Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ii siswa kelas III SD Negeri tlogowatu tahun pelajaran 2014/2015.

(1)

ABSTRAK

Irwansyah. (2015). Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. (2) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan oleh Mulyasa (2010:11).Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu, Klaten tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif diskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata minat menyimak siswa sebesar 54,71 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 62,46 (cukup), dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 76,96 (tinggi). (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM (80) sebesar 32,14% (9) orang, pada akhir siklus I meningkat menjadi 57,14% (16) orang dan pada akhir II meningkat menjadi 85,76% (24) orang.

Kata Kunci: Minat Menyimak, Kemampuan Menyimak Cerita Anak, Metode Kooperatif Jigsaw II


(2)

ABSTRACT

Irwansyah. (2015). Raising interest and ability to listen children stories Using Cooperative Learning Model Jigsaw Type II in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School study year 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Education Courses Elementary School Teacher,Majoring in Science Education, Teacher and Science Education Faculty of Sanata Dharma University

The Purpose of this research is aimed (1) could the mehode of cooperative learning of Jigsaw tipe II raise the interest to listen to children stories in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School semester of 2014/2015 period? (2) could the methode of cooperative learning model of Jigsaw II can improve the ability to listen children stories in grade III Tlogowatu 3 Elementary School semeser of 2014/2015 period?

This research employed Classroom Action Research (CAR). The subjects was students of grade III, Tlogowatu 3 Elementary School 2014/2015 learning year, with 28 students. The object of this study is increasing student interest and ability to listen children stories. Analysis of the data used in this study is a quantitative and qualitative descriptive.

The results showed that: (1) The application of cooperative methode of Jigsaw II can encourage the interest to listening the children stories on the students grade III of Tlogowatu 3 Elementary School study year 2014/2015. It can be seen from the initial conditions an average score of 54.71 interest in listening to students (lower) in the first cycle increased to 62.46 (enough), and at the end of the second cycle increased to 76.96 (high). (2) The application of cooperative methode of Jigsaw II can improve the ability to listen story on the students grade III of Tlogowatu 3 Elementary School semester 2014/2015 period. It can be seen in the initial conditions the number of students who reach KKM (80) amounted to 32.14% (9) students, at the end of the first cycle increased to 57.14% (16) students and at the end of the second increased to 85.76% (24) students. Keywords: Learning Interest, Ability to Attend Children Stories, Cooperative Model Of Jigsaw II.


(3)

i

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK

CERITA ANAK MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA

KELAS III SD NEGERI TLOGOWATU

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Irwansyah NIM: 111134101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mendapat hikmah itu

Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak. Dan tiadalah yang menerima peringatan

melainkan orang-orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah: 269)

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Kupersembahkan karya ini untuk:

Ibuku tersayang Ngatini yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak

mungkin bisa ku balas dengan apapun.

Bapakku tersayang Gunawan, S.E yang telah mendukungku, menasehati, memberiku semangat, dan motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih

sayang yang teramat besar.

Saudaraku Prima Simpati Aji terima kasih tiada tara atas segala dukungan yang telah diberikan selama ini dan

semoga Adikku tercinta dapat menggapai keberhasilan juga di kemudian hari.


(7)

v

Try and fail but never fail to try

-Jared Leto-


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Juli 2015 Penulis


(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Irwansyah

NIM : 111134101

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD NEGERI 3 TLOGOWATU TAHUN PELAJARAN 2014/2015”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 29 Juli 2015 Yang menyatakan,


(10)

viii ABSTRAK

Irwansyah. (2015). Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. (2) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan oleh Mulyasa (2010:11). Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu, Klaten tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif diskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata minat menyimak siswa sebesar 54,71 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 62,46 (cukup), dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 76,96 (tinggi). (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM (80) sebesar 32,14% (9) orang, pada akhir siklus I meningkat menjadi 57,14% (16) orang dan pada akhir II meningkat menjadi 85,76% (24) orang.

Kata Kunci: Minat Menyimak, Kemampuan Menyimak Cerita Anak, Metode Kooperatif Jigsaw II


(11)

ix ABSTRACT

Irwansyah. (2015). Raising interest and ability to listen children stories Using Cooperative Learning Model Jigsaw Type II in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School study year 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Education Courses Elementary School Teacher,Majoring in Science Education, Teacher and Science Education Faculty of Sanata Dharma University The Purpose of this research is aimed (1) could the mehode of cooperative learning of Jigsaw tipe II raise the interest to listen to children stories in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School semester of 2014/2015 period? (2) could the methode of cooperative learning model of Jigsaw II can improve the ability to listen children stories in grade III Tlogowatu 3 Elementary School semeser of 2014/2015 period?

This research employed Classroom Action Research (CAR). The subjects was students of grade III, Tlogowatu 3 Elementary School 2014/2015 learning year, with 28 students. The object of this study is increasing student interest and ability to listen children stories. Analysis of the data used in this study is a quantitative and qualitative descriptive.

The results showed that: (1) The application of cooperative methode of Jigsaw II can encourage the interest to listening the children stories on the students grade III of Tlogowatu 3 Elementary School study year 2014/2015. It can be seen from the initial conditions an average score of 54.71 interest in listening to students (lower) in the first cycle increased to 62.46 (enough), and at the end of the second cycle increased to 76.96 (high). (2) The application of cooperative methode of Jigsaw II can improve the ability to listen story on the students grade III of Tlogowatu 3 Elementary School semester 2014/2015 period. It can be seen in the initial conditions the number of students who reach KKM (80) amounted to 32.14% (9) students, at the end of the first cycle increased to 57.14% (16) students and at the end of the second increased to 85.76% (24) students.

Keywords: Learning Interest, Ability to Attend Children Stories, Cooperative Model Of Jigsaw II.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul skripsi.

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD NEGERI 3 TLOGOWATU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd, selaku Wakaprodi PGSD.

4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.


(13)

xi

5. Apri Damai Sagita K, S.S., M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kartini Sunarwati,S.Pd.,SD, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 3 Tlogowatu yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti. 7. Sujiharno., A.MA.Pd, selaku guru kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu

yang telah memberikan banyak bantuan selama penelitian di sekolah. 8. Para guru SD Negeri 3 Tlogowatu yang telah meluangkan waktu dan

membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

9. Siswa/siswi SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015 yang telah memberikan waktu dan kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung.

10. Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang penuh kesabaran mendidik dan membimbing peneliti selama menempuh kuliah.

11. Sahabat (Adinta, Linggaristi, Mitha, Flo, Rita, Anggun, Arifka, Arif) yang telah berproses dan menjadi keluarga keduaku selama menjalani studi di USD.

12. Sahabat-sahabat Kos Ijo (Reza, Adjik, Cristian, Teguh, Makmur, Bondan, Triman, Alvin, Sugeng, Tian, Bintang, Irawan)

13. Sahabat-sahabat (Andri, Yerico, Ari, Thomas, Yoyok, Hadi, Yoha, Kelik, Agus, Jhoni, Muhamad, Albert, Ribon)


(14)

xii

14. Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas B, berjuang dalam suka dan duka bersama menempuh pendidikan di PGSD.

