Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan metode kooperatif JIGSAW II pada siswa kelas III SD Sumberwatu Prambanan.
PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW II PADA
SISWA KELAS III SD SUMBERWATU PRAMBANAN Oleh:
St. Ari Kurniawan 111134136 ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang kemampuan siswa dalam menyimak materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa kelas III SD Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Desain penelitian ini menggunakan model dalam 2 siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan & observasi, dan refleksi. Subjek penelitian meliputi 25 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan yang duduk di kelas III SD Sumberwatu semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Objek penelitian adalah meningkatkan minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa kelas III SD Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan tes unjuk kerja. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu Tahun Ajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata minat menyimak siswa sebesar 57,64 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 68,42 (cukup), dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 80,08 (tinggi). (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu Tahun Ajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM (70) sebesar 12%, pada akhir siklus I meningkat menjadi 64% dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 84%.
(2)
RAISING INTEREST AND ABILITY TO LISTEN CHILDREN STORIES USING COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW II IN GRADE III
SUMBERWATU PRAMBANAN ELEMENTARY SCHOOL St Ari Kurniawan
111134136 ABSTRACT
This research was motivated by the lack of students' ability in listening to the subject matter given by the teacher. This research aims to increase the interest and ability to listen to folklore stories for students of class III Sumberwatu Elementary School 2015/2016 academic year through Jigsaw II method.
This research was a classroom action research conducted in both collaborative and participatory. The research is designed using model in two cycles which consist of planning, execution, observation, and reflection. The research subjects are 25 students consisting of 9 male and 16 female students still in grade III SD Sumberwatu in odd semester academic year 2015/2016. The research objective is to improve the interest and ability to listen to folklore stories for students of grade III SD Sumberwatu 2015/2016 academic year through Jigsaw II method. The data collecting technique is through observation and performance tests. The data analysis technique is conducted in descriptive qualitative and quantitative.
The result showed that (1) The implementation of cooperative learning model of Jigsaw II can increase student interest to listening the children stories on the student grade III of Sumberwatu Elementary School study year 2015/2016. It can be seen from the initial conditions an average score of 57,64 interest in listening to students (lower) in the first cycle increased to 68,42 (enough), and at the end of the second cycle increased to 80,08 (high). (2) The use of cooperative learning model of Jigsaw II can improve the ability to listen story on the student grade III of Sumberwatu Elementary School study year 2015/2016. It can be seen the initial conditions the number of students who reach KKM (70) amounted to 12%, at the end of the first cycle increased to 64% and at the end of the second increased to 84%.
(3)
i
PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK
CERITA ANAK DENGAN METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD
SUMBERWATU PRAMBANAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : St. Ari Kurniawan
NIM: 111134136
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
(4)
SKSIPSI
PENINGKATAN
MINAT
DAN KEMAMPUANMENYIMAK
CEPJTA A}]A-rT DENGA}I }.{ETODF PFL{BET AJAP.AN KOOPERATIF TIPE JIGSAW E SISIVA KELAS
III
SDSUMBERSTATU PRAMBANA}I
l
j l l tr
(Rishe Februan 2016
(5)
SKRIPSI
PENINGKATAN
MA{AT
DAN KEMAMPUANME}MMAK
CE,RTTA A}I.AK DENGAN METODE PEMBELA*IARAN
,,
suwERwffiPRAI{BANA}I
Diuersiaokan dan ditulis oleh: St. Ari Kumiawan
Nu\rk,'I11134136
Ketua Sekeraris Ancsota I Anggota 2 Anooota 1
---@---
-Yogvakrta 2Marct2}l6
,
,.Fakultas fealqrtt444q!I IImu Peadidikan I iniversitas Sanata Dhanna(6)
iv
PERSEMBAHAN
Puji Tuhan, atas terselesainya tugas akhir ini dengan lancar tanpa halangan apapun.
Kupersembahkan karya ini untuk:
Orang tuaku tersayang Bapak Yohanes Eka Harjono, S.Pd. dan Ibu Fransisca Romana Tri Hastuti yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta
memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa ku balas dengan apapun.
Adikku Agustinus Bintang Kurnianto yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penulisan tugas akhir
ini.
(7)
v MOTTO
“
GOD IS BIGGER THAN ALL MY PROBLEMS
”
“MASA DEPAN YANG BAIK HANYA AKAN DICAPAI
DENGAN DOA, PERENCANAAN DAN KERJA KERAS”
(8)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 Maret 2016 Penulis
(9)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : St. Ari Kurniawan
Nomor Mahasiswa : 111134136
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD SUMBERWATU PRAMBANAN”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis:
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal: 2 Maret 2016 Yang menyatakan,
(10)
viii
PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW II PADA
SISWA KELAS III SD SUMBERWATU PRAMBANAN Oleh:
St. Ari Kurniawan 111134136 ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang kemampuan siswa dalam menyimak materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa kelas III SD Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Desain penelitian ini menggunakan model dalam 2 siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan & observasi, dan refleksi. Subjek penelitian meliputi 25 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan yang duduk di kelas III SD Sumberwatu semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Objek penelitian adalah meningkatkan minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa kelas III SD Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan tes unjuk kerja. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu Tahun Ajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata minat menyimak siswa sebesar 57,64 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 68,42 (cukup), dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 80,08 (tinggi). (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu Tahun Ajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM (70) sebesar 12%, pada akhir siklus I meningkat menjadi 64% dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 84%.
