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan– kekuatan lain. Kekuatan–kekuatan lain dimaksud salah satunya adalah kecerdasan emosi. Selain itu, Cooper dan Ayman (dalam Agus Efendi, 2005: 65) juga menulis “Voltaire menunjukkan bahwa bagi bangsa romawi, sensus

communis dan sensibility (kemampuan), mencakup seluruh penggunaan


(28)

(brain power). Tetapi, untuk berpikir dengan baik dan agar kesuksesan itu bertahan lama, kita harus belajar untuk menyaingi setiap aspek kecerdasan kita, bukan hanya dari kepala saja. Di samping itu, bukti–bukti mutakhir neurologis menunjukkan bahwa emosi merupakan bahan bakar yang sangat diperlukan bagi kekuatan penalaran otak...” Dari pendapat–pendapat tadi maka semakin menguatkan pemikiran kita bahwa IQ bukanlah satu–satunya faktor penentu keberhasilan seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa kecerdasan emosi merupakan gambaran kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang berkaitan dengan dengan pembinaan hubungan sosial dengan lingkungan. Kemampuan emosi memberikan dasar kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain.

2. Aspek Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Orang-orang yang cerdas secara emosi itu memakai perasaan mereka untuk meningkatkan pemikiran dan pengambilan keputusan. Goleman (2002: 58) menyatakan bahwa: “emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengembangkan kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan mengembangkan motivasi diri sendiri, kemampuan mengembangkan pengaturan diri, kemampuan


(29)

mengembangkan empati, dan kemampuan mengembangkan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain”.

Reuven Bar-On (dalam Steven J. Stein dan Howard E. Book, 2002:18) “mengembangkan sebuah perangkat yang kemudian dikenal sebagai BarOn EQ-I, singkatan dari Emotional Quotinet Inventory. Dia berpendapat bahwa kecerdasan emosi terdiri atas sekumpulan kecakapan dan sikap yang jelas perbedaannya, namun saling tumpang-tindih”. Reuven Bar-On (dalam Steven J. Stein dan Howard E. Book, 2002:39) menjabarkan “kecerdasan emosi menjadi lima kemampuan pokok, yaitu kemampuan intrapersonal, kemampuan interpersonal, penyesuaian diri, penanganan stress, dan suasana hati” dengan penjelasan sebagai berikut.

a. Kemampuan intrapersonal

Kemampuan interpersonal yang behrubungan dengan kecerdaan emosi meliputi kesadaran diri, asertivitas, harga diri, aktualisasi diri, dan kemandirian dengan penjelasan sebagai berikut.

1) Kesadaran diri emosi, yaitu kemampuan untuk mengakui atau mengenal perasaan diri, memahami hal yang sedang dirasakan dan mengetahui penyebabnya

2) Asertivitas, meliputi tiga komponen dasar, yaitu sebagai berikut. a) kemampuan untuk mengungkapkan perasaan

b) kemampuan mengungkapkan keyakinan dan gagasan secara terbuka


(30)

c) kemampuan mempertahankan kebenaran dengan cara yang tidak destruktif

3) Harga diri, yaitu kemampuan menghargai dan menerima diri sendiri sebagai sesuatu yang baik, atau kemampuan mensyukuri berbagai aspek positif dan kemampuan yang ada dan juga menerima aspek negatif dan keterbatasan yang ada pada diri dan tetap menyukai diri sendiri.

4) Aktualisasi diri, yaitu kemampuan menyadari kapasitas potensial yang dimiliki.

5) Kemandirian, yaitu kemampuan mengatur atau mengarahkan diri dan mengendalikan diri dalam berfikir dan bertindak serta tidak tergantung pada orang lain secara emosi

b. Kemampuan interpersonal

Kemampuan interpersonal yang behrubungan dengan kecerdaan emosi meliputi empati, hubungan interpersonal, dan tanggungjawab sosial. Empati adalah kemampuan menyadari, memahami, menghargai perasaan orang lain dan juga kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan pikiran orang lain. Hubungan interpersonal adalah kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan yang saling memuaskan yang dicirikan dengan keakraban serta memberi dan menerima kasih sayang. Tanggungjawab sosial adalah kemampuan menunjukkan diri sendiri dengan bekerjasama, serta berpartisipasi dalam kelompok sosialnya.


(31)

c. Penyesuaian diri

Penyesuaian diri meliputi pemecahan masalah, uji realitas, dan fleksibilitas. Pemecahan masalah adalah kemampun mengenali masalah serta menghasilkan dan melaksanakan solusi yang secara potensial efektif. Uji realitas adalah kemampuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami atau dirasakan dan kenyataan yang ada secara objektif dan sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang diinginkan atau diharapkan. Fleksibilitas adalah kemampuan mengatur emosi, pikiran dan tingkah laku untuk mengubah situasi dan kondisi sikap fleksibilitas ini juga mencakup seluruh kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tidak terduga dinamis.

d. Penanganan stress

Penanganan tress meliputi ketahanan menanggung stress dan pengendalian impuls. Ketahanan menanggung stress, yaitu kemampuan menahan peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi stres dan dengan aktif serta sungguh-sungguh mengatasi stress tersebut. Pengendalian impuls, yaitu kemampuan menahan dan menunda gerak hati, dorongan dan godaan untuk bertindak.

e. Suasana hati

Suasana hati meliputi kebahagiaan dan optimism. Kebahagiaan adalah kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan, menikmati kebersamaan dengan orang lain dan bersenang-senang. Optimisme


(32)

adalah kemampuan untuk melihat sisi terang dalam hidup dan membangun sikap positif sekalipun dihadapkan dengan kesulitan.

