Teori yang mendukung KAJIAN TEORI

d. Cara Mengukur Minat Margono 2007:158 menyatakan observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian. Esterberg dalam Sugiyono, 2012: 317 menyatakan bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Sugiyono 2012:199 menyatakan angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas, peneliti akan menggunakan observasi, angket dan wawancara sebagai alat pengukur minat. 2. Menyimak a. Pengertian Menyimak Menurut Tarigan 2008:19, keterampilan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembaca melalui ujaran bahasa lisan. Sedangkan menurut Hermawan 2012:29 keterampilan menyimak lebih mengarah pada komunikasi lisan yang pada dasarnya bertujuan memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dari yang mengkomunikasikan. Orang mempelajari suatu bahasa dengan jalan mendengarkan atau menyimak, menirunya atau mempraktekkannya. Dari pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses dimana seseorang konsentrasi penuh untuk menangkap informasi atau pesan yang disampaikan secara lisan b. Jenis-jenis Menyimak Menurut Hermawan 2012:43, menyimak dibagi menjadi dua belas jenis yaitu: 1 Menyimak ekstensif, adalah kegiatan menyimak untuk memahami materi simakan secara garis besar saja. 2 Menyimak Intensif yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk memahami makna yang dikehendaki dan lebih ditekankan pada kemampuan menyimak untuk memahami bahan simakan. 3 Menyimak sosial, adalah kegiatan menyimak yang berlangsung dalam situasi sosial lingkungan sekitar misalnya nasihat yang diberikan dengan sikap dan bahasa yang santun sehingga anak terbiasa berbahasa dan santun. 4 Menyimak sekunder, adalah kegiatan menyimak yang terjadi secara kebetulan atau dilakukan sambil mengerjakan sesuatu. 5 Menyimak estetik, adalah kegiatan menyimak untuk menikmati atau menghayati sesuatu. Penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang di dalamnya telah terlihat kurangnya ataupun adanya prasangka ketidaktelitian yang akan diamati. 7 Menyimak konsentratif, adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh informasi yang disimak. 8 Menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang mengakibatkan pembentukan secara imajinatif akan bunyi, pengelihatan, gerakan atau kinestetik. 9 Menyimak interogratif, adalah kegiatan memyimak intensif yang menuntut konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena penyimak harus mengajukam pertanyaan- pertanyaan. 10 Menyimak selektif, adalah kegiatan menyimak yang memusatkan perhatian pada hal tertentu yang sudah di pilih. Dari beberapa jenis menyimak yang ada, peneliti menggunakan jenis menyimak intensif, karena dalam jenis ini siswa masih perlu adanya bimbingan atau pengawasan dari guru. c. Tahap-tahap Menyimak Tarigan 2008 :58-59 menyebutkan bahwa menyimak memiliki tahap-tahap tertentu. Tahap dalam menyimak dapat meliputi tahap mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi.Tahap-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Tahap Mendengar Tahap ini kita baru mendengar sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Dalam hal itu kita belum menangkap dan memahami secara lebih jelas tentang hal yang dikemukakan oleh pembicara, jadi kita masih berada dalam tahap hearing. 2 Tahap memahami Pada tahap ini ada keinginan dari kita untuk mengerti atau memahami dengan baik hal yang disampaikan pembicara. Di sini kita sudah masuk pada tahap menangkap inti dan memahami secara jelas maksud pembicara. Jadi, di sini kita sampai pada tahap understanding. 3 Tahap menginterpretasi Pada tahap ini kita mulai mencermati dan menangkap isi pembicaraan untuk selanjutnya melakukan penafsiran terhadap pendapat yang tersirat dari ujaran. Dengan demikian, kita sampai pada tahap interpreting. 4 Tahap mengevaluasi Setelah memahami serta menafsirkan isi pembicaraan, kita mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara. Di situ dikemukakan baik keunggulan dan kelemahan maupun kebaikan dan kekurangan dari hal yang disampaikan pembicara. Demikianlah, kita sampai pada tahap evaluating. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Tahap menanggapi Pada tahap ini kita dapat menyerap dan menerima gagasan atau ide yang dikemukakan pembicara. Di situ kita dapat membuat tanggapan terhadap gagasan atau ide pembicara. Dengan demikian, kita sampai pada tahap responding. 3. Cerita Anak a. Pengertian cerita anak Mustakhim 2005:12 menyatakan bahwa cerita merupakan kejadian suatu tempat, kehidupan binatang sebagai pelambang kehidupan manusia, kehidupan manusia dalam masyarakat, dan cerita tentang mite yang hidup dalam masyarakat kapan dan dimana cerita itu terjadi. Cerita anak menurut Hardjana 2006:8 adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan cerita tentang anak.Tokoh dalam cerita tidak harus seorang anak, tetapi dapat berupa orang tua, guru, petani, nenek, kakek, atau siapa saja.Bahkan binatang, makhluk halus dan peri. Cerita anak dapat ditulis dalam bentuk cerita pendek maupun novel. Hal yang sejalan diungkapkan oleh Puryanto 2008:7 cerita anak adalah mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tetapi mampu mengembangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa cerita anak adalah karangan cerita yang ditujukan untuk anak-anak sebagai pembacanya. b. Unsur cerita anak Cerita anak terdiri dari struktur yang membangunnya menjadi satu kesatuan yang utuh menjadi sebuah cerita. Berdasarkan pandangan Riris 2003:111-121 adalah sebagai berikut. a Tema Tema sebuah cerita adalah makna yang tersembunyi. Tema mencakup moral atau pesanamanat cerita. Tema bagi cerita anak haruslah yang perlu dan baik bagi mereka. Ia harus mampu menerjemahkan kebenaran. Hal penting yang perlu kita perhatikan juga, bahwa tema jangan mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita. Tentu saja buku yang ditulis dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi juga harus bercerita tentang sesuatu, dari mana pesan itu mengalir. Dengan cara itu, tema disampaikan kepada anak secara tersamar. Jadi, jika nilai moral hendak disampaikan pada anak, tema harus tersusun dalam bahan cerita yang kuat. Dengan demikian, anak dapat membangun pengertian baik atau buruk. b Tokoh Tokoh adalah “pemain” dari sebuah cerita. Tokoh yang digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa tidak akan menarik bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam cerita tidak mereka senangi. Hal penting dalam memahami tokoh adalah penokohan yang berkaitan dengan cara penulis dalam membantu pembaca untuk mengenal tokoh tersebut. Hal ini terlihat dari penggambaran secara fisik tokoh serta kepribadiannya. Aspek lain adalah perkembangan tokoh. Perkembangan tokoh menunjuk pada perubahan baik atau buruk yang dijalani tokoh dalam cerita- cerita. c Latar Latar waktu dan tempat pada cerita anak harus mudah dipahami oleh anak karena anak masih cenderung rumit membayangkan masa lampau dan masa yang akan datang. Setting tempat juga harus disesuaikan dengan daya pikir anak seperti yang ada disekeliling anak sehingga anak dengan mudah memahaminya. d Gaya Bahasa Gaya adalah bagaimana penulis mengisahkan dalam tulisan. Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah cerita fiksi adalah pilihan kata. Kata-kata yang digunakan haruslah tepat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan cerita itu. Kalimat dalam cerita anak-anak haruslah lugas, tidak bertele-tele, dan tidak harus menggunakan kalimat tunggal. e Alur Alur adalah bangun yang menentukan sebuah cerita menarik atau tidak.Hal penting dari alur ini adalah konflik karena konfliklah yang menggerakkan sebuah cerita. Konflik pula yang bisa menyebabkan seseorang menangis, tertawa, marah, senang, jengkel ketika membaca sebuah cerita. Alur cerita anak biasanya dirancang secara kronologis, yang menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam periode tertentu. Alur lain yang digunakan adalah sorot balik. Alur sorot balik digunakan penulis untuk menginformasikan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Biasanya alur sorot balik ini dijumpai pada bacaan anak yang lebih tua dan biasanya akan membingungkan anak-anak di bawah usia sembilan tahun. f Amanat Cerita anak harus mengandung pesan moral yang baik seperti pesan seperti kasih sayang, kepedulian, kejujuran,, ketegaran, kesabaran, kepercayaan sehingga akan membentuk karakter dan pribadi anak. Jadi unsur cerita anak terdiri dari tema, tokoh, latar, gaya bahasa, alur, dan amanat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw a. Pengertian Jigsaw Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan pertama kalinya untuk menghadapi isu yang disebabkan perbedaan sekolah-sekolah di Amerika Serikat antara tahun 1964 dan 1974 oleh Elliot Aronson sebagai model cooperative learning. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Dalam pembelajaran tipe Jigsaw, setiap siswa mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh siswa lain. Hal lain diungkapkan oleh Lie 2004:69 mengatakan bahwa teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode cooperative learning. Dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu,siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi. Menurut Suprijono 2009:89, pembelajaran Jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif dimana guru membagi kelas dalam kelompok- kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok tergantung pada konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Jika satu kelas ada 40 siswa, maka setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu disebut kemompok asal, setelah kelompok asal terbentuk guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Berikutnya membentuk kelompok ahli, berikan kesempatan untuk berdiskusi setelah itu kembali pada kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok masing- masing. b. Tipe Jigsaw Menurut Yuzar dalam Isjoni 2009:78, terdapat tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu: 1 pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa belajar dengan kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang, 2 heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Pembelajaran ini dimulai dengan pembelajaran bab atau pokok bahasan, sehingga setiap anggota kelompok memegang materi dengantopik yang berbeda-beda. Tiap siswa dari masing-masing kelompok yang memegang materi yang sama selanjutnya berkumpul dalam satu kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggungjawab untuk sebuah bab atau pokok bahasan. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan materi keahliannya kepada teman-teman dalam satu kelompok dalam bentuk diskusi. Model pembelajaran Jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu Jigsaw tipe I dan Jigsaw tipe II. Menurut Trianto 2010:75, model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan yang mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau tipe I awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain didapatkan melalui diskusi teman segrubnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum dia belajar untuk menjadi ahli. pada penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan peneliti menggunakan model Jigsaw II. c. Langkah-langkah Jigsaw Menurut Trianto 2010:73, langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu sebagai berikut a Siswa dibagi dalam beberapa kelompok tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. b Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi sub bab. c Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya. Tiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya. d Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal,siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu. f Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan. Menurut Isjoni 2009:77, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang cendorung siswa aktif dan saling membantu dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berrkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggungjawab. Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II Isjoni, 2009:80-81, yaitu sebagai berikut. a Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang. b Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan. c Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang baru, untuk mengerjakan tugas mereka, para siswa tersebut menjadi anggota dengan bidang-bidang mereka yang telah ditentukan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasain materi yang ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya. e Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi. Menurut Hanafiah dan Suhana 2010:44, langkah-langkah dalam model pembelajaran tipe Jigsaw, yaitu: a Peserta didik dikelompokkan menjadi 4 anggota tim. b Setiap anggota dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. c Anggota dari tim yang berbedayakan telah mempelajari bagian atau sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka. d Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan anggota lainnya mendengarkannya. e Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. f Guru memberi evaluasi. g Penutup.

