Dimensi Leader-Member Exchange LMX
Era Wave 1 pada tahun 1990an, dimulai dengan adanya karya akademik mengenai personal engagement. Kahn 1990 yang
berpengaruh pada konsep ini mendefinisikan bahwa personal engagement
merupakan usaha memanfaatkan diri setiap anggota organisasi terhadap peran mereka, berupa keterlibatan mereka secara
penuh terhadap organisasi, serta mempekerjakan dan mengekspresikan diri secara fisik, kognitif dan emosi selama mereka bekerja dalam
organisasi atau perusahaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, employee engagement
merupakan aspek psikologis dari seorang individu atau anggota organisasi mengenai kehadiran dan keterlibatan
mereka selama bekerja dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Kahn 1990 juga menjelaskan bahwa terdapat komponen
penting yang dapat meningkatkan engagement di tempat kerja, seperti kebermaknaan meaningfulness, keamanan safety, dan ketersediaan
availability . Meaningfulness didefinisikan rasa positif sebagai
investasi diri dalam peran kerja. Kemudian, safety didefinisikan sebagai kemampuan untuk menampilkan diri sendiri tanpa rasa takut
akan konsekuensi negatif mengenai citra diri, status, atau karier. Sedangkan availability merupakan rasa ingin memiliki secara fisik,
emosional, dan psikologis dari sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Pada era Wave 2 tahun 2000-2005, sudah mulai banyak peneliti yang mulai mendefinisikan employee engagement dan
merumuskan skala yang dapat mengukur tinggi-rendahnya engagament
karyawan Welch, 2011. Rothbard 2001, dalam Saks, 2006 mendefinisikan employee engagement sebagai kehadiran
psikologis yang melibatkan dua komponen penting, yaitu attention dan absorption
. Attention merupakan keterlibatan kognitif dan jumlah waktu yang dihabiskan anggota karyawan untuk berfikir mengenai
pekerjaan dan peran mereka. Sedangkan absorption merupakan perasaan tertarik dan terpikat terhadap peran dan pekerjaannya, dan
mengarah kepada intensitas anggota karyawan untuk fokus terhadap pekerjaan tersebut.
Engagement juga didefinisikan sebagai sebuah aspek
psikologis yang dipicu oleh beberapa hal yakni energi energy, pengaruh involvement dan kemampuan efficacy dan merupakan
kebalikan dari tiga dimensi burnout yaitu exhaustion, cynicism, dan inefficacy
Maslach, Schaufeli Leiter, 2001. Schaufeli dan Bakker 2004 mendefinisikan engagement sebagai keadaan pikiran positif dan
memenuhi yang berkaitan dengan pekerjaan, yang ditandai dengan semangat
vigour, dedikasi
dedication, dan penyerapan
absorption. Definisi ini menjadi cukup berpengaruh terhadap
perkembangan konsep engagement karena dipandang memiliki kemiripan konsep dan fokus yang sama seperti yang dikemukan oleh
Kahn Welch, 2011. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Periode tahun 2006-2010 yang merupakan era Wave 3, diawali dengan munculnya catatan mengenai konsep engagement pada
penelitian mengenai burnout Saks, 2006. Pada penelitian tersebut engagement
dianggap sebagai perilaku yang berkebalikan atau positive antithesis
dengan perilaku burnout. Tidak seperti halnya burnout, engagement
melihat bagaimana karyawan terlibat dalam pekerjaan maupun organisasi mereka dan merasa mampu mengerjakan tugas-
tugas mereka dengan baik Rana et al. 2014. Kemudian Macey dan Schneider 2008 mendefinisikan employee engagement sebagai
sebuah keadaan kompleks yang meliputi sifat, keadaan dan konstruk perilaku, serta pekerjaan dan kondisi organisasi yang mungkin
memfasilitasi keadaan dan perilaku keterlibatan. Karyawan yang memiliki hubungan mendalam dan meluas
dengan perusahaan akan bersedia untuk melakukan beberapa hal untuk membuat perusahaan sukses, diatas atau bahkan melampaui apa yang
di harapkan. Mereka juga akan menawarkan kerangka kerja untuk membangun keterlibatan yang didasari oleh karyawan yang
mengetahui, menumbuhkan, menginspirasi, melibatkan, dan menguntungkan para pemimpin senior, manajer, sumber daya manusia
profesional, dan karyawan itu sendiri Gebauer Lowman, 2008. Banyak item-item yang ada pada survei mengenai engagement
menunjukkan bahwa aspek-aspek engagement secara postif berkaitan dengan perilaku karyawan dan mencakup konsep psikologis,