15. Keluargaku tercinta, Bapak Gunawan., S.E, Ibu Ngatini, dan Adikku Prima Simpati Aji, yang telah menyayangi dan mendukungku tanpa lelah.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan perhatian, terimakasih untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, peneliti berharap saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju kesempurnaan karya ini.Semoga karya ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Yogyakarta, 29 Juli 2015 Penulis


(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Minat ... 9

2. Menyimak ... 12

3. Pembelajaran Kooperatif ... 17

4. Cerita Anak ... 24

B.Penelitian Yang Relevan ... 28


(16)

xiv

Halaman

D. Kerangka Berpikir ... 31

E. HipotesisTindakan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Setting Penelitian ... 36

C. Rencana Tindakan ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 50

F. Validitas ... 56

G. Reliabilitas ... 60

H. Teknik Analisis Data ... 61

1. Analisis Data Minat Menyimak ... 61

2. Analisis Kemampuan Menyimak Siswa ... 63

I. Kriteria Keberhasilan ... 64

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 66

A. Hasil Penelitian ... 66

1. Kondisi Awal ... 67

2. Siklus I ... 70

3. Siklus II ... 81

B. Pembahasan ... 92

1. Minat Belajar ... 92

2. Kemampuan Menyimak ... 95

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Keterbatasan Penelitian ... 102

C. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw I dan II...21

Tabel 3.1 Peubah, Indikator, Data, Teknik Pengumpulan Data ... 52

Tabel 3.2 Rubrik Observasi Minat Belajar Siswa ... 53

Tabel 3.3 Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru Kelas ... 55

Tabel 3.4 Kisi-kisi Panduan Wawancara Siswa ... 55

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Minat Menyimak ... 56

Tabel 3.6 Penskoran Lembar Angket ... 56

Tabel 3.7 Penilaian Skor Minat Siswa Menggunakan PAP II ... 57

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 60

Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas ... 62

Tabel 3.10 Kriteria Rata-rata Skor Menyimak ... 65

Tabel 3.11 Kriteria Keberhasilan Minat dan Kemampuan Menyimak ... 65

Tabel 4.1 Data Kuesioner Kondisi Awal ... 69

Tabel 4.2 Kemampuan Menyimak Kondisi Awal... 70

Tabel 4.3 Minat Belajar Siswa Siklus I ... 77

Tabel 4.4 Kemampuan Menyimak Siklus I... 78

Tabel 4.5 Perbandingan Siklus I, Kondisi Awal dan Hasil Siklus I ... 81

Tabel 4.6 Minat Belajar Siklus II ... 87

Tabel 4.7 Kemampuan Menyimak Siklus II ... 88

Tabel 4.8 Perbandingan Siklus I, Kondisi Awal dan Hasil Siklus II ... 91

Tabel 4.9 Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 94

Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Menyimak Siswa ... 96


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 30

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 33

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Menurut Mulyasa ... 35

Gambar 3.2 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus I Pertemuan I...39

Gambar 3.3 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus I Pertemuan I...40

Gambar 3.4 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus I Pertemuan II...41

Gambar 3.5 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus I Pertemuan II...42

Gambar 3.6 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus II Pertemuan I...45

Gambar 3.7 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus II Pertemuan I...46

Gambar 3.8 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus II Pertemuan II...47

Gambar 3.9 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus II Pertemuan II...47

Gambar 4.1 Peningkatan Skor Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 95

Gambar 4.2 Peningkatan Skor Rata-rata Kemampuan Menyimak ... 97


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ... 107

LAMPIRAN 2 Validasi Instrumen Observasi dan Kuesioner ... 110

LAMPIRAN 3 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 115

LAMPIRAN 4 Data Kuesioner dan Observasi Kondisi Awal ... 129

LAMPIRAN 5 Presentase Nilai Menyimak Kondisi Awal ... 142

LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 144

LAMPIRAN 7 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 173

LAMPIRAN 8 Soal Evaluasi ... 199

LAMPIRAN 9 Hasil LKS Siklus I dan II ... 204

LAMPIRAN 10 Hasil Evaluasi Siklus I dan II ... 212

LAMPIRAN 11 Hasil Observasi Minat Menyimak Siswa ... 216

LAMPIRAN 12 Validitas dan Reliabilias Soal Evaluasi ... 223

LAMPIRAN 13 Foto-foto Kegiatan ... 244


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya bahasa tersebut dapat dilihat pada setiap aktivitas manusia yang selalu menggunakan bahasa sebagai wahana pokok untuk saling berinteraksi. Selain itu, bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam pembelajaran bidang studi lainnya (Matematika, Sains, IPS, PKn) (KTSP, 2006:13). Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia (Rahayu, 2007:14)

Dunia pendidikan di Indonesia mewajibkan setiap siswa mendapatkan mata pelajaran bahasa Indonesia. Peranan bahasa sangat penting, artinya sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Proses komunikasi mempunyai empat keterampilan yang berbeda, namun saling berhubungan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek itu perlu mendapat perhatian sepenuhnya di dalam pembelajaran bahasa Indonesia.


(21)

Keterampilan bahasa yang akan dibahas peneliti yaitu keterampilan menyimak. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008:31). Menyimak merupakan kemampuan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008:31). Para ahli menemukan bahwa aktivitas keterampilan menyimak lebih sering dilakukan dalam berkomunikasi dibandingkan aktivitas keterampilan yang lain.

Keterampilan menyimak mempunyai peran yang penting, namun pada pelaksanaannya masih kurang mendapat perhatian oleh guru sekolah. Peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas Bahasa Indonesia SD Negeri 3 Tlogowatu pada Senin, 3 Mei 2015 pukul 09:05 WIB. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas 3, memperoleh hasil bahwa siswa mengalami kesulitan dalam aspek menyimak, dalam proses pembelajaran sebagian siswa kurang mendengarkan guru bercerita, sebagian siswa malah bercerita dengan teman satu mejanya, dan hanya sedikit siswa yang memperhatikan guru bercerita. Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat dapat dilihat dari partisipasi dalam beraktivitas (Slamento, 2010:57). Siswa yang berminat


(22)

terhadap obyek tertentu yang dirasa menarik bagi siswa, oleh karena itu jika minat terhadap menyimak tinggi, maka diharapkan hasil belajar dalam aspek menyimak akan lebih baik.

Peneliti melakukan pengamatan di kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu sebanyak 2 kali yaitu pada hari Senin, 4 Mei 2015 dan Selasa, 5 Mei 2015 untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengamatan pada hari Senin dilakukan pukul 07:35 dengan materi menuliskan puisi. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu melakukan penjelasan kemudian bertanya jawab tentang materi pelajaran, tetapi hanya beberapa siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Setelah siswa disuruh untuk bertanya tentang materi yang sudah diajarkan, siswa tidak ada yang bertanya, tetapi setelah siswa disuruh menjelaskan kembali materi yang sudah diajarkan sebagian besar siswa tidak mampu untuk menjelaskannya.

Pengamatan kedua dilakukan pada hari Selasa, 5 Mei 2015 dan dilakukan pada jam 09:30 WIB dengan materi memahami cerita drama yang dilisankan. Hasil dari pengamatan tersebut menunjukkan hanya beberapa siswa saja yang aktif menjawab pertanyaan dari guru. Guru harus menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru kelas saat pelajaran bahasa Indonesia, peneliti menyimpulkan bahwa dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menyimak di kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu masih menggunakan metode ceramah dan murid mendengarkan. Hal ini menyebabkan siswa kurang berminat dalam melakukan


(23)

pembelajaran, sehingga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran menyimak.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II karena tipe ini dianggap dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak. Lie (dalam rusmawan 2010:218) mengatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II menunjukan siswa memperoleh prestasi yang lebih baik, selain itu siswa juga memiliki sikap yang lebih baik saat mengikuti pembelajaran. Jigsaw I dan Jigsaw II hampir sama, namun yang membedakan adalah pada Jigsaw II, siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran menyelutuh dari konsep yang akan dibicarakan.

