Pengaruh tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta tahun ajaran 2015 2016

(1)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI

SMK NEGERI 2 DEPOK YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015-2016 SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

Agustinus Rinja Zernando NIM : 121314027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI

SMK NEGERI 2 DEPOK YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015-2016 SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

Agustinus Rinja Zernando NIM : 121314027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus. Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tua saya yang selama ini telah berkerja keras dalam membiayai proses pendidikan dan selalu memberikan dukungan kepada saya.

2. Saudara dan saudari saya yang selalu memberikan dukungannya kepada saya. 3. Bapak/Ibu dosen Prodi Pendidikan Sejarah yang selalu membimbing, mengajar

dan mengarahkan saya selama proses studi di Universitas Sanata Dharma. 4. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2012 yang saya sayangi, yang telah

banyak memberikan kenangan yang tidak akan terlupakan selama kurang lebih 4 tahun lamanya.

5. Semua teman-teman dan sahabat yang telah memberikan dukungan dan memberikan motivasi kepada saya.


(6)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-ku

(Yohanes 1 : 1)

“Janganlah berdoa untuk hidup yang mudah, tetapi berdoalah untuk menjadi manusia yang tangguh”


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Juli 2017 Penulis,


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Agustinus Rinja Zernando

Nomor Mahasiswa : 121314027

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta Tahun Ajaran 2015-2016”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis saya tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan saya ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 17 Juli 2017 Yang menyatakan


(9)

viii

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 DEPOK YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015-2016

Agustinus Rinja Zernando 121314027

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada tidaknya pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar sejarah siswa, (2) ada tidaknya pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa, (3) ada tidaknya pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa.

Metode penelitian ini adalah penelitian ex-post facto. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N 2 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015-2016 yang berjumlah 516 siswa. Sampel yang digunakan yaitu berjumlah 129 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar sedangkan dokumentasi digunakan untuk memperoleh data prestasi siswa yang diperoleh dari nilai raport. Teknik analisis data menggunakan analisis varians dua jalan beda sel (Anava 2x2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar sejarah siswa dengan Fhit > Ftab (33,326>3,91); (2) ada pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa dengan Fhit > Ftab (25,054>3,07); (3) ada pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa dengan Fhit > Ftab (191,691>3,07).


(10)

ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF PARENTS’ EDUCATION LEVEL AND INTEREST ON STUDENTS’ ACHIEVEMENT IN LEARNING HISTORY OF CLASS XI

SMK NEGERI 2 DEPOK YOGYAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2015-2016

Augustinus Rinja Zernando 121314027

This study aims to determine whether: (1) the parents’ education level

effects the students’ achievement in learning history, (2) learning interest effects

the students’ achievement in learning history, (3) both parents’ education and

learning interest effects the students’ in learning history of learning.

This search method is the ex-post facto research. The population used in this study is students of SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta in academic year 2015-2016, for a total of 516 students. The sample used include 129 people. The sampling was done by a random sampling purposive. The collection of data used questionnaires and documentation. A questionnaire was used to collect data about

the parents’ education level and learning interest while documentation used to

obtain data of students’ achievement which is shown in report cards. The data were analyzed using two-way analysis of variance cell in function (Anova 2x2).

The results showed that: (1) there is effect of parents’ education level to the

students’ achievement in learning history of Fhit > Ftab (33,326 > 3.91); (2) there is

effect of learning interest to the students’ achievement in learning history of Fhit > Ftab (25,054 > 3.07); (3) there is effect of both parents’ education level and learning interest to the students’ achievement in learning history with Fhit > Ftab (191,691 > 3.07).


(11)

x

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan terima kasih atas berkat, rahmat dan karunia yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMK N 2 Depok Yogyakarta Tahun Ajaran 2015-2016”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan program S1 Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama proses pembuatan skripsi yang telah penulis selesaikan ini tidak lepas dari masalah-masalah, baik yang terkait dengan penelitian di sekolah, maupun hal-hal yang berkaitan dengan proses pembuatan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing, membantu, mengarahkan, dan memberikan dorongan hingga skripsi ini selesai.


(12)

xi

5. Bapak Drs. Aragani Mizan Zakaria, M.Pd. Selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Kedua orang tua saya yang selama ini memberikan dukungan dan doanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. 8. Teman-teman Prodi Pendidikan Sejarah angkatan 2012.

9. Siswa-siswi SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Yogyakarta, 17 Juli 2017


(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIANNYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9


(14)

xiii

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Prestasi Belajar Sejarah dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 11

2. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 16

3. Minat Belajar ... 20

B. Kerangka Berpikir ... 26

C. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian ... 29

2. Waktu Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

1. Populasi Penelitian ... 29

2. Sampel Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional Variabel ... 31

D. Jenis Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Metode Pengumpulan Data ... 33

2. Prosedur Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

1. Instrumen Penelitian ... 36

2. Uji Coba Instrumen ... 37

G. Desain Penelitian ... 40

H. Analisis Data Penelitian ... 41

1. Uji Normalitas ... 41

2. Uji Homogenitas ... 42

3. Uji Hipotesis ... 43

I. Variabel Penelitian ... 46


(15)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48

A. Deskripsi Data ... 48

1. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Tinggi dan Minat Belajar Tinggi ... 48

2. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Tinggi dan Minat Belajar Rendah ... 49

3. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Sedang dan Minat Belajar Tinggi ... 50

4. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Sedang dan Minat Belajar Rendah ... 51

5. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Rendah dan Minat Belajar Tinggi ... 52

6. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Rendah dan Minat Belajar Rendah ... 53

B. Uji Prasyaratan Analisis ... 54

1. Uji Normalitas ... 54

2. Uji Homogenitas ... 57

3. Uji Hipotesis ... 58

C. Pembahasan ... 61

1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Sejarah ... 61

2. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Sejarah ... 64

3. Pengaruh Secara Bersama Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Sejarah ... 67

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(16)

xv

DAFTAR TABEL

1. Tabel Sampel Siswa-siswi SMK N 2 Depok ... 31 2. Tabel Penskoran Skala Likert ... 37 3. Tabel Anava Dua Jalan ... 45 4. Tabel Hasil Uji Normalitas dari Variabel Tingkat Pendidikan Orang

Tua Tinggi dan Minat Belajar Tinggi ... 54 5. Tabel Hasil Uji Normalitas dari Variabel Tingkat Pendidikan Orang

Tua Tinggi dan Minat Belajar Rendah ... 55 6. Tabel Hasil Uji Normalitas dari Variabel Tingkat Pendidikan Orang

Tua Sedang dan Minat Belajar Tinggi ... 55 7. Tabel Hasil Uji Normalitas dari Variabel Tingkat Pendidikan Orang

Tua Sedang dan Minat Belajar Rendah ... 56 8. Tabel Hasil Uji Normalitas dari Variabel Tingkat Pendidikan Orang

Tua Rendah dan Minat Belajar Tinggi ... 56 9. Tabel Hasil Uji Normalitas dari Variabel Tingkat Pendidikan Orang

Tua Rendah dan Minat Belajar Rendah ... 57 10.Tabel Hasil Uji Homogenitas Varian ... 57 11.Tabel Rangkuman Analisis Varian Data Pengaruh Tingkat

Pendidikan Orang Tua dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Skema Kerangka Berpikir ... 27 2. Desain Faktorial Dua Faktor ... 40 3. Histogram Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang

