Budaya Jawa di Yogyakarta
individu dengan latar belakang budaya yang berbeda. Ada individu yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaannya tetapi ada juga individu
yang tidak merasa kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya. Adanya perbedaan pandangan, karakter, nilai-nilai pribadi, budaya dan kondisi lingkungan
tempat tinggal akan mempengaruhi individu dalam bersikap asertif. Hal inilah yang membuat adanya perbedaan antara mahasiswa Batak Toba yang tinggal di
Yogyakarta dengan mahasiswa Batak Toba yang tinggal di Medan dalam berperilaku asertif.
Mahasiswa Batak Toba yang tinggal di daerah Medan, umumnya lebih berterus terang. Dengan kata lain mereka senantiasa terbuka dan secara lugas
dapat mengungkapkan diri mereka. Hal tersebut disebabkan karena mereka berinteraksi dengan masyarakat suku yang sama, yang pada umumnya lugas dan
secara spontan mampu mengutarakan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diharapkan. Berbeda halnya dengan mereka yang berdomisili di Yogyakarta.
Mereka akan lebih sulit mengutarakan pikiran dan perasaan secara langsung karena mereka terpengaruh oleh kuatnya budaya Jawa yang identik dengan
budaya berpura-pura yang cenderung menutupi perasaan negatif, seperti rasa sedih, perasaan benci dan kekecewaan yang dalam, serta perasaan-perasaan
positif. Selain itu, Suseno 2001 mengungkapkan bahwa membuka perasaan hati begitu saja dinilai negatif bagi orang Jawa. Berlaku secara mendadak dan spontan
dianggap sebagai tanda kekurangdewasaan. Usaha-usaha yang berlebihan dan reaksi-reaksi yang memperlihatkan kekacauan batin atau kekurangan kontrol diri
bagi orang Jawa terasa kurang mengenakkan Mulder Geertz dalam Suseno, 2001. Akibatnya, mahasiswa Batak Toba yang ada di Yogyakarta terpengaruh
dan menjadi terbiasa dengan budaya menahan diri, termasuk apa yang mereka
rasakan maupun apa yang mereka pikirkan, baik yang bersifat negatif maupun positif.
Fenomena seperti itulah yang membuat mahasiswa Batak Toba yang tinggal di Yogyakarta dan mahasiswa Batak Toba yang tinggal di Medan berbeda
dalam hal berperilaku asertif. Mahasiswa Batak Toba yang tinggal di Medan akan lebih asertif bila dibandingkan dengan mahasiswa Batak Toba yang tinggal di
Yogyakarta. Dengan memiliki kemampuan berperilaku asertif, mahasiswa Batak Toba yang tinggal di Yogyakarta dan yang tinggal di Medan akan mampu
menciptakan hubungan interpersonal yang efektif. Mampu mengungkapkan keinginan dan harapan tanpa mengganggu hak orang lain.
Skema Dinamika Perbedaan Variabel Penelitian
di Medan di Yogyakarta
Budaya keterusterangan
mampu mengungkapkan
diri. Budaya kepura-
puraan menahan diri.
-lugas -spontan
-terbuka -tidak lugas
-tidak spontan -tidak terbuka
Mahasiswa Batak Toba
Asertivitas