Penelitian ini hanya dibatasi pada siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu semester gasal tahun ajaran 2014/2015 pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan standar kompetensi memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita anak yang dilisankan. Kompetensi dasarnya adalah melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara lisan dan mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan. Penelitian ini hanya berlaku di SD Negeri 3 Tlogowatu dan tidak berlaku di SD yang lain.


(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan dibahas penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu kelas tahun ajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

2. Meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut ini. 1. Bagi Siswa

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan kemampuan menyimak


(25)

dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam menyimak cerita anak.

2. Bagi sekolah

a. Dapat menambah dokumen hasil penelitian untuk selanjutnya dapat menjadi bahan di perpustakaan.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

3. Bagi Guru

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat digunakan sebagai salah satu model mengajar yang dapat digunakan pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam kemampuan menyimak cerita anak supaya dapat meningkatkan minat dan kemampuan menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam menyimak cerita anak.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.


(26)

E. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Minat

Minat adalah suatu perasaan suka atau tertarik pada suatu hal atau aktivitas berdasarkan kemauan sendiri tanpa ada paksaan maupun dorongan.

2. Menyimak

Menyimak adalah kegiatan mendengarkan untuk memperoleh informasi secara lisan dengan penuh perhatian yang telah disampaikan sang pembicara melalui alat dan bahasa.

3. Cerita anak

Cerita anak adalah cerita yang ditunjukkan untuk anak dan bukan cerita tentang anak.

4. Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

5. Jigsaw II

Jigsaw II merupakan model pembelajaran kooperatif. Tipe ini, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, dan setiap anggota kelompok mendapat tugas berlainan. Siswa dalam kelompok yang mendapat tugas sama dikumpulkan dalam satu kelompok lain yang disebut


(27)

kelompok ahli untuk berdiskusi tentang materi yang mereka dapatkan untuk nantinya disampaikan pada kelompok masing-masing.


(28)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini peneliti akan membahas tentang kajian pustaka atau teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang mendukung, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Kajian Pustaka 1. Minat

a. Pengertian Minat

Minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas (Djamarah, 2011:166). Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Slamento (2010:57) yang mengemukakan bahwa minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa tertarik pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang di luar diri. Semakin dekat hubungan tesebut, maka semakin kuat pula minat yang muncul. Minat mampu mempengaruhi siswa baik itu dalam aspek kognitif, afektif ataupun psikomotoriknya. Dalam belajar perlu adanya suatu pemusatan perhatian supaya apa yang dipelajari dapat dipahami.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kekuatan pendorong untuk memperhatikan pada suatu hal atau aktivitas yang akan memunculkan rasa lebih suka atau tertarik, tanpa adanya unsur paksaan atau tanpa ada yang menyuruh.


(29)

b. Ciri-ciri Minat

Seseorang mempunyai ciri-ciri minat adalah cenderung tertarik dan senang pada materi atau topik yang telah dipelajarinya (Winkel, 2004:212). Minat yang dimiliki siswa akan berpengaruh besar terhadap kemauan siswa untuk belajar, maka akan berpengaruh pula pada kemampuan belajar siswa. Pendapat yang serupa dikemukakan juga oleh Slamento (2010:57) yang berpendapat bahwa siswa yang berminat mempunyai kecenderung yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berupa kegiatan.

Iskandar (2012:14-15) menyebutkan ada empat indikator minat. 1) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: siswa mengikuti

pembelajaran dengan antusias, siswa tidak mengeluh jika mendapatkan tugas dari guru, siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang untuk belajar. 2) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: siswa aktif

bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman lain ketika belajar.

3) Ketertarikan siswa pada materi yang meliputi: siswa giat membaca buku pelajaran, siswa membaca materi terlebih dahulu sebelum diajarkan oleh guru, siswa membuat catatan, siswa serius menyelesaikan tugas yang diberikan guru.


(30)

4) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: siswa menanyakan kesulitan yang dialami guru, siswa antusias dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru, siswa memperhatikan saat guru menjelaskan pelajaran di dalam kelas, siswa memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang disampaikan guru.

Djamarah (2008:166) mengungkapkan bahwa minat dapat diekspresikan anak didik melalui kegiatan sebagai berikut.

1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, 2) Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan, dan

3) Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peneliti akan menggunakan indikator dalam penelitian sebagai berikut.

1) Perasaan senang mengikuti pembelajaran. 2) Perhatian dalam mengikuti pembelajaran. 3) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran. c. Cara Mengukur Minat

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi, angket dan wawancara yang dilakukan kepada guru kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu. Minat tersebut akan penulis teliti dengan non tes seperti yang tertulis di atas. Observasi merupakan metode atau cara menganalisis dan melakukan pencatatan yang sistematis terhadap tingkah laku individu atau kelompok secara langsung dengan


(31)

mengamatinya (Purwanto, 2009:149). Pencatatan dilakukan menggunakan daftar cek (cheklist) sebagai pedoman. Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara adalah bentuk campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran (Arifin, 2013:158). Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas peneliti akan menggunakan observasi, angket dan wawancara sebagai alat pengukur minat.

2. Menyimak

a. Pengertian Menyimak

Keterampilan menyimak lebih mengarah pada komunikasi lisan yang pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi dari yang mengkomunikasikan. Orang mempelajari suatu bahasa dengan jalan mendengarkan atau menyimak, meniru atau mempraktekannya (Herry, 2012:29). Menyimak merupakan tahap pertama yang dalam berbahasa yang harus dihubungkan dengan makna. Tarigan (2008:31) berpendapat bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dari kedua pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan


(32)

bahwa menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan untuk memperoleh informasi secara lisan dengan penuh perhatian yang telah disampaikan sang pembicara melalui alat dan bahasa.

b. Jenis-jenis Menyimak

Herry (2012:43) mengatakan ada dua belas jenis menyimak yaitu menyimak ekstensif, menyimak intensif, menyimak sosial/ konversional, menyimak sekunder, menyimak ekstetik/apresiatif kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak interogatif, menyimak eksploratif, menyimak pasif, menyimak selektif.

1) Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal yang umum. Dalam menyimak ekstensif, guru tidak secara langsung memberikan bimbingan kepada siswa, tetapi siswa diberi kebebasan untuk mencerna dan memahami hal yang disimak.

2) Menyimak intensif

Menyimak intensif merupakan kegiatan meyimak yang lebih diarahkan pada menyimak bahasa alamiah secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu adanya bimbingan langsung dari guru. Menyimak intensif dibagi dalam dua pembagian penting yaitu menyimak intensif yang diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran dan menyimak intensif yang diarahkan pada pemahaman serta pengertian umum.


(33)

3) Menyimak sosial

Menyimak sosial merupakan kegiatan menyimak yang meliputi dua hal, yaitu menyimak secara sopan dan menyimak penuh perhatian. Hal ini biasanya dilakukan dalam situasi-situasi sosial, misalnya ketika orang berbicara informal mengenai topik tertentu yang menarik perhatian orang banyak.

4) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah jenis menyimak secara kebetulan saja. 5) Menyimak ekstetik

Menyimak ekstetik merupakan fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk dalam kegiatan ekstensif. Menyimak ekstentif bisa disebut juga menyimak apresiatif.