Dari kajian-kajian di depan, maka dapat disebutkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memakai, memahami, dan mengelolaemosi untuk pengendalian diri dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Kecerdasan emosi dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kemampuan, yaitu kemampuan intrapersonal, kemampuan interpersonal, penyesuaian diri, penanganan stress, dan suasana hati. Kemampuan tersebut menentukan paradigma dan sikap yang akan dilakukan oleh siswa dalam belajar.

3. Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi

Setiap orang tua dan pendidik pasti mendambakan anak-anaknya yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dan berperilaku baik, sehingga kelak menjadi anak-anak yang unggul dan tangguh menghadapi berbagai tantangan dimasa depan (Bambang, 2008: 4). Perlu disadari bahwa untuk mewujudkan dambaan tersebut serta untuk mengembalikan citra remaja yang semakin terpuruk, maka salah satu cara adalah dengan meningkatkan kecerdasan emosi siswa. Di mana kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan untuk mengelola emosi yang terddapat dalam individu.

Menurut pendapat yang disampaikan oleh Gottman dan Claire (2003: 73), menyebutkan bahwa ada 5 (lima) langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk melatih dan meningkatkan kecerdasan emosi anak, yaitu :


(33)

a. Menyadari emosi anak tersebut;

b. Mengenali emosi sebagai peluang untuk menjadi akrab dan untuk mengajar;

c. Mendengarkan dengan penuh empati dan menegaskan perasaan-perasaan si anak;

d. Menolong si anak untuk member label emosi-emosi dengan kata-kata; dan

e. Menentukan batas-batas sambil menolong si anak memecahkan masalah. Sehubungan dengan cara meningkatkan kecerdasan emosi, Sri Widayati dan Utami Wijiati (2008: 20), mengemukakan bahwa terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak, yaitu:

a. Mengajarkan cara berpikir realistis dan optimis; b. Membuat “kartu emosi”;

c. Mendengarkan curahan hati anak; d. Membaca dongeng atau buku bersama; e. Bermain peran atau drama;

f. Libatkan anak dengan kegiatan olahraga atau organiasi g. Puji dan motifasi anak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulak bahwa kecerdasan emosi siswa harus dikembangkan oleh semua pihak yang bersangkutan tak terkecuali pendidik dan para orang tua, sehingga dari sinilah kepribadian siswa dapat terbentuk menjadi lebih baik dan terus dibina secara intensif sehingga siswa dapat memiliki akhlak yang al-karimah. Peran dari


(34)

lingkungan yang berada di sekitar mereka juga sangat berperan mendukung, sehingga perkembangan kecerdasan intelektual maupun emosi dan pembentuan akhlak (kepribadian) dapat tumbuh secara optimal.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Menurut Casmini (2007:23), terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal dengan penjelaan sebagai berikut.

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu. Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan otak emosi seseorang. Otak emosi manusia sendiri dipengaruhi oleh kadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal, dan hal-hal lain yang ada pada otak emosi.

Emosi mencakup keseluruhan sistem syaraf manusia, namun menusur C. Gegorge Boeree (2008:49), ada dua bagian yang terkait erat dengan emosi, yaitu sistem limbik dan sistem syaraf otonom. Sistem limbik berperan dalam kehidupan emosi manusia dan sangat berkaitan dengan pembentukan memori. Seseorang akan menyimpan sesuatu yang telah dialaminya ataupun dilakukannya di dalam otak. Kegiatan tersebut akan terekam dalam memori menjadi sebuah kenangan.

Bagian syaraf yang berpedan dalam pembentukan memori tersebut adalag sistem limbik. Sistem limbik terdiri dari hipotalamus, gippocampus, amygdale, dan beberapa area-area terkait (C. Gegorge Boeree, 2008:43). Beberapa bagian sistem syaraf tersebut


(35)

mempengaruhi emosi seseorang dari dalam atau sering kita sebut sebagai faktor internal yang mempengaruhi emosi seseorang.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakn faktor yang berasal dari luar individu dan mempengaruhi individu untuk mengubah sikapnya terhadap sesuatu. Pengaruh tersbut dapat secara peroangan, kelompok, ataupun melalui media massa baik cetak maupun elektronk.

Faktor eksternal dapat mempengaruhi keadaan emosi seseorang. Pengaruh tersebut dapat berupa individu yang memimpin dan mempengaruhi emosi seseorang ataupun secara kolektif. Orang yang sudah dekat dengan seseorang dapat saling mempengaruhi. Apabila seseorang memiliki kedekatan emosi dengan orang lain, maka denga mudah emosinya dapat dipengaruhi oleh orang tersebut. Begitu pula dengn kedekatan seseorang dengan sebuah kelompok. Seorang guru yang sudah profesional dan memahami siswanya secara emosi akan lebih mudah mempengaruhi kelas untuk melakukan kegiatan positif. Guru yang membangun kedekatan emosi dengan siswanya akan mudah mempengaruhi siswa agar lebih giat belajar.

B.Prestasi Belajar Matematika

1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Menurut Catharina (2006:84), prestasi belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pendidikan setelah mengalami aktivitas belajar.


(36)

Sedangkan menurut Sumadi (2002:297), prestasi belajar sebagai nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan atau prestasi belajar siswa selama waktu tertentu. Bukti dari keberhasilan seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam waktu tertentu.

Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkaitan dengan aspek pengetahuan (kognitif), sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa (Zainal Arifin, 2013: 12).

Nana Sudjana (2004: 112) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai terhadap bahan pelajaran melalui penilaian formatif dan sumatif. Penilaian formatif yaitu penilaian jangka pendek berupa ulangan harian. Sedangkan penilaian sumatif merupakan penilaian jangka panjang berupa penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester. Tidak berbeda jauh dengan pendapat tersebut, Sutratinah (2001: 43) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Laporan prestasi belajar siswa dalam kurun waktu satu semester dapat tercermin dalam sebuah buku rapor (W.S. Winkel, 2014: 195).


(37)

Dari pengertian mengenai prestasi belajar dalam hubungannya dengan matematika, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil belajar matematika yang diperoleh siswa selama proses belajar mengajar pada periode tertentu yang dapat diukur melalui penilaian sumatif dan penilaian formatif yang tercermin dalam buku rapor siswa pada mata pelajaran matematika.

Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai rapor yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam rentang satu semester pada tahun ajaran 2015/2016.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) siswa. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 138) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi:

a. Faktor Internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Faktor ini meliputi penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:


(38)

a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial (kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah dimiliki).

b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor Eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya, meliputi: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik, antara lain: fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Conny R. Semiawan (2008: 11-13) mengemukakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu:

a. Pemenuhan kebutuhan psikologis

Dalam perkembangan anak perlu dipenuhi berbagai kebutuhan, termasuk kebutuhan psikologisnya. Sekolah dan orang tua bertugas membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Pendidikan secara potensial berakar dari berbagai interaksi, khususnya antara orang tua dan siswa. Setiap interaksi tersebut dapat menjadi


(39)

situasi pendidikan di mana mendidik dilandasi oleh nilai moral tertentu dan mengacu pada perwujudan potensi bakat tertentu, yaitu suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan psikologis.

b. Inteligensi, emosi, dan motivasi

Prestasi belajar selain ditentukan oleh kemampuan kognitif juga di pengaruhi oleh faktor non kognitif yaitu antara lain emosi dan motivasi. Meskipun sudah menjadi pengetahuan umum bahwa siswa yang memiliki IQ tinggi akan lebih mudah memahami materi yang di ajarkan sehingga biasanya prestasi belajarnya tinggi. Namun, kecerdasan emosi juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Keseimbangan antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi diperlukan untuk berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang dihadapi, mengatasi stres, atau kecemasan dalam persoalan tertentu. Prestasi belajar juga tidak terlepas dari motivasi internal siswa yang bersumber dari keyakinan diri dalam usaha untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi.

c. Pengembangan kreativitas

Cerebrum otak besar dibagi dalam dua belahan otak, yaitu otak kanan dan otak kiri yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk merespon hal yang sifatnya linier, logis, dan teratur. Belahan otak kanan untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Sekolah-sekolah pada umumnya kurang memperhatikan fungsi belahan otak kanan, padahal


(40)

pembelajaran yang mengendalikan fungsi kedua belahan otak secara harmonis akan membantu siswa berprakarsa mengatasi dirinya, dan mampu meningkatkan prestasi belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kebutuhan psikologis, emosi, motivasi, dan pengembangan kreativitas siswa.

C.Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Matematika

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalani dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan prilaku yang di inginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa mampu belajar berbagai macam hal. Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quontient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bakal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada giliranya akan mengasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet (dalam Winkel, 1997:529) “hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, mengadakan penyesuain dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan secara kritis dan objektif”.


(41)

Goleman (2000:44) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesusksesan, sedangkan yang lainya adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan mengembangkan diri, kemampuan mengembangkan motivasi, kemampuan mengembangkan pengaturan diri, kemampuan mengembangkan empati, dan kemampuan mengembangkan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan dari emosi terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi.

Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan retional intelligince yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa. Goleman (2002:170) menyebutkan : hasil beberapa penelitian di University of Vermon mengenai analisis struktur neuologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux pada tahun 1970 menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. “EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesusksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja. Kemunculan kecerdasan emosi dalam


(42)

pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Golemen, sesuai dengan judul bukunya memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. “Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan dengan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosi tidak kalah penting dengan IQ” (Goleman, 2002:14).

Berdasarkan uraian di atas, kecerdasan emosi memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Perserta didik yang memiliki kemampuan mengembangkan diri, kemampuan mengembangkan motivasi, kemampuan mengembangkan pengaturan diri, kemampuan mengembangkan empati, dan kemampuan mengembangkan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain, maka dapat diindikasikan prestasi belajarnya meningkat.

D.Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Gulinda Binasih (2012) yang berjudul “Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pecahan Siswa Kelas IV SD Negeri Donan 5 Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap” menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar matematika pada materi pecahan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis korelasi product moment diperoleh r hitung 0,660. Hasil perhitungan tersebut lebih besar dari nilai r tabel 0,279 (rhitung 0,660 > r tabel 0,279), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan


(43)

signifikan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar matematika pada materi pecahan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rian Ika Maryani (2011) yang berjudul “Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Semangat Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Galur Tahun Ajaran 2010/2011” menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan semangat belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis korelasi product moment diperoleh r hitung 0,766. Hasil perhitungan tersebut lebih besar dari nilai r tabel 0,213 (r hitung 0,766 > r tabel 0,213), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosi dengan semangat belajar

3. Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Rofingatul Jannah (2012) yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Kelas V SD Se-Gugus Yos Sudarso Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosi terhadap kemandirian belajar. Hal ini ditunjukkan dengan Fhitung >

Ftabel , yaitu 52,154 > 3, 912. Besarnya koefisien determinan adalah 0,28.

