b Tidak memanfaatkan ataupun merugikan pihak lain. 4. Kemampuan untuk jujur dan terbuka.
a Mengekspresikan perasaan secara jujur dan tulus. b Mengungkapkan pendapat dan keyakinan dengan tepat.
5. Kemampuan untuk bersikap tegas dan aktif. a Tegas dan memiliki keyakinan yang kuat akan tindakannya.
b Menyatakan diri secara bebas.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Asertif
Manusia tidak akan menjadi asertif dengan sendirinya, artinya ada faktor- faktor  tertentu  yang  menyebabkan  timbulnya  perilaku  asertif.  Santosa  1999
mengungkapkan lima faktor yang mempengaruhi asertivitas, yaitu : a. Pola asuh orangtua.
Ada tiga macam pola asuh orangtua, yaitu : a Pola asuh otoriter
Pada  pola  asuh  otoriter  orangtua  akan  mendidik  anak  secara  keras, disiplin  dan  penuh  dengan  aturan-aturan  yang  pada  dasarnya  membatasi
ruang lingkup anak. Akibatnya, anak akan menjadi remaja yang senantiasa bergantung  pada  orang  lain.  Apabila  pola  asuh  disertai  perilaku  agresif,
maka  di  kemudian  hari  anak  berkembang  menjadi  remaja  yang  sulit mengontrol dirinya.
b Pola asuh demokratis Pada  pola  ini  orangtua  akan  mengasuh  anak  dengan  penuh  kasih
sayang  tetapi  tidak  dengan  cara  memanjakan  mereka.  Orangtua  akan banyak mendiskusikan berbagai permasalahan dengan anak sehingga anak
mengerti  tentang  apa  yang  benar  serta  mampu  mengkomunikasikan keinginan mereka secara wajar.
c Pola asuh permisif Orangtua  pada  pola  asuh  ini  mendidik  anak  tanpa  aturan  yang
mengikat  dan  memperbolehkan  segala  keinginan  anak  tanpa  adanya tuntutan-tuntutan  tertentu.  Akibatnya,  anak  akan  terbiasa  untuk
mendapatkan segala sesuatu dengan mudah dan cepat. b. Kebudayaan.
Kebudayaan  biasanya  berhubungan  dengan  norma-norma  yang  ada  dan mempunyai  peranan  yang  cukup  besar  dalam  mempengaruhi  terbentuknya
perilaku  asertif.  Geertz,  1961  dalam  Suseno,  2001  mengatakan  bahwa  ada dua  kaidah  yang  paling  menentukan  pola  pergaulan  dalam  masyarakat  Jawa.
Kaidah  pertama  mengatakan  bahwa  dalam  setiap  situasi  manusia  hendaknya bersikap  sedemikian  rupa  hingga  tidak  menimbulkan  konflik.  Kaidah  kedua
menuntut  agar  manusia  dalam  cara  bicara  dan  membawa  diri  selalu menunjukkan  sikap  hormat  terhadap  orang  lain.  Hal  ini  mempunyai  peranan
yang cukup besar dalam mempengaruhi terbentuknya perilaku asertif. c. Usia.
Usia  merupakan  salah  satu  faktor  yang menentukan  perilaku  asertif.  Perilaku asertif  pada  anak  kecil  belum  terbentuk  karena  struktur  kognitifnya  belum
memungkinkan  mereka  untuk  menyatakan  apa  yang  diinginkan  dengan  baik dan  jelas.  Pada  masa  remaja  dan  dewasa  perilaku  asertif  menjadi  lebih
berkembang, sedang pada usia lanjut tidak begitu jelas perkembangannya.