6) Menyimak kritis

Menyimak kritis merupakan jenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya keaslian serta ketidaktelitian yang akan diamati.

7) Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif merupakan sejenis telaah untuk mengikuti petunjuk-petunjuk, merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat kualitas, waktu, urutan, dan sebab akibat.

8) Menyimak kreatif

Menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang mengakibatkan pembentukan atau rekonstruksi imaginatif


(34)

terhadap kesenangan-kesenangan akan bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atas apa yang didengarkan seseorang.

9) Menyimak penyelidikan

Meyimak penyelidikan adalah jenis menyimak intensif dengan maksud dan tujuan yang agak lebih sempit.

10)Menyimak interogatif

Menyimak interogatif adalah kegiatan menyimak yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi.

11)Menyimak pasif

Menyimak pasif merupakan jenis menyimak dalam penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar teliti, belajar tergesa-gesa, menghafal luar kepala, dan berlatih serta menguasai suatu bahasa.

12)Menyimak selektif

Menyimak selektif merupakan jenis kegiatan menyimak yang mempunyai keuntungan pada struktur tata bahasa, struktur yang diserap oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan-kebiasaan dalam otak.


(35)

c. Tujuan Menyimak

Tarigan (2008:60) mengemukakan tujuan menyimak sebagai berikut.

1) Menyimak dengan tujuan agar memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara dengan kata lain menyimak bertujuan untuk belajar.

2) Menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni) dengan kata lain menyimak bertujuan untuk menikmati keindahan audial.

3) Menyimak dengan maksud agar mampu menilai sesuatu yang disimak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain) dengan kata lain menyimak bertujuan untuk mengevaluasi.

4) Menyimak agar dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimak (misalnya pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, perdebatan) dengan kata lain menyimak bertujuan untuk mengapresiasi materi simakan.

5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan


(36)

bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker). 7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis,

sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

8) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan kata lain, dia menyimak secara persuasif.

Berdasarkan tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menyimak cerita rakyat dalam penelitian ini mempunyai tujuan supaya siswa dapat meningkatkan kemampuan menyimak. 3. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru ataupun diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009:54). Tujuan dari pembelajaran kooperatif meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Model pembalajaran kooperatif mempunyai manfaat-manfaat yang positif jika dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas karena bisa memancing anak supaya lebih


(37)

percaya diri, memancing rasa ingin tahu siswa, belajar menghargai perbedaan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya.

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah ketergantungan positif, pertanggungjawaban individual, kemampuan bersosialisasi, tatap muka dan evaluasi kelompok Nurulhayanti dalam (Rusman, 2011:4). Pendapat di atas didukung oleh teori dari Roger dan David Johnson (dalam Suprijono 2009:58) yang berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif memiliki lima unsur yaitu positive interdependence (saling ketergantungan positif), personal responsibility (tanggungjawab perseorangan), face to face promotive interaction (interaksi promotif), interpersonal skill ( komunikasi antar anggota), dan group processing (pemrosesan kelompok).

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah positive independence (saling ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung jawab perseorangan atau individual), face to face promotive (interaksi promotif), interpersonal skill (komunikasi antar anggota) dan evaluasi antar anggota.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan untuk meningkatkan prestasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar


(38)

bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto, 2009:58). Tujuan pembelajaran kooperatif juga disampaikan oleh Majid (2013:175). Tujuan pertama adalah meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik, hal ini terjadi karena dalam pembelajaran kooperatif terdapat bantuan dari teman lain dalam satu kelompok sehingga apabila ada kesulitan akan saling membantu. Tujuan selanjutnya adalah untuk melatih siswa untuk belajar menerima dan menghargai perbedaan latar belakang dari teman-temannya dalam kelompok. Tujuan terakhir adalah adanya kesempatan bagi siswa untuk melatih keterampilan sosial selama berproses dalam kelompok, misalnya ketika mau bertanya, menjawab pertanyaan teman, menyampaikan ide dalam kelompok dan sebagainya.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan prestasi akademik, melatih pola interaksi siswa dan menerima perbedaan latar belakang.

d. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II

Pembelajaran Jigsaw adalah pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa beraktivitas dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Model pembelajaran Jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu Jigsaw tipe I dan Jigsaw tipe II. Menurut Trianto (2010: 75) model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Perbedaan yang mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II,


(39)

adalah pada Jigsaw II diawali dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari konsep secara keseluruhan, sehingga siswa sudah mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajari. Kegiatan ini bisa guru lakukan dengan cara memberikan penjelasan garis besar materi yang akan dipelajari, kemudian baru dilakukan dengan mempelajari sub bab materi yang akan didalami pada kelompok ahli. Siswa yang sudah mengetahui garis besar materi maka akan lebih mudah dalam memahami dan menyatukan potongan bab materi yang akan mereka dapatkan saat berdiskusi dalam kelompok asal. Jigsaw I siswa akan mendapatkan keseluruhan materi dari penjelasan teman kelompk asal. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bisa saja siswa tersebut belum memahami materi dengan baik.

Selain itu Jigsaw II terdapat kompetisi untuk memperoleh pengakuan kelompok. Slavin (2008:237) mengatakan bahwa dalam Jigsaw II siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen yang terdiri dari 4 atau 5 anggota. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto, 2007:42). Menurut Huda (2012:118) dalam Jigsaw II, kelompok berkompetisi untuk memperoleh penghargaan individu kelompok. Penghargaan tersebut diperoleh berdasarkan performa masing-masing


(40)

individu dalam anggota. Tujuan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw II ini adalah untuk membentuk suatu pola kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin siswa mempelajarinya sendiri. Berikut tabel perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II.

Tabel 2.1 Perbedaan model kooperatif tipe Jigsaw I dan Jigsaw II

No Perbedaan model Kooperatif

Tipe Jigsaw I Tipe Jigsaw II

Diawali dengan memberikan kesempatan untuk mempelajari konsep secara keseluruhan sebelum mendalami materi ahli.

Diawali dengan pembagia materi ahli kepada masing-masing siswa.

Berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok (group reward)

Berkompetisi untuk

memperoleh nilai individu.

Peneliti mengambil pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan minat dan kemampuan menyimak karena Jigsaw II didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Siswa dituntut menjadi penyimak yang baik karena dapat memperoleh informasi pengetahuan serta ilmu yang sedang diajarkan. Menyimak mengajarkan siswa untuk menerima dan menghargai pendapat orang lain sehingga dapat bekerjasama dengan baik.


(41)

e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II

Langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan, pembinaan kelompok ahli, diskusi kelompok ahli dalam grup, tes, serta pengakuan kelompok (Trianto, 2009:75). Orientasi adalah langkah awal dimana guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Guru menjelaskan manfaat dari penggunaan Jigsaw II dalam proses belajar mengajar. Peserta didik selalu diingatkan untuk selalu percaya diri, kritis, kooperatif dalam pembelajaran. Peserta didik belajar konsep supaya dapat menemukan gambaran keseluruhan konsep.

Pengelompokan dilakukan dengan bantuan guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Setelah melakukan pengelompokan yang berdasarkan kemampuan siswa (dilihat dari rangking siswa tiap mata pelajaran), pembentukkan kelompok. Sebagai contoh satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok berisi 5-6 siswa dengan anggota kelompok yang heterogen. Kelompok yang sudah terbentuk ini disebut juga kelompok asal.