(11)
ix
RAISING INTEREST AND ABILITY TO LISTEN CHILDREN STORIES USING COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW II IN GRADE III
SUMBERWATU PRAMBANAN ELEMENTARY SCHOOL St Ari Kurniawan
111134136 ABSTRACT
This research was motivated by the lack of students' ability in listening to the subject matter given by the teacher. This research aims to increase the interest and ability to listen to folklore stories for students of class III Sumberwatu Elementary School 2015/2016 academic year through Jigsaw II method.
This research was a classroom action research conducted in both collaborative and participatory. The research is designed using model in two cycles which consist of planning, execution, observation, and reflection. The research subjects are 25 students consisting of 9 male and 16 female students still in grade III SD Sumberwatu in odd semester academic year 2015/2016. The research objective is to improve the interest and ability to listen to folklore stories for students of grade III SD Sumberwatu 2015/2016 academic year through Jigsaw II method. The data collecting technique is through observation and performance tests. The data analysis technique is conducted in descriptive qualitative and quantitative.
The result showed that (1) The implementation of cooperative learning model of Jigsaw II can increase student interest to listening the children stories on the student grade III of Sumberwatu Elementary School study year 2015/2016. It can be seen from the initial conditions an average score of 57,64 interest in listening to students (lower) in the first cycle increased to 68,42 (enough), and at the end of the second cycle increased to 80,08 (high). (2) The use of cooperative learning model of Jigsaw II can improve the ability to listen story on the student grade III of Sumberwatu Elementary School study year 2015/2016. It can be seen the initial conditions the number of students who reach KKM (70) amounted to 12%, at the end of the first cycle increased to 64% and at the end of the second increased to 84%.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul skripsi. “Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Sumberwatu Prambanan”.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati dalam penulisan ini.
2. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Kaprodi PGSD.
4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Keluargaku tercinta, Bapak Yohanes Eka Harjono, S.Pd., Ibu Fransisca Romana Tri Hastuti dan Adikku Agustinus Bintang Kurnianto.
(13)
xi
7. Siswa/siswi kelas III SD Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 yang telah memberikan waktu dan kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung. 8. Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang penuh kesabaran mendidik dan membimbing peneliti selama menempuh kuliah.
9. Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas B, yang telah berjuang dalam suka dan duka bersama menempuh pendidikan di PGSD.
10. Maharita Madya Wiratna, Yerico Priasto, Thomas Riko Wijaya, Hadi Purwa Setiyasa, Irwansyah, Satria Anggara, Yohanes Norman, Andri Purnomo, Gilar Dananjaya yang sudah mendukung agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan perhatian, terimakasih untuk semuanya.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti berharap saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.
(14)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
(15)
xiii BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori... 8
1. Minat... 8
2. Menyimak ... 11
3. Cerita Anak ... 15
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 19
B. Penelitian Yang Relevan ... 23
C. Kerangka Berpikir ... 27
D. Hipotesis Tindakan ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...29
B. Setting Penelitian...31
C. Rencana Tindakan...31
D. Teknik Pengumpulan Data...44
E. Instrumen Penelitian...46
F. Validitas...51
G. Reliabilitas...56
H. Teknik Analisis Data...57
I. Kriteria Keberhasilan...60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Hasil Penelitian ... 61
1. Kondisi Awal ... 61
(16)
xiv
3. Siklus II ... 75
B. Pembahasan ... 85
1. Minat Belajar ... 86
2. Kemampuan Menyimak ... 89
BAB V PENUTUP ... 94
A. Kesimpulan... 94
B. Keterbatasan Penelitian ... 94
C. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 96
(17)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Peubah, Indikator, Data, Teknik Pengumpulan,
Instrumen Minat ... 47
Tabel 3.2 Rubrik Observasi Minat Belajar Siswa ... 48
Tabel 3.3 Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru Kelas ... 50
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Panduan Wawancara Siswa ... 51
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Minat Menyimak... 51
Tabel 3.6 Penskoran Lembar Angket ... 52
Tabel 3.7 Penilaian Skor Minat Siswa Menggunakan PAP II ... 55
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 55
Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas Menurut Masidjo ... 57
Tabel 3.10 Kriteria Rata-Rata Skor Menyimak Menurut Sanjaya ... 61
Tabel 3.11 Kriteria Keberhasilan Minat Siswa dan Kemampuan Menyimak... 61
Tabel 4.1 Data Kuesioner Kondisi Awal ... 65
Tabel 4.2 Kemampuan Menyimak Kondisi Awal ... 65
Tabel 4.3 Minat Belajar Siswa Siklus I ... 71
Tabel 4.4 Kemampuan Menyimak Siswa Siklus I ... 73
Tabel 4.5 Perbandingan Kondisi Awal dan Siklus I ... 76
Tabel 4.6 Minat Belajar Siswa Siklus II ... 81
