catatan lapangan, tes pilihan ganda, dan penilaian unjuk kerja, sedangkan angket dan wawancara sebagai pelengkap pengumpulan data. Selanjutnya
akan dibahas tentang pelaksanaan tindakan kelas tiap siklus peningkatan kompetensi menjahit busana tailoring.
2. Pelaksanaan Tindakan Kelas
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengikuti alur penelitian tindakan kelas. Langkah kerja dalam penelitian ini terdiri atas empat tahap
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan observing dan refleksi. Tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan
tindakan yang telah disusun berupa desain pembelajaran menjahit busana tailoring dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
dengan memakai ukuran standart M membuat blaser pada menjahit siswa. Data yang disajikan merupakan hasil pengamatan dengan
menggunakan tes pilihan ganda, observasi, tes unjuk kerja,wawancara dan angket. Adapun hal-hal yang akan diuraikan meliputi deskripsi tiap siklus
dan hasil dari penelitian, yang akan diuraikan sebagai berikut:
a. Pra Siklus
Kegiatan pra tindakan dilaksanakan oleh peneliti melalui observasi data kelas dan wawancara peserta didik kelas XI Busana
SMK N 2 Nganjuk tentang kompetensi menjahit busana tailoring. Hasil observasi awal dan wawancara menunjukkan bahwa, praktek
menjahit busana tailoring merupakan suatu kompetensi dasar yang paling dianggap peserta didik sangat membosankan dan sulit untuk
dikerjakan. Prestasi peserta didik masih sangat beragam, ada siswa yang telah mampu meraih nilai dengan kriteria ketuntasan minimal
dengan kategori baik, namun masih banyak yang meraih nilai dengan kategori cukup. Rata-rata penilaian pra siklus yang mampu dicapai
oleh 28 siswa adalah 70,04. Dengan nilai tengah Median yaitu 69, dan nilai yang sering muncul Modus adalah 65, hasil penilaian pra
tindakan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Penilaian hasil belajar siswa pada pra siklus dapat dikategorikan sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal sebagai berikut:
Tabel 15. Ketegori Penilaian Pra Siklus Kompetensi Siswa
Skor Kategori
Jumlah Siswa Persentase
90 – 100 Sangat baik
- -
80 – 89 Baik
3 10,7
70 -79 Cukup
11 39,3
70 Kurang
14 50
Total 28
100 Berdasarkan data tabel di atas, dari 28 siswa yang mengikuti
pembelajaran menjahit busana tailoring menggunakan metode konvensional yang digunakan oleh guru menunjukkan bahwa siswa
yang mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan kategori baik hanya 10,7. Setengah jumlah siswa yaitu sebanyak 14 siswa atau 50
berada dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi siswa dalam menjahit busana tailoring masih rendah.
Berdasarkan hasil pra siklus tersebut peneliti mendapatkan informasi tentang kondisi kelas pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Dalam mengajar guru masih menggunakan model
pembelajaran konvensional, yaitu model pembelajaran yang dominan menerapkan metode ceramah. Hal tersebut menyebabkan peserta didik
kurang termotivasi dan kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas, pekerjaan rumah banyak yang tidak mengerjakan atau terlambat
pengumpulannya, bahkan ada peserta didik yang mengerjakan tugas asal jadi.
Keadaan demikian menyebabkan rendahnya kualitas belajar mengajar, sehingga menyebabkan kompetensi yang diharapkan kurang
tercapai dalam tujuan pembelajaran. Kondisi siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar pada umumnya masih bersikap pasif. Pada
saat penyampaian materi, siswa hanya mendengarkan. Pada awal proses belajar ada beberapa siswa yang terlambat mengikuti pelajaran
sehingga menggangu konsentrasi temannya. Setelah penyampaian materi pembelajaran kemudian guru memberikan tugas atau praktek
terkait dengan materi pembelajaran tersebut, namun jika tugas belum selesai dikerjakan akan dipakai sebagai pekerjaan rumah. Cukup
banyak siswa yang mengalami kesulitan saat praktek sehingga dalam pengerjaan tugas tidak maksimal, dan sering bertanya kepada
temannya. Hal itu disebabkan karena pada saat guru menerangkan siswa kurang termotivasi untuk memperhatikan penjelasan. Selain itu,
siswa juga terlihat jenuh dan bosan dengan penjelasan guru yang monoton. Proses belajar mengajar terkesan kurang bervariasi.
Keikutsertaan siswa dalam proses belajar menjahit busana wanita masih rendah, siswa kurang aktif dan ragu-ragu dalam mengemukakan
pendapatnya ketika diminta guru untuk menjawab pertanyaan dari guru ataupun mengajukan pertanyaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan pembelajaran diatas perlu diadakan perbaikan untuk
peningkatan kompetensi sisiwa didik. Pada proses pembelajaran peneliti melihat guru masih menggunakan metode ceramah, hal ini
yang mungkin mengakibatkan siswa kurang termotivasi sehingga keaktifan siswa kurang maksimal pada saat mengikuti pelajaran di
kelas, banyak yang masih terlihat malas-malasan serta jenuh, bosan dan hasil yang belum maksimal saat mengerjakan tugas yang diberikan
guru. Proses pembelajaran belum terlaksana secara optimal. Dalam pembelajaran masih bersifat satu arah sehingga siswa pasif. Hal ini
kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu lulusan SMK harus mempunyai kompetensi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri.
Secara umum hal ini berdampak pada kompetensi siswa itu sendiri. Dalam proses pembelajaran diperlukan pembelajaran yang
menarik, mudah dipahami, membuat aktif peserta didik dan tidak membosankan. Penyampaian materi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pembelajaran yang dianggap sesuai, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mengatasinya dapat ditempuh
dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang didalamnya
terdapat diskusi yang dibedakan menjadi kelompok asal maupun kelompok ahli.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
siswa mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Siswa dapat belajar secara aktif dalam mengemukakan
pendapat, menerima ide atau gagasan, saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas, saling menghargai sesama teman, saling
melengkapi pendapat teman, dan dapat melatih percaya diri siswa. Sehingga diharapkan melalui model pembelajaran ini dapat
meningkatkan kompetensi menjahit busana tailoring di SMK Negeri 2 Nganjuk.
b. Siklus Pertama