Pembinaan kelompok ahli yang mana kelompok asal tadi akan dibagi untuk mempelajari sub bab yang akan diberikan supaya bisa menjadi ahli. Selanjutnya siswa yang mendapat materi yang sama akan berkumpul dalam satu kelompok yang baru yang mana setiap kelompok baru ini beranggotakan ahli dari masing-masing kelompok asal yang mempunyai materi yang sama yang selanjutnya akan


(42)

disebut dengan kelompok ahli. Mereka diharapkan untuk mempelajari sub bab atau topik yang diberikan untuk selanjutnya kembali ke kelompok asal.

Semua kelompok memiliki ahli dalam konsep tertentu. Guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menyampaikan apa yang telah dipelajari dari kelompok ahli. Tes atau penilaian didapat dari nilai tes tertulis yang diberikan oleh guru yang berisi soal mencakup seluruh konsep yang telah didiskusikan bersama. Pengakuan kelompok berdasarkan skor yang diperoleh oleh siswa atau skor peningkatan individu berdasarkan seberapa jauh siswa tersebut melampaui skor rata-rata sebelumnya. Setiap siswa memberikan sumbangan poin maksimum kepada kelompok yang dapat diberikan pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok yang didasarkan pada skor kuis yang melampaui skor dasar mereka. Skor individual dalam tim diberikan dan diperoleh dari skor kemajuan. Poin kemajuan didapatkan dari skor kuis dibandingkan dengan skor awal. Skor tim diperoleh dengan cara menjumlah total poin seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim. Penghargaan diberikan berdasarkan rata-rata tim. Rata-rata-rata yang memasuki kriteria tertentu akan mendapatkan penghargaan yang terdiri dari tim baik, tim sangat baik dan tim super.


(43)

4. Cerita Anak

a. Pengertian Cerita Anak

Mustakhim (2005:12) menyatakan bahwa cerita merupakan kejadian suatu tempat, kehidupan binatang sebagai pelambang kehidupan manusia, kehidupan manusia dalam masyarakat, dan cerita tentang mite yang hidup dalam masyarakat kapan dan dimana cerita itu terjadi. Cerita sudah ada sejak dahulu dan penyampaiannya pun disampaikan secara lisan, kemudian berkembang terus menjadi bahan cetakan berupa buku, kaset video, film atau cinema. Demikian pula bahan cerita ini berkembang terus sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan perkembangan teknologi. Cerita berada pada posisi pertama dalam mendidik etika kepada anak.

Cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak, dan bukan cerita tentang anak (Hardjana, 2006:2). Tokoh yang ada dalam cerita tersebut tidak haruslah seorang anak, tetapi dapat berupa guru, murid, binatang atau siapa saja. Cerita anak ini dapat ditulis dalam novel, cerpen dll. Cerita anak berbentuk suatu prosa yang menceritakan suatu peristiwa yang singkat dan padat, jumlah pengembangan pelaku terbatas, keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal serta mencerminkan perasaan pengalaman anak-anak, dan ditunjukan bagi anak.


(44)

b. Struktur Cerita Anak

Cerita anak terdiri dari struktur yang membangunnya menjadi satu kesatuan yang utuh menjadi sebuah cerita, adapun unsur-unsur tersebut antara lain.

1) Tema

Tema yaitu pokok pikiran yang mendasari sebuah cerita. Ada juga yang menyebutnya gagasan, ide dasar, atau pikiran utama yang melandasi sebuah cerita (Hardjana, 2006:18).

2) Penokohan

Cara melukiskan watak tokoh dapat ditentukan dengan menyebutkan secara langsung watak atau kebiasaan tokoh, melukis adat kebiasaan dan suasana kehidupan tokoh dan memberikan gambaran melalui tokoh lain (Hardjana, 2006:19).

3) Plot/Alur

Plot atau alur adalah unsur struktur yang berwujud dalam jalinan peristiwa, yang memperlihatkan kepaduan (koheresi) yang diwujudkan antara lain oleh sebab akibat atau kausalitas (Hardjana, 2006:21).

4) Latar/setting

Latar/setting adalah waktu tempat terjadinya peristiwa pada sebuah cerita (Hardjana, 2006:23). Latar dibagi menjadi latar tempat, waktu dan suasana.


(45)

5) Amanat

Amanat adalah pesan pengarang kepada pembaca baik tersurat maupun tersirat (Hardjana, 2006:53). Amanat harus terselip dalam sebuah cerita supaya pembaca bisa menjadikan bahan pembelajaran agar selalu berbuat baik.

c. Manfaat Cerita Anak

Menurut Musfiroh (2005:95-115), dipandang dari berbagai aspek, sebuah cerita mempunyai manfaat sebagai berikut.

1) Membantu pembentukan pribadi dan moral

Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan perilaku anak. Anak yang sudah terbiasa menyimak cerita, dalam jiwa mereka akan tumbuh pribadi yang hangat serta memiliki kecerdasan interpersonal. Sebuah cerita biasanya mengandung contoh perilaku baik maupun contoh perilaku buruk. Contoh perilaku baik dimaksudkan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh perilaku buruk dimaksudkan agar dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi

Anak membutuhkan penyaluran imajinasi tentang berbagai hal yang selalu muncul dalam pikiran mereka. Pada saat menyimak cerita, imajinasi mereka mulai dirangsang. Mereka membayangkan apa yang terjadi dan tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut. Imajinasi yang dibangun anak saat menyimak cerita memberikan


(46)

pengaruh positif terhadap kemampuan mereka menyelesaikan masalah secara kreatif.

3) Memacu kemampuan verbal

Selama menyimak cerita, anak dapat belajar bagaimana bunyi-bunyi yang bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata-kata itu disusun secara logis dan mudah dipahami, bagaimana konteks dan konteks berfungsi dalam makna. Cerita dapat juga mendorong anak untuk senang bercerita ataupun berbicara. Mereka dapat berlatih berdialog, berdiskusi antar teman untuk menuangkan kembali gagasan yang disimaknya.

4) Merangsang minat baca

Membacakan cerita dapat menjadi contoh yang efektif untuk menstimulus anak untuk gemar membaca. Seorang anak biasanya suka meniru-niru perilaku orang dewasa. Dari kegiatan bercerita, anak secara tidak langsung memperoleh contoh orang yang gemar dan pintar membaca dari apa yang dilihatnya.

5) Membuka cakrawala pengetahuan

Manfaat cerita sebagai pengembang cakrawala pengetahuan tampak pada cerita-cerita yang memiliki karakteristik budaya, seperti mengenal nama-nama tempat cerita, bahasa-bahasa yang digunakan dalam cerita atau ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam cerita tersebut. Hal itu tentu akan menambah pengetahuan mereka tentang hal yang belum pernah mereka ketahui.


(47)

B. Penelitian yang Relevan

Pertiwi, (2011). Meneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 70,88% (baik) dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 86,09% (sangat baik) jadi aktivitas belajar siswa meningkat 15,21%. Nilai rata-rata ulangan siswa setelah tindakan siklus I memperoleh hasil rata 75,35 dengan presentase ketuntasan 65% dan silkus II nilai rata-rata mencapai 85,5 dengan presentase 85%.