Tabel 4.7 Kemampuan Menyimak Siswa Siklus II ... 82
(18)
xvi
Tabel 4.9 Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 87 Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Menyimak Siswa ... 90 Tabel 4.11 Keberhasilan Pelaksanaan Penelitian ... 93
(19)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 26
Gambar 3.1 Siklus PTK Menurut Kemmis ... 30
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Skor Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 89
Gambar 4.2 Peningkatan Skor Rata-rata Kemampuan Menyimak ... 91
(20)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Validasi Instrumen ... 98
LAMPRAN II Validasi Perangkat Pembelajaran ... 104
LAMPRAN III Data Nilai Siswa Tahun Ajaran 2015/2016 ... 119
LAMPRAN IV Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 121
LAMPRAN V Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 147
LAMPRAN VI Soal Uji Empiris ... 173
LAMPRAN VII Soal Evaluasi ... 183
LAMPRAN VIII Hasil LKS Siklus I ... 191
LAMPRAN IX Hasil LKS Siklus II ... 195
LAMPRAN X Hasil Soal Evaluasi ... 199
LAMPRAN XI Hasil Lembar Observasi ... 208
LAMPRAN XII Hasil Lembar Kuesioner ... 219
LAMPIRAN XIII Validitas dan Reliabilitas Soal Evaluasi ... 232
LAMPIRAN XIV Foto-foto Kegiatan ... 251
LAMPRAN XV Surat Izin Penelitian ... 254
LAMPRAN XVI Biodata ... 257
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini ada lima hal yang akan diuraikan oleh peneliti. Kelima hal yang harus diuraikan dalam pendahuluan adalah latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia dan dirasakan penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan (Suparlan, 2009:84). Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek itu dapat berupa alat-alat pendidikan atau media sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan tidak terlepas dari bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Bahasa merupakan alat komunikasi pada pembelajaran formal disekolah dari jenjang SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi dan pembelajaran tidak formal.
Pendidikan di SD menuntut kemampuan dasar “calistung” (baca tulis hitung), kesiapan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, mengembangkan
(22)
berbagai potensi yang dimiliki, serta pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya. Terkait
dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis”, pembelajaran bahasa Indonesia di SD memegang peranan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya membekali siswa bisa mengenal, menulis, membaca huruf, dan kalimat sederhana (di kelas rendah atau kelas I II dan III), tetapi juga pada tercapainya kemahiran siswa untuk mengerti isi bacaan maupun menyusun paragraf (di kelas-kelas tinggi atau kelas IV sampai kelas VI SD).
Pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang diajarkan dari jenjang SD hingga jenjang perguruan tinggi. Pelajaran bahasa Indonesia dalam penyampaiaannya kurang bervariasi, pembelajaran biasanya hanya terfokus pada guru. Maka dari itu, banyak siswa yang merasa bosan dengan pelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesia sangat penting bagi setiap orang. Pembelajaran Bahasa Indonesia menuntut lima keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, membaca, menulis, berbicara dan bersastra. Kelima ketrampilan tersebut sangat dibutuhkan dalam menyusun paragraf, terutama keterampilan membaca dan keterampilan berbicara. Keterampilan menyimak tujuannya agar siswa mampu meningkatkan daya nalar, keterampilan berbicara tujuannya agar siswa mampu berbicara dengan baik sesuai kaidah kebahasaan, keterampilan menulis tujuannya agar siswa mampu menulis sesuai dengan kaidah penulisan, keterampilan membaca tujuannya agar siswa mampu memperoleh makna apa yang telah dibaca siswa.
(23)
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas III. Keterampilan menyimak mempunyai peran yang penting, namun pada pelaksanaannya masih kurang mendapat perhatian oleh guru sekolah. Peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas Bahasa Indonesia SD Sumberwatu pada tanggal 24 Agustus 2015 pukul 09:30 WIB. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas III, memperoleh hasil bahwa siswa mengalami kesulitan dalam aspek menyimak, dalam proses pembelajaran sebagian siswa kurang mendengarkan guru bercerita, sebagian siswa malah bercerita dengan teman satu mejanya, dan hanya sedikit siswa yang memperhatikan guru bercerita. Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat dapat dilihat dari partisipasi dalam beraktivitas (Slameto, 2010:57). Siswa yang berminat terhadap obyek tertentu yang dirasa menarik bagi siswa, oleh karena itu jika minat terhadap menyimak tinggi, maka diharapkan hasil belajar dalam aspek menyimak akan lebih baik.
Peneliti melakukan pengamatan di kelas III SD Sumberwatu sebanyak 2 kali yaitu pada hari tanggal 24 Agustus 2015 dan 25 Agustus 2015 untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengamatan pada hari Senin dilakukan pukul 09:30 dengan materi menuliskan puisi. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu melakukan penjelasan kemudian bertanya jawab tentang materi pelajaran, tetapi hanya beberapa siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Setelah siswa disuruh untuk bertanya tentang materi yang sudah diajarkan, siswa tidak ada yang bertanya,
(24)
tetapi setelah siswa disuruh menjelaskan kembali materi yang sudah diajarkan sebagian besar siswa tidak mampu untuk menjelaskannya.