B. Penelitian yang relevan

Rine Pertiwi, dkk. Meneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI siklus I yaitu 70,88 baik dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 86,09 sangat baik jadi aktivitas belajar siswa meningkat 15,21. Nilai rata-rata ulangan siswa setelah tindakan siklus I memperoleh hasil rata-rata 75,35 dengan presentase ketuntasan 65 dan silkus II nilai rata- rata mencapai 85,5 dengan presentase 85. Penelitian Fransisca Aje ng Lestari 2013 dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada Kelas IV SD Kalongan Depok Tahun Ajaran 20122013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kalongan Depok dalam pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Desain penelitian menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukan peningkatan minat dan prestasi belajar. Dalam aspek prestasi belajar menunjukan kondisi awal siswa diperoleh rata-rata 65,37. Setelah dikenai siklus I mengalami peningkatan menjadi 75,95. Sedangkan hasil perhitungan prestasi belajar pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik yakni diperoleh rata-rata 83,05. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Intan Kartika Dewi Pertiwi 2012 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak cerita Anak dengan Menggunakan Media Audio visual dalam pembelajaran Menyimak Siswa Kelas V SD Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 20112012”. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus. Metode penelitian yang digunakan hasil tes menyimak siswa, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata skor menyimak siswa pada kondisi awal sebesar 62,18, pada akhir siklus I meningkat menjadi 73,33. Pada akhir siklus II skor rata-rata menyimak siswa mengalami peningkatan menjadi 84,50. Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya karena memberi gambaran dalam pembuatan skripsi dan topik yang digunakan juga cocok dengan topik pembuatan skripsi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini yang diteliti kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sedangkan penelitian sebelumnya kemampuan menyimak cerita anak dengan media audio visual. Berbagai penelitian minat dan menyimak telah banyak dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat dan keterampilan menyimak setelah diterapkan model pembelajaran. Keistimewaan penelitian ini adalah belum ada yang meneliti tentang peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Peneliti ingin membuktikan besarnya kenaikan minat dan kemampuan menyimak cerita anak siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II siswa kelas 3A SDN Denggung Sleman Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015.

0 0 233

Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II siswa kelas 3B SDN Denggung tahun pelajaran 2014/2015.

0 0 254

Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ii siswa kelas III SD Negeri tlogowatu tahun pelajaran 2014/2015.

0 0 272

Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015.

0 0 295

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DELEGAN 2, PRAMBANAN, SLEMAN.

0 4 231

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA FIKSI ANAK MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS V SD

0 1 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA SD

0 0 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK SISWA KELAS II SD KANISIUS BANTUL SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 20092010 MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

0 0 152

Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak menggunakan media audio visual siswa kelas III SDN Selomulyo - USD Repository

0 0 221

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU I YOGYAKARTA

0 1 247