Hal ini berarti kecerdasan emosi memberikan kontribusi terhadap kemandirian belajar sebesar 28%.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya adalah jenis penelitian. Penelitian Gulinda Binasih (2012) dan Rian Ika Maryani merupakan penelitian populasi, sedangkan penelitian ini adalah penelitian sampel. Penelitian Annisa Rofingatul


(44)

Jannah (2012) merupakan penelitian korelasi kausal (sebab-akibat), sedangkan penelitian ini merupakan penelitian korelasi simetris.

Perbedaan selanjutnya adalah teknik pengambilan data. Penelitian Annisa Rofingatul Jannah (2012) menggunakan teknik proportional random sampling, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling.

Perbedaan lainnya yaitu variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika, sedangkan variabel terikat dalam penelitian yang telah dilakukan ketiga peneliti sebelumnya adalah hasil belajar matematika pada pecahan, semangat belajar, dan kemandirian belajar. Selain itu subjek, tempat, dan waktu dalam penelitian ini juga berbeda dengan ketiga penelitian sebelumnya.

E.Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, kerangka berpikir penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Prestasi adalah pencapaian hasil belajar dalam kurun waktu tertentu untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan seseorang. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan

Kecerdasan Emosi

Prestasi Belajar Matematika


(45)

belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya. Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang tinggi diperlukan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Namun, menurut hasil penelitian terbaru di bidang psikologi membuktikan bahwa IQ bukanlah satu–satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor lingkungan, faktor biologis, dan faktor psikologis yang terdiri dari bakat, minat, dan kecerdasan emosi (EQ).

Kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mencapai suatu tujuan untuk mengindera, memahami dan secara efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kemampuan seseorang dalam menggunakan atau mengelola emosi baik pada diri sendiri maupun ketika berhadapan dengan orang lain, dan menggunakannya secara efektif untuk memotivasi diri dan bertahan pada tekanan, serta mengendalikan diri untuk mencapai hubungan yang produktif. Sebagai pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta mampu untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati)


(46)

dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik serta untuk memimpin.

Peserta didik yang mempunyai kecerdasan emosi yang baik, dapat menjadi lebih terampil menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap memahami orang lain dan untuk kerja akademis dapat memiliki kerja akademis yang baik di sekolah (Gottman, 2003: xvii). Kecerdasan emosi juga turut memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam mengelola pikiran dan perasaan untuk dapat memotivasi diri dan membuang pikiran-pikiran negatif penyebab stres saat pelajaran matematika.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, dimana semakin tinggi kecerdasan emosi maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa (Gulinda Binasih, 2012; Mustaqim, 2012; Goleman, 2002). Begitu juga dengan penelitian Riheni Pamungkas (2013) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh positif kecerdasan emosional (EQ) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah merupakan dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah, yang akan diterima kalau fakta-fakta membenarkannya dan akan ditolak kalau salah atau palsu. Menurut Kartini Kartono (Sutrisno Hadi, 2001: 63), hipotesis merupakan jawaban dari suatu penelitian, yang harus diuji kebenarannya dengan jalan reset. Menurut pendapat Riduwan, (2014:


(47)

163), hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD segugus I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016”.

G.Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas, yaitu kecerdasan emosi dan variabel terikat, yaitu prestasi belajar matematika.

1. Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kemampuan, yaitu kemampuan intrapersonal, kemampuan interpersonal, penyesuaian diri, penanganan stress, dan suasana hati. Kemampuan tersebut menentukan sikap dan perilaku yang akan dilakukan oleh siswa dalam belajar.

Untuk mengukur kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa, dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket yang berisi skala sikap sebanyak 45 butir dengan rentang nilai 1-4.

2. Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar matematika adalah hasil belajar matematika yang diperoleh siswa selama proses belajar mengajar pada periode tertentu yang dapat diukur melalui penilaian sumatif dan penilaian formatif yang tercermin dalam buku rapor siswa pada mata pelajaran matematika.


(48)

Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai rapor yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam rentang satu semester pada tahun ajaran 2015/2016.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi yaitu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih (Sukardi, 2008: 160). Penelitian ini bersifat ex-post facto. Kerlinger (Sukardi, 2008: 163) menjelaskan bahwa “penelitian ex-post facto merupakan penelitian di mana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian”. Jenis penelitian ini digunakan untuk hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi atau tempat penelitian ini adalah SD Segugus I Kecamatan Wates, Kabupaten Kolon Progo.

2. Waktu Penelitian


(50)

C.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 80). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Segugus I Kecamatan Wates, Kabupaten Kolon Progo yang terdiri dari 7 (tujuh) SD sebanyak 214 siswa. Populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Data Populasi Siswa Kelas V Gugus I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon Progo

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V

1. SD Percobaan 26

2. SD N 2 Wates 39

3. SD BOPKRI 7

4. SD Gadingan 37

5. SD Punukan 25

6. SD Beji 32

7. SD IT Ibnu Mas’ud 48

Jumlah 214 siswa

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Alasan penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel, karena jumlah populasi yang besar, dapat menghemat waktu dan biaya.