Tua Tinggi dan Minat Belajar Tinggi ... 48 4. Histogram Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang

Tua Tinggi dan Minat Belajar Rendah ... 49 5. Histogram Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang

Tua Sedang dan Minat Belajar Tinggi ... 50 6. Histogram Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang

Tua Sedang dan Minat Belajar Rendah ... 51 7. Histogram Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang

Tua Rendah dan Minat Belajar Tinggi ... 52 8. Histogram Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi kuesioner ... 77

2. Kuesioner ... 79

3. Perhitungan validitas dan reliabilitas ... 84

4. Klasifikasi tinggi, sedang, rendah ... 90

5. Mencari mean, modus, median, dan standar deviasi ... 104

6. Uji normalitas ... 112

7. Uji Homogenitas ... 118

8. Analisis data ... 119

9. Surat ijin penelitian ... 127


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah proses pematangan kualitas hidup. Melalui proses tersebut diharapkan manusia dapat memahami apa arti dan hakikat hidup, serta untuk apa dan bagaimana menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Dalam hal ini, fokus pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggulan dengan menitikberatkan pada proses pematangan kualitas logika, hati, akhlak, dan keimanan. Dengan puncak pendidikannya adalah tercapainya titik kesempurnaan kualitas hidup. 1

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya, baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari. 2

1 Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu Dan Berdaya Saing, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,

2012, hlm. 2.


(20)

Menurut pasal 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.3 Pendidikan bertujuan mencetak anak didik yang beriman. Wujud tujuan itu adalah akhlak anak didik yang mengacu pada kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan yang dilaksanakan di berbagai lembaga, baik itu lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial.4

Pendidikan dikatakan berkualitas apabila terjadi penyelenggaran pembelajaran yang efektif dan efisien dengan melibatkan semua komponen-komponen pendidikan, seperti mencakup tujuan pembelajaran, guru dan peserta didik, bahan pelajaran, strategi atau metode belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran serta evaluasi. Akan tetapi, untuk menciptakan pendidikan yang efektif dan efesien tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Berbagai macam masalah-masalah yang mendasar dalam dunia pendidikan yaitu bagaimana cara atau usaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar

3 Dedi Mulyasana,op.cit, hlm. 5. 4 Tatang S, op.cit, hlm. 61.


(21)

sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih efektif dan efisien, tanpa terkecuali pada pelajaran sejarah. Mengajar sejarah dan membuat perserta didik paham dengan materi sejarah yang kita berikan tidaklah mudah, hal ini bisa dikarenakan oleh pembawaan guru-guru bidang sejarah yang sangat kurang memanfaatkan metode-metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif sebaliknya guru terlalu monoton menggunakan metode ceramah dalam mengajar sejarah sehingga membuat perserta didik jenuh dengan pelajaran sejarah, selain itu permasalahan yang paling besar dalam mengajar sejarah yaitu kurangnya minat belajar perserta didik dalam mempelajari sejarah, pelajaran sejarah mereka anggap sebagai sebuah pelajaran yang mempelajari masa lalu dan banyak juga dari mereka tidak mengerti manfaat sejarah untuk bekal hidup mereka kedepannya. Selain itu pelajaran sejarah bukan sebagai dasar ilmu pengetahuan, sehingga kurangnya daya tarik pembelajaran sejarah bagi generasi-generasi muda Indonesia saat ini. Padahal apabila kita lihat pada perkembangan setiap bangsa di dunia, tidak ada satu bangsa yang maju tanpa melupakan sejarah negara mereka sendiri. Karena sejarah merupakan bagi dari kelompok ilmu yang berdiri sendiri.

Dalam proses pembelajaran sejarah kelas X, di salah satu SMA Swasta di Yogyakarta misalnya, diketahui minat siswa dalam belajar sejarah sangat rendah dan lebih banyak siswa cenderung bosan dalam proses pembelajaran. Terlihat pada saat aktivitas siswa selama proses pembelajaran, selain itu terdapat siswa yang masih sibuk sendiri dengan kegiatan masing-masing, yang menyebabkan kondisi kelas menjadi tidak kondusif dan menggangu jalannya


(22)

proses belajar. Penyediaan buku-buku pelajaran sejarah yang selama ini digunakan oleh sekolah-sekolah masih sangat minim bahkan buku yang ada kurang mendukung implementasi kurikulum 2013 di sekolah-sekolah Indonesia, karena buku-buku sejarah yang ada di sekolah lebih bersifat memberikan materi secara langsung tentang fakta-fakta sejarah kepada para peserta didik, daripada memberikan daya kreatif siswa untuk lebih memahami sebuah peristiwa sejarah. Penulisan buku tidak mendorong para peserta didik untuk aktif dalam menemukan sebuah fakta sejarah dalam sebuah peristiwa sejarah, dengan kata lain penulisan buku sejarah yang ada cenderung disajikan dalam bentuk narasi sejarah saja. Dampaknya kepada peserta didik akan merasa kejenuhan dan bosan dalam membaca buku sejarah yang disajikan di sekolah. Keaktifan setiap siswa diperlukan untuk meningkatkan daya tarik atau minat siswa kepada pembelajaran sejarah sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Belajar sejarah adalah belajar tentang masa lalu yang dilakukan oleh manusia yang berkaitan dengan ruang dan waktu. Dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia para perserta didik menganggap pelajaran sejarah sebagai pelajaran yang membosankan dan kurang berguna untuk dipelajari. Pada kenyataannya setiap orang pasti memiliki masa lalu yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Sejarah merupakan pelajaran yang menuntun serta menjadi cermin kita untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang, apa yang menjadi kekurangan dan kesalahan di masa lalu bisa diperbaiki kedepannya. Dalam dunia pendidikan


(23)

pelajaran sejarah merupakan suatu proses untuk membantu pengembangan potensi dan kepribadian perserta didik melalui pesan-pesan sejarah agar menjadi warga negara yang memiliki semangat nasionalisme dan bermatabat. Sejarah dalam hal ini bermaksud untuk mengajarkan ketotalitasan dari aktivitas manusia di masa lalu. Sejarah diajarkan kepada perserta didik agar para perserta didik lebih mengenal bangsa dan negara mereka sendiri, selain itu akan mereka lebih menghargai dan tidak melupakan budaya, tradisi, dan keunggulan dari negara mereka sendiri, selain itu para perserta didik memiliki semangat cinta terhadap tanah airnya sendiri. Namun pada kenyataannya banyak sekali para perserta didik yang melihat pembelajaran sejarah sebagai sebuah pelajaran yang membosankan dan kurang menarik untuk dipelajaran, karena bersifat menghafal. Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi belajar yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. 5

Salah satu faktor eksternal yang sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor keluarga. Faktor keluarga memiliki peran penting dalam proses perkembangan anak, yang mana peran orang tua bagi anak menjadi dasar pendidikan bagi anak tersebut. Tingkat pendidikan orang tua yang tinggi semakin mengarahkan pola perkembangan anak ke dalam bidang pendidikan, hal ini dikarenakan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, parafrase,


(24)

cenderung lebih memahami dan berpikir bahwa pendidikan sangat penting bagi anaknya, sehingga mengutamakan pendidikan bagi anaknya. Selain itu, cara mendidik anaknya antara orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan rendah akan cenderung berbeda yang berpengaruh terhadap pola pikir belajarnya.

Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah cenderung kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan perlengkapan belajarnya, tidak memperhatikan waktu belajar anaknya dan lain-lainnya.6

Selain faktor keluarga, ada faktor internal yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor psikologis. Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar di bagi menjadi enam golongan yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Salah satu faktor psikologis yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah minat. Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap mata pelajaran sejarah akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lain. Dari sini terlihat


(25)

bahwa pengaruh minat terhadap prestasi belajar sangatlah berpengaruh bagi siswa.

Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh dari individu yang berasal dari proses belajar. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik bukanlah perkara yang mudah. Ini dipengaruhi oleh berbagai masalah dalam mencapai prestasi belajar, khususnya pelajaran sejarah. Masalah prestasi belajar sejarah pada perserta didik di sekolah yang ada di Indonesia menjadi masalah utama khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas. Kurangnya minat perserta didik di SMA terhadap mata pelajaran sejarah membuat kurang baiknya hasil belajar sejarah yang diperoleh perserta didik. Hal ini menjadi masalah serius, baik itu bagi pihak sekolah maupun pendidik yang berkaitan langsung dengan bidangnya.

Sebagai upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru. Maka hal yang perlu ditingkatkan yaitu upaya meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar sejarah para perserta didik dengan menggunakan berbagai macam metode yang cocok dengan sistem, kondisi, dan situasi yang disesuaikan dengan keadaan sekolah, guna memberikan keterampilan dan meningkatkan prestasi belajar para perserta didik. sedangkan peningkatan tingkat pendidikan orang tua untuk para perserta didik haruslah lebih ditingkatkan lagi, guna memberikan kesadaran dan pembawaan sikap baik dari para perserta didik di sekolah.

Kurangnya prestasi belajar siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas terhadap pembelajaran sejarah menjadi sebuah permasalahan yang harus


(26)

diselesaikan. Untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah, penulis tertarik mengadakan penelitian dilapangan. Untuk berusaha meneliti sekaligus mencari jawaban atas keterkaitan antara tingkat pendidikan orang tua, minat dan prestasi belajar, untuk itu penulis menuangkannya dalam skripsi yang berjudul

pengaruh tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta. Dalam upaya membuktikan hal ini, peneliti akan membagikan kuesioner guna melihat bagaimana tingkat perkembangan minat dan prestasi dari tiap-tiap siswa di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Dengan dilakukannya penelitian ini, semoga bisa bermanfaat untuk pihak sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa di SMK Negeri 2 Depok Sleman.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, bahwa dari banyak masalah yang berkaitan dengan belajar antara lain prestasi belajar siswa. Prestasi merupakan hasil dari kegiatan belajar siswa. Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, agar siswa tetap memiliki prestasi belajar yang tinggi. Akan tetapi dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada pengaruh tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa.


(27)

C. Rumusan Masalah

Atas dasar pembatasan permasalahan yang diteliti, maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar sejarah siswa?

2. Apakah ada pengaruh minat Belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa?

3. Apakah ada pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar sejarah siswa ?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dilakukan untuk :

1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar sejarah siswa.

2. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa.

3. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar sejarah siswa.


(28)

E. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ex post facto ini diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi sekolah, guru, siswa, Universitas Sanata Dharma, Peneliti. Manfaat tersebut masing-masing diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh tingkat pendidikan orang tua, dan minat belajar yang dapat menunjang prestasi belajar sejarah siswa.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Memperkaya referensi di dalam dunia pustaka terutama karya ilmiah penelitian pendidikan sejarah dan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa sebagai pengembangan diri serta informasi dalam mendidik, menumbuhkan minat belajar, dan meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya untuk mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma. 4. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengembangan diri penulis dalam menulis karya ilmiah, khususnya mengenai pengaruh tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah, serta menjadi informasi bagi peneliti dalam menumbuhkan minat belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.


(29)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar Sejarah dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

a. Pembelajaran Sejarah

Sejarah merupakan sebuah peristiwa masa lalu yang dibuat oleh manusia berkaitan dengan ruang dan waktu. Adapun istilah sejarah dalam bahasa Inggris yaitu history, mengandung pengertian masa lampau umat manusia (Louis Gottschalk, 1986:38). Sedangkan istilah history sendiri berasal dari kata Yunani yaitu istoria yang berarti meneliti, menanyakan, memperoleh pengetahuan, atau sifatnya mengetahui. Menurut Donald V. Gavronski (1967:3), sejarah sebagai suatu kajian dari catatan tentang masa lampau kehidupan manusia. Catatan dalam konteks historis harus ditegaskan dengan periode waktu yang dialami. Sedangkan menurut Sartono Kartodirdjo (1982:9) sejarah sebagai suatu bidang ilmu yang mempelajari masa lampau manusia. 7

Pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran tentang peristiwa masa lampau yang berkaitan dengan penghayatan akan nilai-nilai kehidupan dari peristiwa masa lampau. Pembelajaran sejarah ditujukan untuk

7 A. Kardiyat Wiharyanto, dkk, Strategi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta, Universitas Sanata


(30)

menumbuhkan rasa kesadaran bagi setiap orang terhadap rasa persatuan dan kesatuan bangsanya, guna menjaga kelangsungan hidup bangsa.

Pembelajaran sejarah memiliki karakteristiknya sendiri, begitu juga dengan ilmu sejarah. Dengan demikian dalam pembelajarannya pun memiliki karakteristik yang berbeda. Berikut beberapa karakteristik pembelajaran sejarah yaitu :

1. Pembelajaran sejarah mengajarkan tentang kesinambungan dan perubahan

2. Pembelajaran sejarah mengajarkan tentang jiwa zaman 3. Pembelajaran sejarah bersifat kronologis

4. Pembelajaran sejarah pada hakekatnya adalah mengajarkan tentang bagaimana perilaku manusia.

5. Kulminasi (tingkatan tertinggi) dari pembelajaran sejarah adalah memberikan pemahaman akan hukum-hukum sejarah. 8

Selain memiliki karakteristik tersendiri, pembelajaran sejarah juga memiliki tujuan. Menurut Moh. Ali (2005:351) pembelajaran sejarah nasional mempunyai tujuan :

1. Membangkitkan, mengembangkan, serta memelihara semangat kebangsaan;

2. Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala lapangan;

3. Membangkitkan hasrat mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya sebagai bagian dari sejarah dunia;

4. Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-undang Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu sepanjang masa. 9

8 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta, Aswaja Pressindo, 2014, hlm.57. 9 Ibid, hlm.58.


(31)

Sementara itu dalam peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa mata pelajaran sejarah di SMA secara rinci memiliki 5 tujuan agar perserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.

3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.

4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.

5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional. 10

b. Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Arifin berasal dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, dan kemudian dibakukan ke dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi, yang artinya hasil usaha.

Menurut Gronlund prestasi belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu. Sedangkan menurut Sudijarto (1993), prestasi belajar adalah tingkat pernyataan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran


(32)

sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. 11 Dari definisi di atas maka prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa dari kegiatan belajar, yang berupa nilai-nilai atau angka-angka yang diberikan oleh guru. Sedangkan pengertian secara umum prestasi belajar adalah hasil tertinggi yang telah dicapai seseorang dalam bidang tertentu. Keberhasilan siswa dalam kegiatan yang disebut belajar akan nampak dalam prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi belajarnya.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sangatlah penting, dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Yang tergolong faktor internal yaitu :

1. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya pengelihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas :

a. Faktor intelektif yang meliputi :

1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.