Pengamatan kedua dilakukan pada hari Selasa, 25 Agustus 2015 dan dilakukan pada jam 09:30 WIB dengan materi memahami cerita drama yang dilisankan. Hasil dari pengamatan tersebut menunjukan hanya beberapa siswa saja yang aktif menjawab pertanyaan dari guru. Guru harus menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas yang dilakukan oleh peneliti, hasil yang diperoleh adalah skor rata-rata minat siswa yaitu 59,24 dan rata-rata kemampuan menyimak siswa adalah 54,40 dan presentase siswa yang mencapai KKM adalah 12%. Guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sehingga tampak kebosanan dalam diri siswa ketika mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pelajaran bahasa Indonesia di kelas III SD Sumberwatu tahun pelajaran 2015/2016, peneliti menemukan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Harapannya dengan pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah hasil belajar siswa akan mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), tetapi kenyataannya masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyimak dan hasil belajarnya belum mencapai standar kriteria ketuntasan yang ditetapkan.
Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa kelas III SD Sumberwatu mengalami kesulitan dalam menyimak karena kurangnya media yang
(25)
mendukung dan perlu adanya salah satu metode dalam model pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini peneliti memilih metode Jigsaw II untuk meningkatkan minat dan kemampuan menyimak cerita anak. Dalam pembelajaran ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok heterogen untuk kemudian siswa dapat menempatkan diri pada kelompok ahli yang akan mengerjakan tugas yang harus dibahas, setelah itu kembali lagi ke kelompoknya dan bertanggung jawab kepada kelompok akan tugas yang dikerjakan sehingga kelompok menjadi mengerti dan siswa yang tidak tahu menjadi tahu. Penelitian ini dibatasi pada siswa kelas III SD Sumberwatu pada pelajaran Bahasa Indonesia dan pembelajaran kooperatif model Jigsaw II diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia dalam aspek menyimak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal diatas, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah penggunaan metode Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu semester ganjil tahun ajaran 2015/2016?
2. Apakah penggunaan metode Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas III SD Sumberwatu semester ganjil tahun ajaran 2015/2016
(26)
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalahnya, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II.
2. Meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu tahun ajaran 2015/2016 melalui metode Jigsaw II.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sejumlah pihak. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut ini.
1. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi sekolah supaya menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan minat dan keterampilan menyimak cerita anak.
2. Bagi Guru
Penggunaan metode Jigsaw II dapat digunakan sebagai salah satu metode mengajar yang dapat digunakan pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam kemampuan menyimak cerita anak.
3. Bagi Siswa
Penggunaan metode Jigsaw II dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan kemampuan menyimak dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam menyimak cerita anak.
(27)
4. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat dengan menggunakan metode Jigsaw II.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, peneliti membatasi pengertian sebagai berikut.
1. Minat
Minat adalah suatu perasaan suka atau tertarik pada suatu hal atau aktifitas berdasarkan kemauan sendiri tanpa ada paksaan maupun dorongan.
2. Menyimak
Menyimak adalah kegiatan mendengarkan untuk memperoleh informasi secara lisan dengan penuh perhatian yang telah disampaikan sang pembicara melalui alat dan bahasa.
3. Cerita anak
Cerita anak adalah cerita yang ditunjukan untuk anak dan bukan cerita tentang anak.
4. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran.
(28)
5. Jigsaw II
Jigsaw II adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis pertukaran dari kelompok ke kelompok lain dengan suatu perbedaan penting.
(29)
9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Teori yang mendukung 1. Minat
a. Pengertian Minat
Menurut Slameto (2010:57), minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Djamarah (2011:166) mengungkapkan minat sebagai kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah sikap senang atau tidak senang dan menarik atau tidak menarik terhadap sesuatu.
b. Ciri-ciri Minat
Menurut Winkel (2004:212), seseorang mempunyai ciri-ciri minat adalah cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik yang sedang dipelajarinya. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar karena jika siswa tidak berminat terhadap bahan pelajaran maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar.
c. Indikator Minat
Iskandar (2012:14-15) menyebutkan ada empat indikator minat. 1) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: siswa mengikuti
(30)
mendapatkan tugas dari guru, siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang untuk belajar. 2) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: siswa aktif
bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman lain ketika belajar.
3) Ketertarikan siswa pada materi yang meliputi: siswa giat membaca buku pelajaran, siswa membaca materi terlebih dahulu sebelum diajarkan oleh guru, siswa membuat catatan, siswa serius menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
4) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: siswa menanyakan kesulitan yang dialami guru, siswa antusias dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru, siswa memperhatikan saat guru menjelaskan pelajaran di dalam kelas, siswa memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang disampaikan guru.
Dari ciri-ciri minat yang telah dijelaskan, peneliti menyimpulkan minat belajar dapat dibagi ke dalam empat indikator utama yaitu perasaan senang, kemauan untuk mengembangkan diri, sikap perhatian, dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
(31)
d. Cara Mengukur Minat
Margono (2007:158) menyatakan observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian. Esterberg (dalam Sugiyono, 2012: 317) menyatakan bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Sugiyono (2012:199) menyatakan angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas, peneliti akan menggunakan observasi, angket dan wawancara sebagai alat pengukur minat.
2. Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Menurut Tarigan (2008:19), keterampilan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembaca melalui ujaran bahasa lisan.
Sedangkan menurut Hermawan (2012:29) keterampilan menyimak lebih mengarah pada komunikasi lisan yang pada dasarnya bertujuan memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi
(32)
dari yang mengkomunikasikan. Orang mempelajari suatu bahasa dengan jalan mendengarkan atau menyimak, menirunya atau mempraktekkannya.
Dari pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses dimana seseorang konsentrasi penuh untuk menangkap informasi atau pesan yang disampaikan secara lisan
b. Jenis-jenis Menyimak
Menurut Hermawan (2012:43), menyimak dibagi menjadi dua belas jenis yaitu:
1) Menyimak ekstensif, adalah kegiatan menyimak untuk memahami materi simakan secara garis besar saja.
2) Menyimak Intensif yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk memahami makna yang dikehendaki dan lebih ditekankan pada kemampuan menyimak untuk memahami bahan simakan. 3) Menyimak sosial, adalah kegiatan menyimak yang berlangsung
dalam situasi sosial/ lingkungan sekitar misalnya nasihat yang diberikan dengan sikap dan bahasa yang santun sehingga anak terbiasa berbahasa dan santun.
4) Menyimak sekunder, adalah kegiatan menyimak yang terjadi secara kebetulan atau dilakukan sambil mengerjakan sesuatu. 5) Menyimak estetik, adalah kegiatan menyimak untuk menikmati
atau menghayati sesuatu. Penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku.
(33)
6) Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang di dalamnya telah terlihat kurangnya ataupun adanya prasangka ketidaktelitian yang akan diamati.
7) Menyimak konsentratif, adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh informasi yang disimak.
8) Menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang mengakibatkan pembentukan secara imajinatif akan bunyi, pengelihatan, gerakan atau kinestetik.
9) Menyimak interogratif, adalah kegiatan memyimak intensif yang menuntut konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena penyimak harus mengajukam pertanyaan-pertanyaan.
10)Menyimak selektif, adalah kegiatan menyimak yang memusatkan perhatian pada hal tertentu yang sudah di pilih.
Dari beberapa jenis menyimak yang ada, peneliti menggunakan jenis menyimak intensif, karena dalam jenis ini siswa masih perlu adanya bimbingan atau pengawasan dari guru.
c. Tahap-tahap Menyimak
Tarigan (2008 :58-59) menyebutkan bahwa menyimak memiliki tahap-tahap tertentu. Tahap dalam menyimak dapat meliputi tahap mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi.Tahap-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut.
(34)
1) Tahap Mendengar
Tahap ini kita baru mendengar sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Dalam hal itu kita belum menangkap dan memahami secara lebih jelas tentang hal yang dikemukakan oleh pembicara, jadi kita masih berada dalam tahap hearing.
2) Tahap memahami
Pada tahap ini ada keinginan dari kita untuk mengerti atau memahami dengan baik hal yang disampaikan pembicara. Di sini kita sudah masuk pada tahap menangkap inti dan memahami secara jelas maksud pembicara. Jadi, di sini kita sampai pada tahap understanding.
3) Tahap menginterpretasi
Pada tahap ini kita mulai mencermati dan menangkap isi pembicaraan untuk selanjutnya melakukan penafsiran terhadap pendapat yang tersirat dari ujaran. Dengan demikian, kita sampai pada tahap interpreting.
4) Tahap mengevaluasi
Setelah memahami serta menafsirkan isi pembicaraan, kita mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara. Di situ dikemukakan baik keunggulan dan kelemahan maupun kebaikan dan kekurangan dari hal yang disampaikan pembicara. Demikianlah, kita sampai pada tahap evaluating.
(35)
5) Tahap menanggapi
Pada tahap ini kita dapat menyerap dan menerima gagasan atau ide yang dikemukakan pembicara. Di situ kita dapat membuat tanggapan terhadap gagasan atau ide pembicara. Dengan demikian, kita sampai pada tahap responding.
3. Cerita Anak
a. Pengertian cerita anak
Mustakhim (2005:12) menyatakan bahwa cerita merupakan kejadian suatu tempat, kehidupan binatang sebagai pelambang kehidupan manusia, kehidupan manusia dalam masyarakat, dan cerita tentang mite yang hidup dalam masyarakat kapan dan dimana cerita itu terjadi. Cerita anak menurut Hardjana (2006:8) adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan cerita tentang anak.Tokoh dalam cerita tidak harus seorang anak, tetapi dapat berupa orang tua, guru, petani, nenek, kakek, atau siapa saja.Bahkan binatang, makhluk halus dan peri. Cerita anak dapat ditulis dalam bentuk cerita pendek maupun novel.