(51)

a. Ukuran Sampel

Penarikan sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin, yaitu:

Keterangan : n = sampel N = populasi e = error sampling

Dalam penelitian ini, error sampling ditentukan sebesar 5% sehingga diperoleh:

Jadi, sampel dalam penelitian ini sejumlah 139 siswa. b. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak dari seluruh SD, sehingga seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk diambil sebagai anggota sampel. Dalam menentukkan sampel tiap SD peneliti menggunakan perhitungan sebagai berikut.


(52)

Tabel 2. Perhitungan Pengambilan Sampel

No Nama Sekolah Jumlah Populasi

Jumlah Sampel

1. SD Percobaan

17

2. SD N 2 Wates

25 3. SD BOPKRI

5

4. SD Gadingan

24

5. SD Punukan

16

6. SD Beji

21 7. SD IT Ibnu Mas’ud

31

Jumlah 139

D.Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan agar memperoleh data yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, diperoleh metode yang mampu mengungkap data yang sesuai dengan pokok permasalahannya. Berdasarkan jumlah variabel yang diteliti dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui angket dan dokumentasi.

Sehubungan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui angket. Menurut Sugiyono, 2010 : 142)


(53)

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2010: 27-28), mengemukakan, angket atau kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini kita dapat mengetahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapat dari responden.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan angket untuk mengungkap keadaan diri para siswa secara implisit. Setelah siswa mengisi angket maka peneliti dapat melihat tingkat kecerdasan emosi. Suharsimi Arikunto (2010: 195), menyebutkan angket sebagai instrumen penelitian memiliki beberapa keunggulan antara lain :

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti;

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden;

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden;

d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab;

e. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Jenis angket yang digunakan untuk memperoleh data kecerdasan emosi pada penelitian ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a. Ditinjau dari cara menjawabnya, merupakan angket tertutup karena siswa tinggal memlih jawaban yang disediakan;


(54)

b. Ditinjau dari jawaban yang diberikan, merupakan angket langsung di mana responden tinggal menjawab tentang dirinya; dan

c. Ditinjau dari bentuknya merupakan check list, di mana responden tinggal membubuhkan tanda (√) pada kolom yang sesuai.

Dalam penelitian ini model angket yang digunakan adalah model “Skala Likert” dengan modifikasi 4 pilihan yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Menurut Sutrisno Hadi (2001), modifikasi terhadap skala likert dalam penelitian ini berdasarkan tiga alasan sebagai berikut:

a. Ketegori Belum Memuaskan mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban, netral bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang mempunyai arti ganda ini tidak diharapkan dalam suatu instrumen.

b. Tersedianya jawaban yang di tengah mendorong responden untuk memilih yang ditengah terutama bagi responden yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawaban ke arah sesuai dan tidak sesuai

c. Kategori pilihan sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai terutama digunakan untuk melihat kecenderungan pendapat responden, kearah setuju atau kearah tidak sesuai.

Sedangkan dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dokumen, notulen rapat, peraturan-peraturan dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2002: 135). Pengumpulan data dengan


(55)

dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar matematika siswa dalam kurun waktu satu semester yang tercantum dalam buku rapor semester I tahun ajaran 2015/2016.

2. Kisi-kisi variabel

Dalam penyusunan skala kecerdasan emosi disusun terlebih dahulu kisi-kisi instrumen berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Bar-On yang menjabarkan kecerdasan emosi menjadi lima kemampuan pokok sebagai berikut.

Tabel 3 : Instrumen Variabel Kecerdasan Emosi

No Indikator Sub Indikator No. Item Jumlah 1. Kemampuan

intrapersonal

Kesadaran diri emosi

1,2,3,4 4

Asertivitas 5,6,7,8,9 5 Harga diri 10,11,12,13 4 Aktualisasi diri 14,15,16,17 4 Kemandirian 18,19,20,21 4 2. Kemampuan

interpersonal

Empati 22,23,24 3

Hubungan interpersonal

25,26,27 3 Tanggungjawab

social

28,29,30 3 3. Penyesuaian

diri

Pemecahan masalah 31,32,33 3

Uji realitas 34,35,36 3

Fleksibilitas 37,38,39 3 4. Penanganan

stress

Ketahanan

menanggung stress

40,41,42 3 Pengendalian inplus 43,44,45 3 5. Suasana hati Kebahagiaan 46,47,48 3

Optimisme 49,50,51 3


(56)

3. Penyusunan dan penyuntingan item

Setelah kisi-kisi terbentuk, maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah menyusun item pertanyaan dengan mengunakan bahasa yang sederhana, yaitu bahwa yang mudah dimengerti sesuai dengan karakteristik siswa usia kelas V SD, sehingga angket yang dibuat tidak membingungkan siswa. Dengan demikian siswa akan lebih mudah untuk memahami pertanyaan-pertanyaan yang ada di lembar angket.

4. Penyekoran instrumen

Dalam pemberian skor dalam angket ini, seluruh pertanyaan bersifat positif dengan ketentuan penskoran sebagai berikut.

Tabel 4. Penskoran Butir Skala Kecerdasan Emosi Alternatif

Jawaban

Sangat

Sesuai Sesuai Tidak Sesuai

SangatTidak Sesuai

Pernyataan Positif 4 3 2 1

E.Uji Coba Instrumen

Instrumen sebelum digunakan sebagai pengumpulan data penelitian, terlebih dahulu harus diuji cobakan. Suharsimi Arikunto (2002: 143) mengemukakan bahwa, tujuan diadakan uji coba instrumen adalah untuk menguji keandalan instrumen dan untuk menguji ketepatan dari segi teknik. Uji coba instrumen penelitian dilakukan pada 32 siswa kelas V SD N 5 Wates. Hasil angket kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan keterangan sebagai berikut.