(33)

b. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Sedangkan yang tergolong faktor eksternal, ialah : 1. Faktor sosial yang terdiri atas :

a. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Mulai dari perhatian orang tua, keadaan ekonomi, dan hubungan antar anggota keluarga menjadi andil penting dalam memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar anak.

b. Lingkungan sekolah

Yang dimaksud sekolah, antara lain: guru, fasilitas sekolah, dan gedung sekolah.

c. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat meliputi teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberikan pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut.

d. Lingkungan kelompok

Lingkungan kelompok hampir sama dengan lingkungan masyarakat, akan tetapi lingkungan kelompok lebih pada kecenderungan dengan siapa anak tersebut bergaul. Mulai dari lingkungan kelompok tempat belajar ataupun kelompok yang didominasi anak yang putus sekolah.

2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.12 Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar siswa, yang akan dibahas di bawah ini.


(34)

2. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Untuk dapat memahami konsep atau teori mengenai tingkat Pendidikan orang tua, pada bagian ini akan diuraikan secara rinci konsep-konsep yang berkaitan dengan tingkat Pendidikan orang tua yaitu (a) pengertian pendidikan, (b) pengertian orang tua, (c) pengertian tingkat Pendidikan orang tua.

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Pendidikan terkait dengan

nilai-nilai, mendidik berarti “memberikan, menanamkan, menumbuhkan” nilai -nilai pada peserta didik. pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. 13

Menurut profesor Kohnstamm dan profesor Gunning, pendidikan adalah pembentukan hati nurani. Artinya, lewat upaya pendidikan, anak belajar mendengarkan suara hati nurani sendiri, dan belajar hidup sesuai dengan perintah hati nurani tersebut. Karena pendidikan itu juga diartikan sebagai proses pembentukan-diri dan penentuan-diri secara etis/susila

13 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung, Pt Remaja


(35)

sesuai dengan suara hati nurani, mengarah pada pemulaan tingkah laku yang luhur (nobel) dan sosial.14

Sedangkan Philip H. Coombs menklarifikasikan pendidikan ke dalam tiga bagian, yaitu :

1. Pendidikan Informal

Pendidikan informal merupakan proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seorang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.

2. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang, dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari Taman Kanak-kanak sampai pada perguruan tinggi.

3. Pendidikan Non-Formal

Pendidikan non-formal ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana di luar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini tenaga pengajar, fasilitas, cara penyampaian, dan waktu yang dipakai, serta komponen-komponen lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta atau anak didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan. 15

b. Pengertian Orang Tua

Orang tua dan juga keluarga adalah pendidikan kodrat dan berlangsung selama hidup yang didasarkan hubungan cinta kasih dan merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam memberikan pengaruh kepada kepribadian anak. 16

14 Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis (Apakah Pendidikan Masih Diperlukan ?),

Bandung, Mandar Maju, 1992, hlm. 30.

15 Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, Bandung, Angkasa, 1984, hlm. 58-59. 16 Ali Saifullah, Pendidikan-pengajaran dan Kebudayaan Pendidikan Sebagai Gejala


(36)

Yang dimaksud orang tua di sini adalah ayah dan ibu. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anaknya dalam keluarga. Orang tua mempunya pengaruh besar dalam proses perkembangan anaknya, baik itu dari sisi moral,watak, sikap, dan pendidikan anaknya.

Tanggung jawab orang tua bukan hanya dalam mendidik, melainkan membiayai pendidikan, mencakup literatur bagi anak-anaknya, memberikan kebutuhan sekolahnya, dan mengajarinya di rumah sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 17

c. Pengertian Tingkat Pendidikan Orang Tua

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah jenis pendidikan formal untuk peserta didik usia 7 sampai dengan 18 tahun. 18

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai orang tua. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan memberikan pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu pengaruh pada jenjang pekerjaan formal dan status sosial dalam masyarakat. 19

Pendidikan formal ialah pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak, Sekolah Dasar,

17 Tatang S, op-cit, hlm. 81.

18 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,

Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Pt Imperial Bhakti Utama, 2007, hlm. 117.

19 Yohana Dini Agustin, Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua, Perhatian Orang Tua dan

Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa, Yogyakarta, Sanata Dharma, 2003, Skripsi, hlm. 11.


(37)

Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan, sampai dengan Perguruan Tinggi.

Pada setiap jenjang pendidikan formal memiliki tingkat kesulitan yang berbeda yang disesuaikan dari tingkatan terendah sampai dengan tertinggi. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan formal orang tua, maka orang tua akan semakin memiliki pengalaman dan bekal pengetahuan yang sangat baik ketimbang mereka yang tidak memiliki jenjang pendidikan yang tinggi. Misalnya, orang tua yang berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik ketimbang orang tua yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali, begitu juga seseorang yang berhasil menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama akan memiliki pengetahuan yang lebih baik ketimbang mereka yang hanya lulusan sekolah dasar dan bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan formal sekali pun. Begitu seterusnya, semakin tinggi jenjang pendidikan formal yang ditempuh seseorang maka semakin berpengalaman dan memiliki bekal pengetahuan yang sangat baik.

Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan sangat baik dalam mengatur pola perkembangan anaknya. baik dari segi sikap, maupun pendidikannya. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah untuk mengetahui apa yang diperlukan anaknya di dalam dunia pendidikan, dan lebih bisa mendidik serta membantu anaknya dalam kegiatan belajar berdasarkan pengalaman


(38)

yang pernah mereka terima sewaktu mengenyam pendidikan. Sebaliknya, pada kehidupan nyata terlihat bahwa sebagian besar orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan cenderung kurang memperhatikan pendidikan anaknya, yang terpenting bagi mereka anaknya pergi sekolah dan pulang sekolah tanpa memperhatikan nilai, kebutuhan dan permasalahan yang dialami oleh anaknya di sekolah.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan orang tua yaitu orang tua baik itu bapak atau ibu siswa yang telah menyelesaikan studi formalnya, baik di jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga perguruan tinggi.

3. Minat Belajar a. Pengertian Belajar

Sebelum mengetahui pengertian dari minat belajar, dalam penelitian ini akan menjelaskan terlebih dahulu tentang pengertian dari belajar.

Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya dan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, nilai-sikap, yang bersifat konstan/berbekas. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam perilaku nyata. 20


(39)

Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Sedangkan menurut Slameto, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 21

Menurut Abin Syamsudin Makmun, belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Sedangkan menurut Atkinson, belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang terjadi akibat latihan. 22

Dari beberapa pengertian belajar menurut para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar juga memiliki beberapa prinsi-prinsip yang harus dimiliki oleh setiap individu agar dalam proses belajar dapat berjalan secara efektif

21 Slameto, op-cit, hlm. 2.


(40)

dan efesien. Menurut Slameto, prinsip-prinsip belajar diklarifikasikan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b. Belajar harus dapat menimbulkan penguatan dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksi.

c. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2. Sesuai hakikat belajar

a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

b. Belajar adalah proses organisasi, adaptisi, eksplorasi dan discovery. c. Belajar adalah proses kontinguitus (hubungan antara pengertian yang

satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan.

3. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

4. Syarat keberhasilan belajar

a. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

b. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.23

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu. Di dalam


(41)

bukunya yang berjudul “Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi” Slameto mengklarifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yaitu sebagai berikut:

Yang tergolong faktor internal yaitu :

1. Faktor jasmaniah

Baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk dalam faktor ini adalah faktor kesehatan, dan cacat tubuh.

2. Faktor psikologis

Terdapat tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

3. Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan cenderung untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dari kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Sedangkan yang tergolong faktor eksternal dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1. Faktor keluarga

Yang termasuk dalam faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

2. Faktor sekolah

Yang termasuk dalam faktor sekolah yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa, pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa di dalam masyarakat. Dalam faktor masyarakat ini dibagi menjadi empat


(42)

golongan yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.24

c. Pengertian Minat Belajar

Menurut pengertian yang bersifat umum, yang dimaksud dengan minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya (satisfiers). Demikian minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulasi khusus sesuai dengan keadaan tersebut.

Menurut Carl Safran (1985), minat adalah perasaan yang positif terhadap suatu aktivitas, orang, pengalaman, atau benda. 25 Sedangkan menurut Sardiman, minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. 26

Sedangkan menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula

24 Slameto, op-cit, hlm. 54.

25 Dewa ketut, Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Bina Aksara, 1988, hlm.61-62.


(43)

dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. 27

Dengan demikian, dari beberapa pengertian minat di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan suatu bentuk kesenangan, keaktifan, partisipasi, dan kesadaran seseorang terhadap suatu bidang yang berkaitan dengan kegiatan belajar, yang berpengaruh terhadap hasil atau prestasi belajar.

B. Kerangka Berpikir

Tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tingkat pendidikan orang tua merupakan jenjang pendidikan formal yang berhasil dicapai atau dikenyam oleh orang tua. Pendidikan formal ialah pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan, sampai dengan Perguruan Tinggi.

Tingkat pendidikan orang tua dapat menjadi salah satu faktor yang berguna dalam meningkatkan prestasi belajar anaknya, karena orang tua yang memiliki jenjang pendidikan yang tinggi pada umumnya memiliki kepedulian untuk mengarahkan anaknya dalam belajar. Dalam hal ini, orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan dimungkinkan untuk lebih baik


(44)

dalam mengatur pola belajar, mengajari, melengkapi kebutuhan sekolah, hingga sampai mengecek nilai atau prestasi yang diraih oleh anaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, pengetahuan yang dimiliki, informasi yang diketahui dan pengalaman belajar yang sangat baik akan semakin mampu mengarahkan anak dalam kegiatan belajar, membagi waktu belajar, dan orang tua tersebut cenderung peka terhadap kebutuhan sekolah anaknya sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai anaknya.

Selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh minat belajar seseorang. Minat belajar merupakan suatu bentuk keaktifan dan ketertarikan seseorang terhadap suatu bidang yang terkait dalam kegiatan belajar, yang berpengaruh terhadap hasil dan prestasi belajar seseorang.

Minat belajar yang ditekankan di sini mencangkup rasa senang, keaktifan, partisipasi, dan kesadaran terhadap suatu kegiatan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa minat belajar dilihat dari ketertarikan setiap siswa dalam pembelajaran sejarah sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki minat tinggi akan cenderung memiliki gairah belajar yang tinggi yang berdampak pada prestasi belajar yang tinggi pula. Dengan adanya minat belajar yang tinggi terhadap pembelajaran sejarah maka diyakini memberikan dampak kepada siswa dalam meningkatkan prestasi belajar sejarah, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran sejarah bisa dipahami dan diamalkan dalam proses kehidupan


(45)

sehari-hari siswa, baik itu di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sosialnya.

Kerangka berpikir tersebut dapat dilihat secara singkat di bawah ini (skema kerangka berpikir):

Skema Kerangka Berpikir :

B A

B

B1 B2

A

A1 A1B1 A1B2

A2 A2B1 A2B2


(46)

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. H0A : “Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar sejarah siswa”.

H1A : “Ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar sejarah siswa”.

2. H0B : “Tidak ada pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah

siswa”.

H1B : “Ada pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah

siswa”.

3. H0AB : “Tidak ada pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa”.

H1AB : “Ada pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa”.


(47)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Depok, yang berlokasi di Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Adapun objek penelitian adalah kelas XI.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016.

B. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 28

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa-siswi SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 516 siswa, semuanya diambil dari kelas XI (sebelas).


(48)

b. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. 29 Mengenai pengambilan sampel, maka peneliti berpedoman

pada pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa “Apabila subyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. 30

Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Maka, diambil presentase sampel dalam penelitian ini yaitu 25% dari 516 siswa, sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 129 siswa, yaitu berasal dari empat kelas dari enam belas kelas XI yang ada di SMK N 2 Depok Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling. Teknik purposive random sampling digunakan apabila sampel yang diambil berasal dari populasi homogen. Selain itu, teknik purposive random sampling digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. 31 tujuannya adalah untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan.

Penelitian mengambil sampel dari kelas XI (sebelas) dengan mempertimbangkan siswa yang berasal dari kelas XI sudah memiliki

29 Sugiyono, Ibid, hlm. 62.

30 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, Jakarta, PT Bina Aksara,

1989, hlm.107.


(49)

pengalaman belajar selama 2 semester. Selain itu juga dipilihnya kelas XI (sebelas) disebabkan oleh kelas XI sudah memiliki hasil nilai raport di semester genap kelas X (sepuluh) yang dibutuhkan peneliti sebagai tolak ukur variabel prestasi. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti apakah tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa.

C. Definisi Operasional Variabel 1. Tingkat Pendidikan Orang tua

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai oleh orang tua. Pendidikan formal ialah pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan, sampai dengan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan

TABEL 3.1 Sampel Siswa-siswi Kelas XI SMK N 2 Depok

Kelas Jumlah Siswa

T. Kimia Analis A 32

T. Kimia Analis B 32

T. Kendaraan Ringan 32

T. Permesinan B 33


(50)

orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berupa tingkat pendidikan formal terakhir yang diperoleh oleh orang tua siswa.

2. Minat Belajar

Minat belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk kesenangan, keaktifan, partisipasi, dan kesadaran seseorang terhadap suatu bidang yang berkaitan dengan kegiatan belajar. Sedangkan minat belajar sejarah merupakan adanya kesenangan, keaktifan, partisipasi dan kesadaran yang diwujudkan dengan ketertarikan dalam mempelajari apa saja yang berhubungan dengan sejarah, baik dengan membaca buku, menulis, aktif bertanya, mengerjakan tugas, mengunjungi tempat-tempat, membuat dokumentasi, mendengarkan cerita dan menonton acara-acara yang berkaitan dengan sejarah.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah kecakapan nyata atau aktual sebagai hasil dari suatu usaha yang dapat dengan segera diuji dan didemonstrasikan, atau suatu gambaran kongkret yang menyatakan hasil kegiatan atau perbuatan seseorang yang telah dicapai, baik secara individu atau kelompok. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berupa nilai raport semester genap siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta.


