sesuai dengan suara hati nurani, mengarah pada pemulaan tingkah laku yang luhur nobel dan sosial.
14
Sedangkan Philip H. Coombs menklarifikasikan pendidikan ke dalam tiga bagian, yaitu :
1. Pendidikan Informal
Pendidikan informal merupakan proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau
tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seorang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga, tetangga,
pekerjaan, hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.
2. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang, dan yang dibagi dalam waktu-waktu
tertentu yang berlangsung dari Taman Kanak-kanak sampai pada perguruan tinggi.
3. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan non-formal ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana di luar
kegiatan persekolahan. Dalam hal ini tenaga pengajar, fasilitas, cara penyampaian, dan waktu yang dipakai, serta komponen-komponen
lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta atau anak didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
15
b. Pengertian Orang Tua
Orang tua dan juga keluarga adalah pendidikan kodrat dan berlangsung selama hidup yang didasarkan hubungan cinta kasih dan
merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam memberikan pengaruh kepada kepribadian anak.
16
14
Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis Apakah Pendidikan Masih Diperlukan ?, Bandung, Mandar Maju, 1992, hlm. 30.
15
Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, Bandung, Angkasa, 1984, hlm. 58-59.
16
Ali Saifullah, Pendidikan-pengajaran dan Kebudayaan Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan, Surabaya, Usaha Nasional, 1982, hlm. 87.
Yang dimaksud orang tua di sini adalah ayah dan ibu. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anaknya dalam keluarga.
Orang tua mempunya pengaruh besar dalam proses perkembangan anaknya, baik itu dari sisi moral,watak, sikap, dan pendidikan anaknya.
Tanggung jawab orang tua bukan hanya dalam mendidik, melainkan membiayai pendidikan, mencakup literatur bagi anak-anaknya,
memberikan kebutuhan sekolahnya, dan mengajarinya di rumah sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
17
c. Pengertian Tingkat Pendidikan Orang Tua
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa jenjang pendidikan dasar dan
menengah adalah jenis pendidikan formal untuk peserta didik usia 7 sampai dengan 18 tahun.
18
Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai orang tua. Tingkat pendidikan formal yang dicapai
akan memberikan pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu pengaruh pada jenjang pekerjaan formal dan status sosial dalam masyarakat.
19
Pendidikan formal ialah pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu
tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak, Sekolah Dasar,
17
Tatang S, op-cit, hlm. 81.
18
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Pt Imperial Bhakti Utama, 2007, hlm. 117.
19
Yohana Dini Agustin, Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua, Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa, Yogyakarta, Sanata Dharma, 2003, Skripsi,
hlm. 11.
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan, sampai dengan Perguruan Tinggi.
Pada setiap jenjang pendidikan formal memiliki tingkat kesulitan yang berbeda yang disesuaikan dari tingkatan terendah sampai dengan
tertinggi. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan formal orang tua, maka orang tua akan semakin memiliki
pengalaman dan bekal pengetahuan yang sangat baik ketimbang mereka yang tidak memiliki jenjang pendidikan yang tinggi. Misalnya, orang tua
yang berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik ketimbang orang tua yang tidak
mengenyam pendidikan sama sekali, begitu juga seseorang yang berhasil menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama akan memiliki pengetahuan
yang lebih baik ketimbang mereka yang hanya lulusan sekolah dasar dan bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan formal sekali pun. Begitu
seterusnya, semakin tinggi jenjang pendidikan formal yang ditempuh seseorang maka semakin berpengalaman dan memiliki bekal pengetahuan
yang sangat baik. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan
sangat baik dalam mengatur pola perkembangan anaknya. baik dari segi sikap, maupun pendidikannya. Orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi akan lebih mudah untuk mengetahui apa yang diperlukan anaknya di dalam dunia pendidikan, dan lebih bisa mendidik
serta membantu anaknya dalam kegiatan belajar berdasarkan pengalaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang pernah mereka terima sewaktu mengenyam pendidikan. Sebaliknya, pada kehidupan nyata terlihat bahwa sebagian besar orang tua yang
memiliki tingkat
pendidikan rendah
akan cenderung
kurang memperhatikan pendidikan anaknya, yang terpenting bagi mereka
anaknya pergi sekolah dan pulang sekolah tanpa memperhatikan nilai, kebutuhan dan permasalahan yang dialami oleh anaknya di sekolah.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan orang tua yaitu orang tua baik itu bapak atau ibu siswa yang telah
menyelesaikan studi formalnya, baik di jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga perguruan
tinggi.
3. Minat Belajar
a. Pengertian Belajar
Sebelum mengetahui pengertian dari minat belajar, dalam penelitian ini akan menjelaskan terlebih dahulu tentang pengertian dari belajar.
Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, nilai-sikap, yang bersifat konstanberbekas. Perubahan-
perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam perilaku nyata.
20
20
W.S Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta, PT Gramedia, 1983, hlm. 15.
Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Sedangkan menurut Slameto,
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil
pengalamannya sendiri
dalam interaksi
dengan lingkungannya.
21
Menurut Abin Syamsudin Makmun, belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu. Sedangkan menurut Atkinson, belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang terjadi akibat
latihan.
22
Dari beberapa pengertian belajar menurut para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Belajar juga memiliki beberapa prinsi-prinsip yang harus dimiliki
oleh setiap individu agar dalam proses belajar dapat berjalan secara efektif
21
Slameto, op-cit, hlm. 2.
22
Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta, Kalimedia, 2015,
hlm
.174.
dan efesien. Menurut Slameto, prinsip-prinsip belajar diklarifikasikan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
b. Belajar harus dapat menimbulkan penguatan dan motivasi yang kuat
pada siswa untuk mencapai tujuan instruksi. c.
Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif. d.
Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2.
Sesuai hakikat belajar a.
Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
b. Belajar adalah proses organisasi, adaptisi, eksplorasi dan discovery.
c. Belajar adalah proses kontinguitus hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response
yang diharapkan.
3. Sesuai materibahan yang harus dipelajari
a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. 4.
Syarat keberhasilan belajar a.
Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
b. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertianketerampilansikap itu mendalam pada siswa.
23
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, baik dari dalam diri internal maupun dari luar diri eksternal individu. Di dalam
23
Slameto, op-cit, hlm.27-28.
bukunya yang berjudul “Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi” Slameto mengklarifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yaitu sebagai berikut: Yang tergolong faktor internal yaitu :
1. Faktor jasmaniah
Baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk dalam faktor ini adalah faktor kesehatan, dan cacat tubuh.
2. Faktor psikologis
Terdapat tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.
3. Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani bersifat psikis. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
cenderung untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dari kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Sedangkan yang tergolong faktor eksternal dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1. Faktor keluarga
Yang termasuk dalam faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan
keadaan ekonomi keluarga.
2. Faktor sekolah
Yang termasuk dalam faktor sekolah yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3. Faktor masyarakat