(57)

1. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang dikumpul tidak menyimpang dari gambar tentang validitas yang dimaksud. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:144), “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebelum melakukan uji coba instrumen, terlebih dahulu dilakukan validitas isi. Validasi isi dilakukan oleh dosen ahli yang kompeten (expert judgement) dengan masukan agar menyederhanakan bahasa agar mudah dipahami oleh siswa. Jika instrumen sudah dinyatakan layak oleh dosen ahli, maka dilakukan uji coba instrumen.

Adapun rumus yang digunakan adalah rumus yang dikemukan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment.

rxy =

 

 

 

2 2

 

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N           Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi X dan Y ∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total N = Jumlah subyek

∑XY = Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total ∑X2

= Jumlah skor item kuadrat ∑Y2

= Jumlah skor total kuadrat

Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan analsis Product Moment kemudian dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5%.


(58)

a. Jika rxy lebih besar dari r tabel, maka item mempunyai daya dukung yang besar terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir tersebut dipertahankan untuk mengungkap data.

b. Jika rxy lebih kecil dari r tabel, maka item mempunyai daya dukung yang relatif kecil terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir perlu digugurkan dalam mengungkapkan data.

Dengan subjek (N) sebanyak 32 siswa pada variabel kecerdasan emosi diperoleh r tabel sebesar 0,374 pada taraf signifikansi 5%. Hasil uji coba instrumen dari 51 pertanyaan tentang kecerdasan emosi dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 20 diperoleh 45 butir valid dan 6 butir tidak valid. Butir soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, dan 51. Sedangkan butir soal yang tidak valid yaitu nomor 4, 20, 24, 28, 39, dan 49. Dari 51 butir soal yang di uji, hanya 45 soal yang digunakan dalam penelitian.

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepercayaan angket yang akan diujikan kepada reponden. Reliabilitas sering diartikan sebagai taraf kepercayaan. Menurut Arikunto (2002:171), alat ukur yang baik disamping mempunyai validitas yang tinggi, juga harus reliabel, artinya memiliki tingkat keajegan meskipun sudah berkali-kali diujikan.


(59)

Reliabilitas instrumen dianggap handal jika memiliki koefisien reliabilitas ≥ 0,6. Uji reliabilitas mengunakan rumus Alpha Cronbach.

rii = 

           2 2 1 1 St si k k Keterangan :

rii = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Σs i2 = Jumlah variansi butir

s t2 = Variansi soal

Hasil perhitungan uji reliabilitas kemudian dibandingkan dengan rtabel. Apabila hasilnya lebih besar dari harga rtabel pada taraf signifikan 5% maka instrumen itu dinyatakan andal. Namun apabila harga rhitung lebih kecil dari pada harga rtabel pada taraf signifikan 5% maka butir instrumen dinyatakan gugur.

Sugiyono (2010: 257), menyatakan bahwa nilai r11 yang diperoleh diinterpretasikan dengan tabel indeks korelasi sebagai berikut.

Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Instrumen Penelitian

Nilai Reliabilitas Interpretasi

Antara 0,000 sampai dengan 0,199 Antara 0,200 sampai dengan 0,399 Antara 0,400 sampai dengan 0,599 Antara 0,600 sampai dengan 0,799 Antara 0,800 sampai dengan 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha. Uji reliabilitas instrumen menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 20 dengan hasil koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,943.


(60)

Berdasarkan hasil reliabilitas yang dihasilkan yaitu 0,943, maka variabel kecerdasan emosi termasuk dalam kategori sangat tinggi artinya data angket kecerdasan emosi reliabel atau dapat dipercaya dan kuat untuk mengumpulkan data penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analsis korelasional dengan penjesalan sebagai berikut.

1. Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing variabel penelitian. untuk menganlisis tersebut, maka digunakan skor observasi dan skor ideal yang meliputi skor maksimum, skor minimum, mean, dan standar deviasi untuk masing-masing variabel. Adapun kategori kurva normalnya adalah sebagai berikut.

X < (M – 1,0 SD) = rendah (M –1,0 SD) ≤ X < (M + 1,0 SD) = sedang (M + 1,0 SD) ≤ X = tinggi

(Sutrisno Hadi, 2004:150) Keterangan:

̅

: rerata hitung M : rata-rata ideal SD : standar deviasi ideal


(61)

2. Analisis Korelasional

Analisis korelasional digunakan untuk menguji hipotesis yang didahului uji persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

a. Uji Persyaratan Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis korelasional dengan korelasi Product Moment, sehingga data penelitian harus normal dan linier. Uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas dan uji linieritas dengan penjelasan sebagai berikut.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menggambarkan data berdistribusi normal atau tidak. Adapun analisis yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS 20.00. Jika p-value di atas taraf signifikansi 0,05, maka data berdistribusi normal.

2) Uji Linieritas

Uji linearitas di gunakan untuk mengetahui apakah hubungan dua variabel linear atau tidak. Formula yang digunakan adalah uji F pada program SPSS 20.00. Jika p-value di atas taraf signifikansi 0,05, maka data linier.

b. Uji Hipotesis

Tujuan dari uji hipotesis adalah untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel. Dalam penelitian ini, uji hipotesis


(62)

menggunakkan analisis korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut :

rxy =

 

 

 

2 2

 

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N           Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi variabel X dan variabel Y ∑X = Jumlah skor variabel X

∑Y = Jumlah skor variabel Y N = Jumlah subyek

∑XY =Jumlah perkalian antara skor variabel X dengan skor variabel Y

∑X2

= Jumlah skor variabel X kuadrat ∑Y2


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kecamatan Wates merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan ini terletak di tengah kota Wates yang merupakan ibukota Kabupaten Kulon Progo. Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pengasih, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Panjatan. Adapun di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Temon dan Kecamatan Pengasih dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Keadaan wilayah Kecamatan Wates relatif berada pada dataran rendah.