(51)

D. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yaitu penelitian yang dilakukan setelah peristiwa sudah terjadi. Menurut Nana Sujana ex-post facto sebagai metode penelitian yang menunjuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas yang telah terjadi sebelumnya sehingga penelitian tidak perlu memberikan perlakuan lagi, tinggal melihat efeknya pada variabel terikat.32

Penelitian ex-post facto merupakan metode yang dapat dipakai dalam situasi yang dihadapi oleh banyak penelitian pendidikan.33 Penelitian ex-post facto memberikan informasi yang terjadi dalam bidang pendidikan dan berpengaruh dalam setiap pengambilan keputuasan di bidang pendidikan.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan 2 metode yakni penggunaan angket atau kuesioner dan metode dokumentasi. Metode kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data dari variabel tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar yang akan diperoleh dengan menyebarkan kuesioner pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok, Yogyakarta. Sedangkan metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dari variabel terikat yakni prestasi belajar sejarah siswa. Data yang digunakan dalam metode dokumentasi ini diperoleh dari arsip nilai raport

32 Nana Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung, Sinar Baru, 1989,

hlm.56.

33 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 1982,


(52)

semester genap yang dimiliki oleh guru sejarah kelas X SMK Negeri 2 Depok, Yogyakarta.

2. Prosedur Pengumpulan Data

a. Tahap Persiapan 1) Menyusun proposal

2) Meminta izin kepada Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma untuk mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Dan Minat Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta. 3) Meminta izin kepada kepala sekolah SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta

untuk memberi izin menggunakan sekolahnya sebagai tempat penelitian. 4) Menyusun instrumen penelitian.

5) Uji coba instrumen penelitian. b. Tahap Pelaksanaan

1) Pengumpulan data

a) Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Minat

Untuk mendapatkan data tingkat pendidikan orang tua dan minat, menggunakan kuesioner yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kepada siswa kelas XI yang menjadi subyek penelitian, dimana kuesioner ini diisi oleh siswa. Untuk mengumpulkan kuesioner ini, siswa dapat mengumpulkannya kepada guru sejarah atau kepada peneliti.


(53)

b) Prestasi Belajar Sejarah

Untuk mendapatkan prestasi belajar sejarah siswa, peneliti meminta data nilai raport semester genap kepada guru sejarah.

2) Pengecekan kuesioner

Pada saat kuesioner terkumpul, peneliti mengadakan pengecekan terhadap kuesioner. Pengecekan dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner sah atau tidak. Kuesioner dianggap sah apabila responden mengisi sesuai dengan petunjuk pengisian dan kuesioner dianggap tidak sah apabila responden mengisi tidak sesuai dengan petunjuk pengisian. 3) Pengolahan dan analisis data.

4) Penyusunan laporan penelitian.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Data lapangan diperoleh dari hasil atau penelitian lapangan, dalam hal ini teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan angket (kuesioner) dan dokumentasi. Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan positif/negatif secara tertulis kepada responden untuk menjawab. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan dengan memilih dari sejumlah alternatif. Penskoran menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban. Sedangkan untuk memperoleh data prestasi belajar sejarah digunakan dokumentasi berupa nilai raport pelajaran sejarah pada semester genap siswa


(54)

kelas XI SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016. Selain itu, untuk mendapatkan data yang dipercaya dan dipertanggungjawabkan instrumen penelitian yang dipakai harus valid dan reliabel. Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, maka dilakukanlah uji coba alat pengukur data.

1. Instrumen penelitian a. Kuesioner/Angket

Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan angket (kuesioner). Kuesioner/angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data. Dalam pengumpulan data, kuesioner dianggap baik apabila cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah ditentukan sesuai dengan struktur pengumpulan data kuesioner/angket itu sendiri. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner tertutup, yang mana jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggil memilih.34 Tingkatan jawaban yang peneliti gunakan adalah sangat setuju, setuju, ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skor dari tiap jawaban tersebut diurutkan antara 5,4,3,2,1.


(55)

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. 35 Metode dokumentasi yang digunakan oleh peneliti berupa nilai raport semester genap siswa kelas XI SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016, sebagai tolak ukur prestasi belajar siswa.

2. Uji coba instrumen a. Validitas instrumen

Penelitian ini menggunakan validitas konstruksi (Contruct Validity). “Kontruksi” dalam pengertian ini bukanlah “susunan” seperti yang sering dijumpai dalam teknik, tetapi merupakan rekaan psikologis,

35 Ibid, hlm. 188

TABEL 3.2 Penskoran Skala Likert

Alternatif Jawaban

Skor Untuk Pertanyaan Positif Negatif

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4


(56)

yaitu suatu cara tertentu “memerinci” isi jiwa atas beberapa aspek seperti: ingatan (pengetahuan), pemahaman, aplikasi, dan seterusnya. 36

Validitas kontruksi digunakan untuk menguji item-item dalam kuesioner minat belajar siswa, sedangkan untuk menguji validitas instrumen dari variabel bebas digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson dengan signifikansi sebesar 0,02 yaitu sebagai berikut:

= �.∑�. − ∑� . ∑

√{�∑� −(∑ } . {�∑ − ∑ }

Keterangan :

rXy = koefesien korelasi antara variabel � dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

N = jumlah item kuesioner ∑ �Y = jumlah � dengan Y �2 = kuadrat dari � Y2 = kuadrat dari Y

Setelah dihitung dengan rumus product moment, maka untuk mengetahui besar taraf signifikan butir item dihitung dengan rumus: 37

� =r√n−√ − Keterangan :

t = taraf signifikan

r = korelasi skor item dengan skor total n = jumlah butir item

Berdasarkan rumus di atas, soal akan dianggap valid apabila rxy hitung > r tabel. 38

36 Suharsimi Arikunto, op-cit, hlm. 83.

37 Nana Sudjana, Metode Statistika, Bandung, Tarsito, 1992, hlm. 257. 38 Sugiyono, op-cit, hlm.230.


(57)

b. Hasil Uji Coba Validitas Instrumen

Setelah dilakukan uji coba pada kelas XI SMK N 2 Depok Yogyakarta, hasil uji coba tersebut dihitung dengan menggunakan rumus t, untuk mengetahui besarnya taraf signifikansi butir tiap item. Dari 60 butir kuesioner minat belajar sejarah, ada 54 butir pertanyaan yang valid. Butir kuesioner minat belajar yang dinyatakan gugur ada 6 yaitu 4, 9, 21, 22, 49, 56. (Terlampir halaman 84)

c. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan kata lain, reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes.

Untuk menghitung reliabilitas kuesioner variabel bebas digunakan rumus Split-half, sebagai berikut: 39

= +. ⁄ ⁄

⁄ ⁄

Keterangan:

r11 = Reliabilitas internal seluruh instrumen

⁄ ⁄ = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus Split-half didapat hasil r = 0,9104. (Terlampir halaman 88)


(58)

G. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskripsi analisis tingkat pengaruh. Penelitian ini bertujuan untuk membantu peneliti untuk memberikan uraian yang sistematis tentang fakta-fakta yang ada sesuai dengan hasil penelitian. Cara yang digunakan untuk mendapatkan keterangan tingkat pengaruh dan pengaruh secara bersama antara variabel yang diteliti adalah dengan model analisis variansi dua jalan. Analisis varians (analysis of variance), merupakan sebuah teknik analisis inferensial yang digunakan untuk menguji perbedaan rerata nilai. 40

Tujuan dari analisis variansi dua jalan adalah untuk menguji signifikansi efek dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis variansi mempunyai mempunyai keuntungan yaitu dapat dilakukannya uji beda rerata untuk beberapa populasi sekaligus. 41

Analisis varians atau Anava dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata nilai dari dua atau lebih sampel secara bersama-sama.