Hal yang sejalan diungkapkan oleh Puryanto (2008:7) cerita anak adalah mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tetapi mampu mengembangkan
(36)
bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa cerita anak adalah karangan cerita yang ditujukan untuk anak-anak sebagai pembacanya.
b. Unsur cerita anak
Cerita anak terdiri dari struktur yang membangunnya menjadi satu kesatuan yang utuh menjadi sebuah cerita. Berdasarkan pandangan Riris (2003:111-121) adalah sebagai berikut.
a) Tema
Tema sebuah cerita adalah makna yang tersembunyi. Tema mencakup moral atau pesan/amanat cerita. Tema bagi cerita anak haruslah yang perlu dan baik bagi mereka. Ia harus mampu menerjemahkan kebenaran. Hal penting yang perlu kita perhatikan juga, bahwa tema jangan mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita. Tentu saja buku yang ditulis dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi juga harus bercerita tentang sesuatu, dari mana pesan itu mengalir. Dengan cara itu, tema disampaikan kepada anak secara tersamar. Jadi, jika nilai moral hendak disampaikan pada anak, tema harus tersusun dalam bahan cerita yang kuat. Dengan demikian, anak dapat membangun pengertian baik atau buruk.
(37)
b) Tokoh
Tokoh adalah “pemain” dari sebuah cerita. Tokoh yang
digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa tidak akan menarik bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam cerita tidak mereka senangi. Hal penting dalam memahami tokoh adalah penokohan yang berkaitan dengan cara penulis dalam membantu pembaca untuk mengenal tokoh tersebut. Hal ini terlihat dari penggambaran secara fisik tokoh serta kepribadiannya. Aspek lain adalah perkembangan tokoh. Perkembangan tokoh menunjuk pada perubahan baik atau buruk yang dijalani tokoh dalam cerita-cerita.
c) Latar
Latar waktu dan tempat pada cerita anak harus mudah dipahami oleh anak karena anak masih cenderung rumit membayangkan masa lampau dan masa yang akan datang. Setting tempat juga harus disesuaikan dengan daya pikir anak seperti yang ada disekeliling anak sehingga anak dengan mudah memahaminya. d) Gaya Bahasa
Gaya adalah bagaimana penulis mengisahkan dalam tulisan. Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah cerita fiksi adalah pilihan kata. Kata-kata yang digunakan haruslah tepat
(38)
dengan cerita itu. Kalimat dalam cerita anak-anak haruslah lugas, tidak bertele-tele, dan tidak harus menggunakan kalimat tunggal. e) Alur
Alur adalah bangun yang menentukan sebuah cerita menarik atau tidak.Hal penting dari alur ini adalah konflik karena konfliklah yang menggerakkan sebuah cerita. Konflik pula yang bisa menyebabkan seseorang menangis, tertawa, marah, senang, jengkel ketika membaca sebuah cerita. Alur cerita anak biasanya dirancang secara kronologis, yang menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam periode tertentu. Alur lain yang digunakan adalah sorot balik. Alur sorot balik digunakan penulis untuk menginformasikan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Biasanya alur sorot balik ini dijumpai pada bacaan anak yang lebih tua dan biasanya akan membingungkan anak-anak di bawah usia sembilan tahun.
f) Amanat
Cerita anak harus mengandung pesan moral yang baik seperti pesan seperti kasih sayang, kepedulian, kejujuran,, ketegaran, kesabaran, kepercayaan sehingga akan membentuk karakter dan pribadi anak.
Jadi unsur cerita anak terdiri dari tema, tokoh, latar, gaya bahasa, alur, dan amanat.
(39)
4. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw a. Pengertian Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan pertama kalinya untuk menghadapi isu yang disebabkan perbedaan sekolah-sekolah di Amerika Serikat antara tahun 1964 dan 1974 oleh Elliot Aronson sebagai model cooperative learning. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Dalam pembelajaran tipe Jigsaw, setiap siswa mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh siswa lain.
Hal lain diungkapkan oleh Lie (2004:69) mengatakan bahwa teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode cooperative learning. Dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu,siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi.
Menurut Suprijono (2009:89), pembelajaran Jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif dimana guru membagi kelas dalam kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok-kelompok tergantung pada konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Jika satu kelas ada 40 siswa, maka
(40)
setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu disebut kemompok asal, setelah kelompok asal terbentuk guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Berikutnya membentuk kelompok ahli, berikan kesempatan untuk berdiskusi setelah itu kembali pada kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok masing-masing.
b. Tipe Jigsaw
Menurut Yuzar (dalam Isjoni 2009:78), terdapat tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu: 1) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa belajar dengan kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang, 2) heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Pembelajaran ini dimulai dengan pembelajaran bab atau pokok bahasan, sehingga setiap anggota kelompok memegang materi dengantopik yang berbeda-beda. Tiap siswa dari masing-masing kelompok yang memegang materi yang sama selanjutnya berkumpul dalam satu kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggungjawab untuk sebuah bab atau pokok bahasan. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan materi keahliannya kepada teman-teman dalam satu kelompok dalam bentuk diskusi.