Lestari (2013) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada Kelas IV SD Kalongan Depok Tahun Ajaran 2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kalongan Depok dalam pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Desain penelitian menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukan peningkatan minat dan prestasi belajar. Aspek prestasi belajar menunjukan kondisi awal siswa diperoleh rata-rata 65,37. Setelah dikenai siklus I mengalami peningkatan menjadi 75,95. Hasil perhitungan prestasi belajar pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik yakni diperoleh rata-rata 83,05.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Pertiwi (2012) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak cerita Anak dengan Menggunakan Media Audio visual dalam pembelajaran Menyimak Siswa Kelas V SD


(48)

Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus. Metode penelitian yang digunakan hasil tes menyimak siswa, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata skor menyimak siswa pada kondisi awal sebesar 62,18, pada akhir siklus I meningkat menjadi 73,33. Pada akhir siklus II skor rata-rata menyimak siswa mengalami peningkatan menjadi 84,50.

Berdasarkan ketiga penelitian di atas, belum ditemukan penelitian untuk mengetahui minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa kelas III menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak melalui model pembelajaran kooperatif Jigsaw II siswa kelas III di SD Negeri 3 Tlogowatu.


(49)

C. Literature Map

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Yang Relevan Penelitian Rine Pertiwi, dkk.

yang berjudul “Penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru”.

Penelitian Fransisca Ajeng Lestari (2013) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Melalui

Model Pembelajaran

Kooperatif Metode Jigsaw

Pada Kelas IV SD Kalongan

Depok Tahun Ajaran

2012/2013.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Intan Kartika Dewi Pertiwi

(2012) yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan Menyimak cerita Anak dengan Menggunakan Media Audio visual dalam pembelajaran Menyimak Siswa Kelas V SD Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”.

Yang Diteliti

Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Negeri 3


(50)

D. Kerangka Berpikir

Minat adalah suatu perasaan suka atau tertarik pada suatu hal atau aktifitas berdasarkan kemauan sendiri, tanpa ada paksaan maupun dorongan. Minat dapat dilihat dari aktivitas siswa yang dilakukan siswa. Siswa yang mempunyai minat terhadap obyek tertentu akan memberikan perhatian yang lebih.

Menyimak adalah kegiatan mendengarkan untuk memperoleh informasi secara lisan dengan penuh perhatian yang telah disampaikan sang pembicara melalui alat dan bahasa. Menyimak tidak bisa datang dengan alami, melainkan perlu adanya usaha untuk mendapatkannya. Proses menyimak dituntut untuk mendapatkan informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pengirim pesan melalui ujaran atau bahasa lisan.

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang berarti siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen, model pembelajaran kooperatif biasa disebut dengan model pembelajaran gotong royong, yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah fasafah. Proses pembelajaran tidak pernah lepas dari penggunaan model pembelajaran. Berbagai macam model pembelajaran salah satunya model Jigsaw. Metode Jigsaw tersebut masih digolongkan dalam berbagai jenis yaitu Jigsaw I dan Jigsaw II. Hal yang membedakan Jigsaw I dan Jigsaw II adalah pada Jigsaw II diawali dengan memberi


(51)

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari konsep secara keseluruhan, sehingga siswa sudah mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajari. Kegiatan ini bisa guru lakukan dengan cara memberikan penjelasan garis besar materi yang akan dipelajari, kemudian baru dilakukan dengan mempelajari sub bab materi yang akan didalami pada kelompok ahli. Siswa yang sudah mengetahui garis besar materi maka akan lebih mudah dalam memahami dan menyatukan potongan bab materi yang akan mereka dapatkan saat berdiskusi dalam kelompok asal.

Model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I, siswa akan mendapatkan keseluruhan materi dari penjelasan teman kelompk asal. Hal ini sangan mengkhawatirkan karena bisa saja siswa tersebut belum memahami materi dengan baik. Jigsaw II merupakan model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa beraktivitas dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Jigsaw terdiri dari berbagai langkah pembelajaran antara lain orientasi, pengelompokan, pembentukan kelompok ahli, pembinaan kelompok ahli, diskusi kelompok ahli tes serta pengakuan kelompok. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan minat dalam belajar karena siswa dapat menyimak teman yang sedang bercerita. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II jika diterapkan di SD Negeri 3 Tlogowatu kelas III pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan, maka minat dan kemampuan menyimak siswa SD Negeri 3 Tlogowatu kelas III pada materi pelajaran bahasa


(52)

Indonesia dengan materi mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan akan meningkat.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori yang mendukung dan kerangka berpikir yang peneliti tulis di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut.

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun pelajaran 2014/2015.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun pelajaran 2014/2015.

Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II

Pelajaran Bahasa Indonesia

Minat

Cerita Anak


(53)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab III ini peneliti akan membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas, teknik analisis data, dan kriteria keberhasilan.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas diartikan oleh Mulyasa (2010:11) sebagai suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan tahap-tahap umum yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2006:16). Pendapat tersebut didukung oleh Kusumah (2009:2) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas atau disebut juga PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, mengamati dan merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan PTK, guru dapat melakukan penelitian dalam kelas sendiri dengan upaya untuk mencermati kegiatan belajar peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan dengan tahapan merencanakan, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikannya dengan tujuan


(54)

memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat. Alur penelitian tindakan kelas dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas menurut Mulyasa (2011) 1. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu kegiatan merencanakan suatu tindakan yang akan dilakukan pada pelaksanaan tindakan. Kegiatan perencanaan mencakup beberapa hal, antara lain identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan bentuk tindakan yang akan dilakukan sebagai bentuk solusi atau pemecahan masalah.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas mengacu pada apa yang direncanakan pada perencanaan. Pelaksanaan tindakan yang paling tepat yaitu mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Langkah selanjutnya adalah mengimplementasi tindakan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat.


(55)

3. Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran. Pengamatan merupakan suatu pengaruh dari pelaksanaan tindakan yang terpilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data atau dapat dikatakan sebagai kegiatan merekam informasi dampak dari pelaksanaan tindakan dengan atau tanpa alat bantu. Data yang dihimpun melalui pengamatan meliputi data kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan.

4. Refleksi

Refleksi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul di dalam kelas. Berdasarkan masalah yang muncul pada refleksi hasil perlakuan tindakan pada siklus pertama, maka akan ditentukan apakah tindakan yang telah dilakukan sudah mencapai target atau belum. Melalui refleksi inilah peneliti menentukan keputusan apakah siklus perlu dilanjutkan atau dihentikan.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Tlogowatu yang beralamat di dukuh Sumberejo, desa Tlogowatu, kecamatan Kemalang, kabupaten Klaten.


(56)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu yang berjumlah 28 siswa dengan siswa laki-laki berjumlah 12 dan siswa perempuan berjumlah 16.

3. Objek penelitian

Obyek penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan standar kompetensi memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita anak yang dilisankan, kompetensi dasar mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan.

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan yang mengajarkan setiap siklusnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Rencana tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

1.Persiapan

Langkah awal sebelum melakukan penelitian adalah melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Meminta ijin kepada kepala sekolah SD Negeri 3 Tlogowatu untuk melakukan penelitian di SD tersebut.

b. Melakukan observasi pada kelas III untuk memperoleh gambaran pembelajaran bahasa Indonesia untuk mengetahui karakter siswanya. c. Melakukan wawancara terhadap guru kelas.


(57)

d. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas. e. Merumuskan masalah.

f. Merumuskan hipotesis.

g. Menyusun rencana penelitian tiap siklus.

h. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokoknya.

i. Membuat silabus, RPP, instrumen penelitian dan lembar kerja siswa. j. Menyiapkan metode dan alat peraga yang akan digunakan dalam

proses pembelajaran. 2.Rencana Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Pelaksanaannya menggunakan dua siklus dalam penelitian. Materi yang akan disampaikan adalah mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan.