Gambar 3.1 : Desain Faktorial Dua Faktor

B A

B

B1 B2

A

A1 A2 A3

40 Suharsimi Arikunto, op-cit, hlm. 497.

41 Budiyono, Statistika untuk Penelitian, Surakarta, Sebelas Maret University Press, 2015,


(59)

Keterangan :

A : Tingkat Pendidikan Orang Tua

A1 : Tingkat Pendidikan Orang Tua Tinggi A2 : Tingkat Pendidikan Orang Tua Sedang A3 : Tingkat Pendidikan Orang Tua Rendah B : Minat Belajar

B1 : Minat Belajar Tinggi B2 : Minat Belajar Rendah

H. Analisis Data Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan maka untuk menguji hipotesis yang dinyatakan dalam variabel bebas dan terikat digunakan Analisis Variansi dua jalan. Analisis ini dapat menunjukkan secara bersama-sama tentang pengaruh Tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar sejarah siswa dan pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar sejarah siswa, serta pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar sejarah siswa.

Teknik analisis varians ini harus memenuhi syarat : 1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah melakukan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan di analisis. Untuk melakukan uji normalitas digunakan uji Lilliefors yang statistik ujinya adalah :

L = Maks {F(zi)-S(zi)} Keterangan :

L : hasil statistik uji Lilliefors Ltabel : tabel penguji


(60)

F(zi) : frekwensi kumulatif teoritik

S(zi) : frekwensi kumulatif empirik (No. Skor/ N)

Jika Lhitung < Ltabel, maka sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 42

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah kelompok yang diambil sebagai sampel yang berasal dari populasi yang sama. Uji homogenitas memakai metode Bartlett dengan rumus sebagai berikut :

a. Hipotesis :

H0 : sampel berasal dari populasi yang homogen H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang homogen

b. Menyusun tabel kerja uji homogenitas

Sampel Dk 1/2 dk Si2 Log Si2 dk.log Si2

c. Menghitung S2, B dan 2 S2= ∑ −

∑ −

B = (log S2) x ∑(ni - 1) �2 = 2,303 x {B-(dk) log si2} keterangan :

S2 = varians gabungan Si2 = varians tiap sampel B = harga satuan ni = jumlah sampel ke i


(61)

d. Keputusan uji

H0 diterima jika �2 hitung < �2 tabel atau H0 ditolak bila �2 hitung > �2 tabel.

3. Uji Hipotesis

Dalam menguji hipotesis anava dua jalan digunakan rumus sebagai berikut:

a. Rumus

χijk= μ + α1 + βj+(αβ)ij+ ᵋijk Keterangan:

χijk : Prestasi belajar pada subyek ke-k dibawah faktor A (Tingkat Pendidikan Orang Tua) kategori i dan faktor B (minat belajar) kategori j.

Faktor A : Tingkat Pendidikan Orang Tua terdiri dari tiga kategori yaitu A1 (Tinggi), A2 (Sedang), A3 (Rendah).

Faktor B : Minat belajar terdiri dari dua kategori yaitu B1 (Tinggi) dan B2 (Rendah).

i : 1,2 ; I=1 : tinggi; I=2 : Sedang I=3 : rendah j : 1,2 ; J=1 : tinggi; J=2 : rendah

k : 1,2,3,4,...,nij

μ : rerata besar

βj : pengaruh faktor B kategori j terhadap Xijk

(αβ)ij : pengaruh secara bersama-sama antara faktor A kategori I dan faktor B kategori J terhadap Xijk

ᵋijk : galat yang berdistribusi normal N43


(62)

b. Hipotesis statistiknya adalah : H0A : αi = 0 untuk semua harga i

H1A : αi ≠ 0 untuk paling sedikitnya satu harga i H0B : βj = 0 untuk semua harga j

H1B : βj ≠ 0 untuk paling sedikitnya satu harga j H0AB : (αβ)ij = 0 untuk semua (gabungan) harga (i,j) H1AB : (αβ)ij ≠ 0 untuk paling sedikitnya satu harga (i,j) 44 Dimana :

H0A = Tidak ada pengaruh prestasi belajar sejarah antara siswa yang tingkat pendidikan orang tua tinggi dengan siswa yang tingkat pendidikan orang tua rendah

H1A = Ada pengaruh prestasi belajar sejarah antara siswa yang tingkat pendidikan orang tua tinggi dengan siswa yang tingkat pendidikan orang tua rendah

H0B = Tidak ada pengaruh prestasi belajar sejarah antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah

H1B = Ada pengaruh prestasi belajar sejarah antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah


(63)

H0AB = Tidak ada pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar sejarah

H1AB = Ada pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua dan minat belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar sejarah.

c. Tabel Anava Dua Jalan

TABEL 3.4 Uji Anava Dua Jalan Sumber

Variasi Jumlah Kuadrat

Derajat Kebebasan

Rerata Kuadrat

Statistik

Uji P

Baris (A) Kolom (B) Antara AB (Pengaruh Bersama) = �� − � = �� − � = �� − � − − A-1 B-1 �� X�� �� �� �� 0,05

Dalam (d) = − − �� X��

��

Total (T) = � � N-1

d. Statistik Uji 1. Fa = Rka / Rkerr

Dimana Fa berdistribusi F dengan derajat kebebasan p-1 dan N-pq 2. Fb = RKb / Rkerr


(64)

3. Fab = Rkab / Rkerr

Dimana Fab berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p-q) (q-1) dan (N-pq)

Keputusan ujinya adalah : 1. Fa > Fα ; p-1, N-pq 2. Fb > Fα ; q-1, N-pq

3. Fab > Fα ; (p-1)(q-1), N-pq 45 e. Keputusan uji

Hipotesis nol ditolak apabila harga statistik ujinya yang bersesuaian melebihi harga kritiknya.

I. Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang menunjuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas yang telah terjadi sebelumnya sehingga penelitian tidak perlu memberikan perlakuan lagi, tinggal melihat efeknya pada variabel terikat. Adapun yang menjadi variabelnya adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas

a. Tingkat pendidikan orang tua dibedakan antara rendah, sedang, dan tinggi :

1) Tingkat Pendidikan Rendah : tamat SD, SMP, dan tidak sekolah 2) Tingkat Pendidikan Sedang : Tamat SMA/SMK

3) Tingkat Pendidikan Tinggi : Tamat Perguruan Tinggi b. Minat belajar dibedakan antara rendah dan tinggi :

1) Minat Belajar Rendah : < 189 2) Minat Belajar Tinggi : > 190


(65)

2. Variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa, berdasarkan kriteria yang tetapkan oleh peneliti dengan berlandaskan pada ketentuan standar dari SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta, maka prestasi belajar siswa dibagi menjadi lima yaitu:

1) Prestasi belajar sangat tinggi : 85-100 2) Prestasi belajar tinggi : 75-84 3) Prestasi belajar sedang : 60-74 4) Prestasi belajar rendah : 50-59 5) Prestasi belajar rendah : 0-49 46