Model pembelajaran Jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu Jigsaw tipe I dan Jigsaw tipe II. Menurut Trianto (2010:75),
(41)
model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan yang mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau tipe I awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain didapatkan melalui diskusi teman segrubnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum dia belajar untuk menjadi ahli. pada penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan peneliti menggunakan model Jigsaw II.
c. Langkah-langkah Jigsaw
Menurut Trianto (2010:73), langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu sebagai berikut
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang).
b) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi sub bab.
c) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya. Tiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
d) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.
(42)
e) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal,siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
f) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.
Menurut Isjoni (2009:77), pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang cendorung siswa aktif dan saling membantu dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berrkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggungjawab. Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II (Isjoni, 2009:80-81), yaitu sebagai berikut.
a) Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang.
b) Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan. c) Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas
yang sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang baru, untuk mengerjakan tugas mereka, para siswa tersebut menjadi anggota dengan bidang-bidang mereka yang telah ditentukan.
(43)
d) Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasain materi yang ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya. e) Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa
sudah dapat memahami suatu materi.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2010:44), langkah-langkah dalam model pembelajaran tipe Jigsaw, yaitu:
a) Peserta didik dikelompokkan menjadi 4 anggota tim.
b) Setiap anggota dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. c) Anggota dari tim yang berbedayakan telah mempelajari bagian atau sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
d) Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan anggota lainnya mendengarkannya.
e) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. f) Guru memberi evaluasi.
g) Penutup. B. Penelitian yang relevan
Rine Pertiwi, dkk. Meneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada
(44)
siklus I yaitu 70,88% (baik) dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 86,09% (sangat baik) jadi aktivitas belajar siswa meningkat 15,21%. Nilai rata-rata ulangan siswa setelah tindakan siklus I memperoleh hasil rata 75,35 dengan presentase ketuntasan 65% dan silkus II nilai rata-rata mencapai 85,5 dengan presentase 85%.
Penelitian Fransisca Ajeng Lestari (2013) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada Kelas IV SD Kalongan Depok Tahun Ajaran 2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kalongan Depok dalam pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Desain penelitian menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukan peningkatan minat dan prestasi belajar. Dalam aspek prestasi belajar menunjukan kondisi awal siswa diperoleh rata-rata 65,37. Setelah dikenai siklus I mengalami peningkatan menjadi 75,95. Sedangkan hasil perhitungan prestasi belajar pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik yakni diperoleh rata-rata 83,05.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Intan Kartika Dewi Pertiwi (2012) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak cerita Anak dengan Menggunakan Media Audio visual dalam pembelajaran Menyimak Siswa Kelas V SD Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang
(45)
dilaksanakan dengan dua siklus. Metode penelitian yang digunakan hasil tes menyimak siswa, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata skor menyimak siswa pada kondisi awal sebesar 62,18, pada akhir siklus I meningkat menjadi 73,33. Pada akhir siklus II skor rata-rata menyimak siswa mengalami peningkatan menjadi 84,50.
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya karena memberi gambaran dalam pembuatan skripsi dan topik yang digunakan juga cocok dengan topik pembuatan skripsi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini yang diteliti kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sedangkan penelitian sebelumnya kemampuan menyimak cerita anak dengan media audio visual.
Berbagai penelitian minat dan menyimak telah banyak dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat dan keterampilan menyimak setelah diterapkan model pembelajaran. Keistimewaan penelitian ini adalah belum ada yang meneliti tentang peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Peneliti ingin membuktikan besarnya kenaikan minat dan kemampuan menyimak cerita anak siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
(46)
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan Penelitian Rine Pertiwi, dkk.
yang berjudul “Penerapan
model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru”.
Penelitian Fransisca Ajeng Lestari (2013) dengan judul
“Peningkatan Minat dan
Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada Kelas IV SD Kalongan Depok Tahun Ajaran 2012/2013.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Intan Kartika Dewi Pertiwi (2012) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak cerita Anak dengan Menggunakan Media Audio visual dalam pembelajaran Menyimak Siswa
Kelas V SD Kanisius
Kembaran Bantul Tahun
Ajaran 2011/2012”.
Yang Diteliti
Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa
(47)
C. Kerangka berpikir
Pada kondisi awal guru belum menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam menyimak cerita anak, maka minat dan kemampuan menyimak cerita anak masih rendah. Cara memperbaiki dan meningkatkan minat serta kemampuan menyimak perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan metode kooperatif Jigsaw. Minat merupakan perasaan lebih suka dan perasaan tertarik pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada paksaan. Minat dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan siswa. Siswa yang mempunyai minat terhadap subjek tertentu cenderung akan memberikan perhatian lebih pada subjek tersebut.
Keterampilan menyimak merupakan suatu proses mendengarkan informasi secara lisan dengan penuh perhatian untuk menanggapi serta memahami isi pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan. Menyimak tidak datang secara alami, melainkan perlu usaha untuk mendapatkannya. Proses menyimak dituntut untuk memperoleh informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pengirim pesan melalui ujaran atau bahasa lisan.