Kecamatan Wates memiliki 38 Sekolah Dasar yang tersebar dalam beberapa gugus (kelompok). Penelitian ini dilakukan di Gugus I Kecamatan Wates. Gugus I terletak di tengah kota Wates, jarak antar sekolah pun relatif berdekatan dan dapat ditempuh dengan medan yang relatif mudah. Sekolah Dasar yang termasuk dalam lingkup Gugus I Kecamatan Wates antara lain SD Negeri Percobaan 4, SD Negeri 2 Wates, SD BOPKRI, SD Negeri Beji, SD Negeri Gadingan, SD Negeri Punukan, dan SD IT IBNU MAS`UD.

B. Deskripsi Responden Penelitian

Responden penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates sebanyak 214 siswa. Pada


(64)

Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates sebagai responden penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin untuk menentukan jumlah sampel. Dengan menggunakan rumus Slovin, didapat sampel sebanyak 139 siswa yang akan diambil secara acak dari siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus 1 Kecamatan Wates.

C. Hasil Analisis Deskriptif

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang terdiri dari dua data dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi dan variabel terikat prestasi belajar matematika. Penelitian ini tidak melibatkan semua responden dalam populasi tetapi hanya diambil sampelnya saja. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 139 siswa.

Untuk mengetahui kecerdasan emosi dan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD segugus I Kecamatan Wates, peneliti mengambil data dengan menggunakan skala dan dokumentasi data. Skala kecerdasan emosi siswa terdiri dari 45 butir pernyataan dengan rentang skor 1 sampai 4. Sedangkan untuk prestasi belajar matematika, peneliti menggunakan dokumentasi data dimana peneliti mengambil nilai UAS matematika siswa kelas V. Data yang sudah didapat di lapangan kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi data dari masing-masing variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis yang disajikan meliputi mean, modus, median, tabel distribusi frekuensi dan


(65)

Deskripsi data masing-masing variabel akan dijabarkan secara lebih rinci pada uraian berikut :

1. Variabel Kecerdasan Emosi

Berdasarkan data kecerdasan emosi yang diolah menggunakan SPSS 20.0 diketahui hasil statistik deskriptifnya yakni skor tertinggi 176, skor terendah 91, variance 484,132, standar deviasi 22,003, modus 155, median 142 dan mean 139,74. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran. Dari data yang sudah didapat tersebut dapat diklasifikasi frekuensi untuk variabel kecerdasan emosi. Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus Sturges (Sturges Role) yaitu K = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah sampel atau responden (Sugiyono, 2007:35). Untuk perhitungan lebih rincinya sebagai berikut.

K = 1 + 3,3 x log n

n = jumlah responden yaitu 139 K = 1 + 3,3 x log 139

K = 1 + 3,3 x 2,143 K = 1 + 7,0719 K = 8,0719

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah kelas sebanyak 8 kelas interval (dibulatkan) dan panjang kelasnya adalah

75 , 10 8

1 91 176 

(dibulatkan 11). Hasil distribusi frekuensi


(66)

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi

No. Interval Frekuensi Presentase (%)

1. 90 – 100 14 10,07

2 101 – 111 6 4,32

3 112 – 122 8 5,76

4 123 – 133 13 9,35

5 134 – 144 32 23,02

6 145 – 155 27 19,42

7 156 – 166 27 19,42

8 167 – 177 12 8,63

Jumlah 139 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui distribusi frekuensi kecerdasan emosi tertinggi berada pada kelas interval nomor 5 yang mempunyai rentang 134 - 144 dengan jumlah sebanyak 32 siswa dengan persentase 23,02%. Berikut ini disajikan diagram distribusi frekuensi kecerdasan emosi:

Gambar 2.

Diagram Distribusi Frekuensi Bergolong Skor Kecerdasan Emosi

Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang

14

6 8

13 32

27 27

12 0 5 10 15 20 25 30 35

90 – 100

101 – 111

112 – 122

123 – 133

134 – 144

145 – 155

156 – 166

167 – 177


(67)

siswa. Siswa yang memiliki skor kecerdasan emosi antara 101 – 111 sebanyak 6 siswa. Siswa yang memiliki skor kecerdasan emosi 112 – 122 sebanyak 8 siswa. Siswa yang memiliki skor 123 – 133 sebanyak 13 siswa. Siswa yang memiliki skor 134 – 144 sebanyak 32 siswa. Siswa yang memiliki skor 145 – 155 sebanyak 27 siswa. Skor 156 – 166 dimiliki oleh 27 siswa. Siswa yang memiliki skor 167 – 177 dimiliki oleh 12 siswa.

Klasifikasi untuk variabel kecerdasan emosi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7. Perhitungan Klasifikasi Kecerdasan Emosi

No Rumus Kategori

1 X < (139,74 – 1,0�22,003) Rendah 2 (139,74 –1,0�22,003) ≤ X < (70,53 + 1,0 x 22,003) Sedang 3 (139,74 + 1,0 � 22,003) ≤ X Tinggi

Berdasarkan tabel rumus di atas, maka data mengenai kecerdasan emosi dapat diklasifikasikan dengan kategori sebagai berikut.