J. Jadwal Kegiatan

TABEL 3.5 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Pelaksanaan

AGUST SEPT OKTO NOV DES JAN FEB MAR

1 Penyusunan Proposal 2 Penyusunan

instrumen 3 Perijinan 4 Uji coba

instrumen 5 Pengumpulan

data 6 Analisis data 7 Penyusunan

laporan


(66)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Jumlah sampel siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah 129 siswa yang berasal dari kelas XI SMK N 2 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015-2016. Adapun data selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:

1. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Tinggi dan Minat Belajar Tinggi

Data prestasi belajar sejarah siswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar tinggi diperoleh rentang skor antara 75-90 sebanyak 9 siswa, dengan rata-rata ( χ ) 83,11; Median (Me) 82,89; Modus (Mo) 81,3; dan Standar Deviasi (Sd) 81,04. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada histogram berikut:

0 1 2 3 4 5

78-81 82-85 86-89 90-93

Frekuensi

Gambar histogram prestasi belajar sejarah berdasarkan tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar tinggi


(67)

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar tinggi, berpengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Siswa yang mempunyai tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar tinggi jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar rendah. (Terlampir halaman 104)

2. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Tinggi dan Minat Belajar Rendah

Data prestasi belajar sejarah siswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar rendah diperoleh rentang skor antara 74-85 sebanyak 16 siswa, dengan rata-rata ( χ ) 77,31; Median (Me) 76,78; Modus (Mo) 76,2; dan Standar Deviasi (Sd) 73,15. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada histogram berikut:

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar rendah,

0 2 4 6 8 10

74-76 77-79 80-82 83-85

Frekuensi

Gambar histogram prestasi belajar sejarah berdasarkan tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar rendah


(68)

berpengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Siswa yang mempunyai tingkat pendidikan orang tua tinggi menghasilkan prestasi belajar sejarah yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat pendidikan orang tua rendah. (Terlampir halaman 105)

3. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Sedang dan Minat Belajar Tinggi

Data prestasi belajar sejarah siswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua rendah dan minat belajar tinggi diperoleh rentang skor antara 75-90 sebanyak 36 siswa, dengan rata-rata ( χ ) 81,97; Median (Me) 78,81; Modus (Mo) 80,51; dan Standar Deviasi (Sd) 87,16. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada histogram berikut:

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua sedang dan minat belajar tinggi, berpengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Siswa yang mempunyai prestasi belajar sejarah yang tinggi lebih banyak jumlahnya dibandingkan

0 5 10 15

75-78 79-82 83-86 87-90

Frekuensi

Gambar histogram prestasi belajar sejarah berdasarkan tingkat pendidikan orang tua sedang dan minat belajar tinggi


(69)

dengan siswa yang mempunyai tingkat pendidikan orang tua Tinggi dan minat belajar tinggi maupun siswa yang mempunyai tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar rendah. (Terlampir halaman 107)

4. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Sedang dan Minat Belajar Rendah

Data prestasi belajar sejarah siswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua rendah dan minat belajar rendah diperoleh rentang skor antara 74-85 sebanyak 36 siswa, dengan rata-rata ( χ ) 77,97; Median (Me) 78,76; Modus (Mo) 77,74; dan Standar Deviasi (Sd) 83. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada histogram berikut:

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua sedang dan minat belajar rendah, berpengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Siswa yang memiliki tingkat pendidikan orang tua sedang dan minat belajar tinggi memiliki jumlah yang sama banyak dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat

0 5 10 15 20

74-76 77-79 80-82 83-85

Frekuensi

Gambar histogram prestasi belajar sejarah berdasarkan tingkat pendidikan orang tua sedang dan minat belajar rendah


(70)

pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar tinggi maupun siswa yang mempunyai tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar rendah. (Terlampir halaman 108)

5. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Rendah dan Minat Belajar Tinggi

Data prestasi belajar sejarah siswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua rendah dan minat belajar tinggi diperoleh rentang skor antara 75-84 sebanyak 17 siswa, dengan rata-rata ( χ ) 81,35; Median (Me) 80,45; Modus (Mo) 80,21; dan Standar Deviasi (Sd) 81,7. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada histogram berikut:

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua rendah dan minat belajar tinggi, berpengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Siswa yang mempunyai prestasi belajar sejarah yang tinggi lebih banyak jumlahnya dibandingkan

0 5 10 15

75-78 79-82 83-86 87-90

Frekuensi

Gambar histogram prestasi belajar sejarah berdasarkan tingkat pendidikan orang tua rendah dan minat belajar tinggi


(71)

dengan siswa yang mempunyai tingkat pendidikan orang tua rendah dan minat belajar tinggi. (Terlampir halaman 109)

6. Data Prestasi Belajar Sejarah dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua Rendah dan Minat Belajar Rendah

Data prestasi belajar sejarah siswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua rendah dan minat belajar rendah diperoleh rentang skor antara 75-84 sebanyak 15 siswa, dengan rata-rata ( χ ) 77,73; Median (Me) 78,14; Modus (Mo) 77,56; dan Standar Deviasi (Sd) 68,92. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada histogram berikut:

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa pengaruh secara bersama antara tingkat pendidikan orang tua rendah dan minat belajar rendah, berpengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Siswa yang memiliki tingkat pendidikan orang tua rendah dan minat belajar rendah lebih kecil jumlahnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat pendidikan orang tua tinggi dan minat belajar tinggi. (Terlampir halaman 110)

0 2 4 6 8

75-78 79-82 83-86 87-90

Frekuensi

Gambar histogram prestasi belajar sejarah berdasarkan tingkat pendidikan orang tua rendah dan minat belajar tinggi


(1)

126

i. Rangkuman Analisis Variansi Data Prestasi Siswa

Sumber

Variansi JK DK RK Fhit Ftab P H0

Baris A 216035,2321 1 216035,2321 33,326 3,91 <0,05 Ditolak Kolom

(B) 324822,3448 2 162411,1724 25,054 3,07 <0,05 Ditolak Antara

AB (Pengaruh

Bersama)

797336,92 2 1242618,522 191,691 3,07 <0,05 Ditolak

Error 797322,757 123 6482,41398 Total 3823431,5409 128


(2)

127 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

128 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

129 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

130 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

131 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS ATAS Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Motivasi Orang Tua Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas Atas SDN 03 Buran Tahun 2015/2016.

0 2 17

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI Pengaruh Minat Belajar Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi SD Negeri 01 Wonolopo Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 11

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI Pengaruh Minat Belajar Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi SD Negeri 01 Wonolopo Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 16

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V Di SD Negeri 1 Jagoan Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 3 16

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V Di SD Negeri 1 Jagoan Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 9

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PENGARUH MINAT BELAJAR DAN KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GATAK TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 17

PENGARUH DISIPLIN SISWA DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENGARUH DISIPLIN SISWA DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SMK VETERAN KLATEN.

0 1 9

PENGARUH PRESTASI BELAJAR DAN PENGHASILAN ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA BERWIRASWASTA KELAS XI SMK BATIK 2 Pengaruh Prestasi Belajar Dan Penghasilan Orang Tua Terhadap Minat Siswa Berwiraswasta Kelas Xi Smk Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 17

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA, DISIPLIN BELAJAR, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN AJARAN 2016/2017.

1 2 181

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN KONTINUITAS BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI JUMAPOLO TAHUN AJARAN 2015/2016.

6 35 195