Adapun tindakan yang akan peneliti lakukan sebagai berikut. a.Siklus 1

1)Perencanaan

Peneliti bersama guru berdiskusi dalam merencanakan tindakan yang akan dilakukan berhubungan dengan masalah yang sudah ditemukan. Adapun rencana yang akan peneliti lakukan sebagai berikut.

a) Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu membuat bahan ajar bahasa Indonesia.


(58)

b) Menyusun RPP, silabus, LKS, cerita anak, dan membuat soal evaluasi.

c) Menyusun instrumen penelitian. 2)Pelaksanaan

(a) Pertemuan Pertama

Pelaksanaan yang akan peneliti lakukan berdasarkan RPP dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Orientasi

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Guru menyiapkan lima cerita anak dengan judul yang berbeda.

Pengelompokan

c) Guru membagi siswa menjadi lima kelompok untuk membuat kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang dikelompokkan secara heterogen.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

Gambar 3.2 Alur Pembagian Kelompok Asal Jigsaw II Siklus I Pertemuan I

d) Guru membagikan kartu nomor sebagai tanda pengenal siswa.

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4


(59)

e) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas kelompok yang harus dilaksanakan.

f) Setiap kelompok mendapat materi yang berbeda. Contoh no 1 mendapat cerita berbeda dengan no 2 atau setiap anggota kelompok membahas sub materi yang berbeda.

Pembinaan Kelompok Ahli

g) Siswa yang mendapatkan nomor soal sama berdiskusi dalam satu kelompok (kelompok ahli).

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2

Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4 dst

Gambar 3.3 Alur Pembagian Kelompok Ahli Jigsaw II Siklus I Pertemuan I

Diskusi

h) Siswa dalam kelompok ahli mendapat waktu ± 20 menit untuk berdiskusi atau memahami cerita anak.

i) Guru mengkondisikan kelas supaya siswa melakukan diskusi dengan pelan-pelan jangan sampai mengganggu kelompok lain.

Pengakuan Kelompok

j) Selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal) untuk menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran dan anggota kelompok menyimak.

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2


(60)

k) Guru mengkondisikan kelas supaya anggota kelompok dapat menyimak cerita yang disampaikan oleh temannya.

l) Siswa mengerjakan soal evaluasi.

m) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi.

n) Guru bersama siswa melakukan refleksi kegiatan pembelajaran hari ini.

(b)Pertemuan Kedua

Orientasi

a) Guru menjelaskan pelajaran yang akan dilakukan Pembinaan Kelompok Ahli

b) Guru menyuruh siswa untuk kembali ke kelompok ahli yang sudah dibentuk dipertemuan pertama.

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2

Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4

Gambar 3.4 Alur Pembagian Kelompok Ahli Jigsaw II Siklus I Pertemuan II

c) Guru membagikan kartu nomor sebagai tanda pengenal siswa.

d) Guru membagikan teks cerita anak yang telah dipelajari sebelumnya.

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2


(61)

Diskusi

e) Siswa diminta untuk belajar bersama kelompok ahli ± 15 menit.

f) Setelah cukup mendapat informasi dari kelompok ahli, setiap anggota kembali ke dalam kelompok asal.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

Gambar 3.5 Alur Pembagian Kelompok Asal Jigsaw II Siklus I Pertemuan II

g) Siswa mengerjakan lks yang sudah disediakan oleh guru. Pengakuan Kelompok

h) Setiap kelompok satu persatu presentasi kedepan kelas untuk mengemukakan hasil diskusi yang didapat.

3)Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti yaitu pengamatan proses pembelajaran dan pengamatan kemampuan menyimak.

a) Pengamatan Proses Pembelajaran

Pengamatan proses pembelajaran dilakukan untuk mengamati penerapan pembelajaan menggunakan Jigsaw II di kelas. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang direncanakan.

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5


(62)

b) Pengamatan Hasil Belajar

Pengamatan hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan minat belajar siswa dan kemampuan menyimak siswa.

(1) Pengamatan Minat Belajar Siswa

Pengamatan minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama mengumpulkan data dengan lembar pengamatan rubrik yang telah disiapkan dan dilakukan oleh pengamat. Kedua dengan membagikan angket yang akan diisi oleh siswa. Lembar angket diberikan pada kondisi awal, akhir siklus I, dan akhir siklus II.

(2) Kemampuan Menyimak Siswa

Kemampuan menyimak dapat dilihat di akhir siklus I dimana siswa mengerjakan soal tertulis yang nantinya menjadi pembanding tingkat kemampuan menyimak pada setiap siklus.

4)Refleksi

Refleksi yang dilakukan oleh penulis mencakup dua hal yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar.

a) Refleksi Proses Pembelajaran

Refleksi proses pembelajaran berguna untuk mengetahui kendala yang terjadi selama melaksanakan proses belajar mengajar pada siklus I. Pencapaian proses belajar pada siklus


(63)

I dengan menggunakan teknik Jigsaw II juga dapat terlihat untuk selanjutnya direfleksikan.

b) Refleksi Hasil Belajar

Refleksi hasil belajar terbagi menjadi dua yaitu refleksi minat belajar siswa dan refleksi kemampuan menyimak siswa.

(1) Minat Belajar Siswa

Menganalisa hasil minat belajar siswa yang dicapai pada siklus I dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditetapkan.

(2) Kemampuan Menyimak Siswa

Menganalisa hasil kemampuan menyimak siswa yang dicapai pada siklus I dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditetapkan.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Perencanaan dilakukan atas dasar hasil refleksi pada siklus I. Peneliti bersama dengan guru merencanakan kembali tindakan yang akan dilakukan pada siklus II untuk memperbaiki kesalahan dan aspek-aspek yang belum optimal pada siklus I. Rencana tindakan pada siklus II antara lain.


(64)

2) Pelaksanaan

(a) Pertemuan Pertama Orientasi

a) Guru menyampaikan salam dan tujuan pembelajaran

b) Guru menyiapkan lima cerita anak dengan judul yang berbeda.

Pengelompokan

c) Guru membagi siswa menjadi lima kelompok untuk membuat kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang dikelompokkan secara heterogen.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

Gambar 3.6 Alur Pembagian Kelompok Asal Jigsaw II Siklus II Pertemuan I

d) Guru membagikan kartu nomor sebagai tanda pengenal siswa.

Pembinaan Kelompok Ahli

e) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas kelompok yang harus dilaksanakan.

f) Setiap kelompok mendapat materi yang berbeda. Contoh no 1 mendapat cerita berbeda dengan no 2 atau setiap anggota kelompok membahas sub materi yang berbeda.

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5


(65)

g) Siswa yang mendapatkan nomor soal sama berdiskusi dalam satu kelompok (kelompok ahli).

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2

Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4 dst

Gambar 3.7 Alur Pembagian Kelompok Ahli Jigsaw II Siklus II Pertemuan I

Diskusi

h) Siswa dalam kelompok ahli mendapat waktu ± 20 menit untuk berdiskusi atau memahami cerita anak.

i) Guru mengkondisikan kelas supaya siswa melakukan diskusi dengan pelan-pelan jangan sampai mengganggu kelompok lain.

j) Selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal) untuk menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran dan anggota kelompok menyimak.

Pengakuan Kelompok

k) Guru mengkondisikan kelas supaya anggota kelompok dapat menyimak cerita yang disampaikan oleh temannya. l) Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang hasil

pekerjaannya benar.

m)Kegiatan ditutup dengan salam dan doa.