Tabel 8. Klasifikasi Kecerdasan Emosi

No Kategori Interval Frekuensi Presentase 1 Rendah X < 116,997 24 17,2% 2 Sedang 116,997 ≤ X < 161,743 97 70%

3 Tinggi 161,743 ≤ X 18 12,8%


(68)

Berikut ini disajikan diagram klasifikasi kecerdasan emosi.

Gambar 3

Diagram Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi

Dari diagram di atas, siswa yang memiliki kecerdasan emosi tinggi sebanyak 12,8% siswa atau 18 siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan emosi sedang sebanyak 70% siswa atau 97 siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan emosi rendah sebanyak 17,2% atau 24 siswa.

2. Variabel Prestasi Belajar Matematika

Berdasarkan data prestasi belajar matematika yang diolah menggunakan SPSS 20.0 diketahui hasil statistik deskriptifnya yakni variance 45,099, standar deviasi 6,715, modus 75, median 79 dan mean 80,24. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

Dari data yang sudah didapat tersebut dapat diklasifikasi frekuensi untuk variabel pretasi belajar matematika. Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus Sturges (Sturges Role) yaitu K = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah sampel atau

18

97

24

0 20 40 60 80 100 120


(69)

responden (Sugiyono, 2007:35). Untuk perhitungan lebih rincinya sebagai berikut.

K = 1 + 3,3 x log n

n = jumlah responden yaitu 139 K = 1 + 3,3 x log 139

K = 1 + 3,3 x 2,143 K = 1 + 7,0719 K = 8,0719

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah kelas sebanyak 8 kelas interval (dibulatkan) dan panjang kelasnya adalah

375 , 3 8 1 70 96   

(dibulatkan 3). Kemudian dapat dibuat tabel

distribusi frekuensi dalam tabel di bawah ini :

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Matematika No Interval Frekuensi Presentase (%)

1. 70 – 72 12 8,63

2. 73 – 75 33 23,74

3. 76 – 78 20 14,38

4. 79 – 81 24 17,27

5. 82 – 84 14 10,07

6. 85 – 87 13 9,35

7. 88 – 91 11 7,91

8. 92 – 96 12 8,63

Jumlah 139 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui distribusi frekuensi prestasi belajar matematika tertinggi berada pada kelas interval nomor 2 yang mempunyai rentang 73 – 75 dengan jumlah sebanyak 33 siswa dengan persentase 23,74%. Berikut ini disajikan


(70)

diagram distribusi frekuensi bergolong skor prestasi belajar matematika.

Gambar 4

Diagram distribusi frekuensi bergolong skor prestasi belajar matematika

Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai skor prestasi belajar matematika antara 70-73 sebanyak 12 siswa. Siswa yang memiliki skor prestasi belajar matematika antara 73-75 sebanyak 33 siswa. Siswa yang memiliki skor 76-78 sebanyak 20 siswa. Siswa yang memiliki skor 79-81 sebanyak 24 siswa. Siswa yang memiliki skor 82-84 sebanyak 14 siswa. Siswa yang memiliki skor 85-87 sebanyak 13 siswa. Skor 88-90 dimiliki oleh 11 siswa. Dan skor 91-96 dimiliki oleh 12 siswa.

Klasifikasi untuk variabel prestasi belajar matematika dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

12

33

20

24

14 13

11 12

0 5 10 15 20 25 30 35


(71)

Tabel 10. Perhitungan Klasifikasi Prestasi Belajar Matematika

No Rumus Kategori

1 X < (80,24 – 1,0 � 6,715) Rendah 2 (80,24 – 1,0 �6,715) ≤ X < (80,24 + 1,0 x 6,715) Sedang 3 (80,24 + 1,0 � 6,717) ≤ X Tinggi

Berdasarkan tabel rumus di atas, maka data mengenai prestasi belajar matematika dapat diklasifikasikan dengan kategori sebagai berikut.

Tabel 11. Hasil Klasifikasi Prestasi Belajar Matematika

No Kategori Interval Frekuensi Presentase 1 Rendah X < 73,52 12 8,7% 2 Sedang 73,52 ≤ X < 86,95 100 71,8%

3 Tinggi 86,95 ≤ X 27 19,5%

Total 139 100

Berikut ini disajikan diagram klasifikasi Prestasi Belajar Matematika

Gambar 5

Diagram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika

27

100

12 0

20 40 60 80 100 120


(72)

Dari diagram tersebut dapat diartikan bahwa sebanyak 19,5% siswa atau 27 siswa memiliki prestasi belajar matematika yang tinggi. Sebanyak 71,8% siswa atau 100 siswa memiliki prestasi belajar matematika yang sedang. Siswa yang memiliki prestasi belajar yang rendah sebanyak 8,7% siswa atau 12 siswa.

D. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menggambarkan data berdistribusi normal atau tidak. Adapun analisis yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS 20.00. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikasi > 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel.

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas No Variabel Asymp.

Sig.

Signifikasi Keterangan 1. Kecerdasan

emosi

0,060 0,05 Normal 2. Prestasi belajar

matematika

0,067 0,05 Normal

Berdasarkan perhitungan dengan SPSS 20.00 for widows, didapat nilai signifikasi variabel kecerdasan emosi 0,060, dan prestasi belajar matematika 0,067. Setelah dibandingkan dengan signifikasi 5% maka data kecerdasan emosi > 0,05 dan prestasi


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)