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2


(66)

(b)Pertemuan Kedua

Pembentukan Kelompok Ahli

a) Guru menyuruh siswa untuk kembali ke kelompok ahli yang sudah dibentuk dipertemuan pertama.

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2

Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4

Gambar 3.8 Alur Pembagian Kelompok Ahli Jigsaw II Siklus II Pertemuan II

b) Guru membagikan kartu nomor sebagai tanda pengenal siswa.

c) Guru membagikan teks cerita anak yang telah dipelajari sebelumnya.

Diskusi

d) Siswa diminta untuk belajar bersama kelompok ahli ± 15 menit.

e) Setelah cukup mendapat informasi dari kelompok ahli, setiap anggota kembali ke dalam kelompok asal.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

Gambar 3.9 Alur Pembagian Kelompok Asal Jigsaw II Siklus II Pertemuan II

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4

1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2


(67)

f) Siswa mengerjakan lks yang sudah disediakan oleh guru. Pengakuan Kelompok

g) Kelompok satu persatu presentasi kedepan kelas untuk mengemukakan hasil diskusi yang didapat.

3) Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti yaitu pengamatan proses pembelajaran dan pengamatan kemampuan menyimak. a) Pengamatan Proses Pembelajaran

Pengamatan proses pembelajaran dilakukan untuk mengamati penerapan pembelajaan menggunakan Jigsaw II di kelas. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang direncanakan.

b) Pengamatan Hasil Belajar

Pengamatan hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan minat belajar siswa dan kemampuan menyimak siswa.

(1) Pengamatan Minat Belajar

Pengamatan minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama mengumpulkan data dengan lembar pengamatan rubrik yang telah disiapkan dan dilakukan oleh pengamat. Kedua dengan membagikan angket yang akan diisi oleh


(68)

siswa. Lembar angket diberikan pada kondisi awal, akhir siklus I, dan akhir siklus II.

(2) Kemampuan Menyimak Siswa.

Kemampuan menyimak dapat dilihat di akhir siklus I dimana siswa mengerjakan soal tertulis yang nantinya menjadi pembanding tingkat kemampuan menyimak pada setiap siklus.

4) Refleksi

Refleksi yang dilakukan oleh penulis mencakup dua hal yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar. a) Refleksi Proses Pembelajaran

Refleksi proses pembelajaran berguna untuk mengetahui kendala yang terjadi selama melaksanakan proses belajar mengajar pada siklus I. Pencapaian proses belajar pada siklus I dengan menggunakan teknik Jigsaw II juga dapat terlihat untuk selanjutnya direfleksikan.

b) Refleksi Hasil Belajar

Refleksi hasil belajar terbagi menjadi dua yaitu refleksi minat belajar siswa dan refleksi kemampuan menyimak siswa.

(1) Minat Belajar Siswa

Menganalisa hasil minat belajar siswa yang dicapai pada siklus I dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditetapkan.


(69)

(2) Kemampuan Menyimak Siswa

Menganalisa hasil kemampuan menyimak siswa yang dicapai pada siklus I dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditetapkan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi observasi, wawancara, kuesioner dan tes.

1. Observasi

Observasi merupakan metode atau cara menganalisis dan melakukan pencatatan yang sistematis terhadap tingkah laku individu atau kelompok secara langsung dengan mengamatinya (Purwanto, 2009:149). Pendapat yang selaras juga diungkapkan oleh Margono (2007:158) yang mengatakan observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada obyek penelitian. Pencatatan dilakukan menggunakan daftar cek (ceklist) sebagai pedoman. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas pada saat pelajaran bahasa Indonesia. Peneliti menggunakan lembar pengamatan untuk mengamati pelajaran di kelas selama diterapkannya metode Jigsaw II. 2. Wawancara

Wawancara disusun untuk menanyakan dan mengetahui hal-hal yang tidak dapat/kurang jelas diamati pada saat observasi. Menurut Hopkins dalam (Kunandar, 2009:157) wawancara adalah suatu cara


(1)

RELIABILITAS SIKLUS 2

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted Soal1 28.6667 256.292 .750 . .745 Soal2 28.6061 257.184 .719 . .746 Soal3 28.7879 258.735 .580 . .748 Soal4 28.6667 256.292 .750 . .745 Soal5 28.7879 258.735 .580 . .748 Soal6 28.6061 257.184 .719 . .746 Soal7 28.7576 259.189 .551 . .748 Soal8 28.7576 259.189 .551 . .748 Soal9 28.6061 257.184 .719 . .746 Soal10 28.7879 258.735 .580 . .748 Soal11 28.6061 257.184 .719 . .746 Soal12 28.6667 256.292 .750 . .745 Soal13 28.7879 258.735 .580 . .748 Soal14 28.6667 256.292 .750 . .745 Soal15 28.6061 257.184 .719 . .746 Soal16 28.7576 259.189 .551 . .748 Soal17 28.7576 259.189 .551 . .748 Soal18 28.6061 257.184 .719 . .746 Soal19 28.6061 257.184 .719 . .746 Soal20 28.6061 257.184 .719 . .746 Soal21 28.6061 262.309 .382 . .752 Soal22 28.7879 258.735 .580 . .748 Soal23 28.6364 258.614 .611 . .748 Soal24 28.7879 258.735 .580 . .748 Soal25 28.6667 256.292 .750 . .745 TOTAL 14.6364 67.114 1.000 . .947

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items


(2)

248

LAMPIRAN XIII

Foto-foto Kegiatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

PENJELASAN OLEH GURU


(4)

250

DISKUSI

DISKUSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

PRESENTASI HASIL DISKUSI


(6)

253

Irwansyah lahir di Klaten, 20 Januari 1994. Anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Gunawan dan Ibu Ngatini. Tinggal di Ledoksari, Rt 18 Rw 8, Tlogowatu, Kemalang, Klaten. Pendidikan Dasar diperoleh di SD N 3 Tlogowatu pada tahun 1999. Kemudian meneruskan Pendidikan Menengah Pertama di SMP N 1 Kemalang pada tahun 2005. Setelah lulus kemudian melanjutkan Pendidikan Menengah Atas di SMA N 1 Prambanan pada tahun 2008. Hingga akhirnya setelah lulus Sekolah Menengah Atas memutuskan untuk menempuh Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada semester 2 saya mengikuti kegiatan KMD yang dipersiapkan untuk membina Pramuka di SD. Semester 3 saya mengikuti kegiatan bimbingan belajar di SD untuk kelas atas, dan semester 4 mengikuti kegiatan bimbingan belajar di SD untuk kelas bawah. Semester 5 saya mengikuti kegiatan Probaling I untuk magang pada guru SD dan semester 6 saya mengikuti kegiatan Probaling II untuk magang pada Kepala Sekolah. Semester 7 saya mengikuti kegiatan PPL dan sekaligus melakukan penelitian untuk skripsi ini. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi dengan judul “PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD NEGERI 3 TLOGOWATU”

BIOGRAFI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Efektivitas penggunaan tape recorder dalam pembelajaran menyimak cerita pendek siswa kelas X SMA Negeri I PakuHaji Tahun pelajaran 2010/2011

0 6 15

Perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS

2 6 151

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa

3 51 76

Upaya peningkatan kreativitas belajar biologi siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

0 7 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Upaya meningkatkan motivasi, kreativitas, dan prestasi belajar IPA dengan implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

0 0 7