Dalam usaha membantu siswa agar memahami pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan, dibutuhkan berbagai model pembelajaran.Berbagai model pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat diterapkan untuk menciptakan keaktifan siswa yang dapat diterapkan dengan cara bekerja secara kelompok. Pembelajaran
(48)
tersebut dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi siswa. Untuk itu, peneliti berasumsi jika guru menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III semester ganjil SD Sumberwatu tahun pelajaran 2015/2016 pada KD “1.2 Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan” maka dapat meningkatkan minat dan kemampuan menyimak siswa kelas III SD Sumberwatu tahun pelajaran 2015/2016.
Peneliti menggunakan metode Jigsaw II ini dikarenakan peneliti ingin mencoba memberikan solusi terhadap upaya pembelajaran. Siswa diharapkan semakin aktif dan memiliki minat belajar, dengan pembelajaran dilakukan secara menarik, sehingga kemampuan menyimak siswa akan meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Semua penjelasan dan segala hasil pemikiran yang diperoleh dari kerangka berpikir maka diperoleh hipotesis tindakan sebagai berikut: a. Pembelajaran menggunakan metode kooperatif Jigsaw II dapat
meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
b. Pembelajaran menggunakan metode kooperatif Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Sumberwatu semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
(49)
29 BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab III ini peneliti akan membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas, teknik analisis data, dan kriteria keberhasilan.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yakni suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran profesional. Menurut Sukardi (dalam Aries, Febru & Haryono, 2012:1) PTK adalah suatu jenis penelitian tindakan dengan akar permasalahan yang benar-benar dihadapi oleh peserta didik seperti masalah konkret di dalam kelas yang dirasakan oleh sebagian besar peserta didik, sekaligus permasalahan yang muncul secara terus-menerus di kelas ketika guru mengajar.
Menurut Hopkin (dalam Aries, Febru & Haryono, 2012:2), yaitu tindakan yang dilakukan oleh guru untuk menguji asumsi-asumsi teori pendidikan didalam praktek, atau mempunyai makna sebagai evaluasi dan implementasi keseluruhan prioritas sekolah.
Menurut Kemmis (dalam Sanjaya, 2011:24), penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktek sosial mereka.
(50)
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus. Penelitian ini menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan, bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak. Pada penelitian ini ingin melihat ada tidaknya peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan metode kooperatif tipe Jigsaw II di SD Sumberwatu.
Secara umum, penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui empat langkah utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Di bawah ini merupakan tahapan dari setiap siklus.
Siklus I Siklus II
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis
Perencanaan
Refleksi
Perencanaan
Tindakan
Tindakan Refleksi
(51)
B. Setting Penelitian 1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Sumberwatu yang terletak di Timur Candi Boko. Siswa SD ini dari golongan menengah kebawah. Alasan penulis memilih SD ini dikarenakan di sekolah tersebut minat dan kemampuan menyimak masih rendah, sehingga penulis ingin meningkatkan minat serta kemampuan menyimak di SD tersebut dengan menggunakan Jigsaw II.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Agustus sampai akhir bulan September di semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
3. Subjek
Subjek penelitian ini adalah 25 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kelas III SD Sumberwatu semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
4. Objek
Objek penelitian ini adalah pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SD Sumberwatu semester gasal tahun ajaran 2015/2016 guna meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa. C. Rencana Tindakan
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan yang mengajarkan setiap siklusnya menggunakan metode
(52)
Jigsaw II. Rencana tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1. Persiapan
Langkah awal sebelum melakukan penelitian adalah melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Meminta ijin kepada kepala sekolah SD Sumberwatu untuk melakukan penelitian di SD tersebut.
b. Melakukan observasi pada kelas III untuk memperoleh gambaran pembelajaran bahasa Indonesia untuk mengetahui karakter siswanya.
c. Melakukan wawancara terhadap guru kelas d. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas e. Merumuskan masalah
f. Merumuskan hipotesis
g. Menyusun rencana penelitian tiap siklus
h. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokoknya
i. Membuat silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS), instrumen penelitian dan lembar kerja siswa
(53)
2. Rencana Setiap Siklus
Setelah peneliti memperoleh gambaran awal keadaan kelas, maka penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
a. Siklus I 1) Pertemuan I Kegiatan Awal
1. Guru memberi salam pembuka
2. Guru meminta salah satu siswa memimpin doa 3. Guru melakukan presensi
Apersepsi
4. Guru bertanya mengenai cerita anak yang pernah didengar atau dibaca Motivasi
5. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi Orientasi
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Guru dan siswa bertanya jawab tentang macam-macam cerita anak 2. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cerita anak yang akan
dipelajari. (Tahap 1 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II) 3. Siswa menyebutkan contoh-contoh cerita anak yang pernah
(54)
4. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang cerita anak Elaborasi
1. Guru menyiapkan 4 cerita anak dengan judul yang berbeda
2. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk membuat kelompok asal, 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang dikelompokkan secara heterogen
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Kelompok 4 Kelompok 5
3. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas kelompok yang harus dilaksanakan
4. Setiap kelompok mendapat materi yang berbeda. Contoh no 1 mendapat cerita berbeda dengan no 2 atau setiap anggota kelompok membahas sub materi yang berbeda
5. Siswa yang mendapatkan nomor soal sama berdiskusi dalam satu kelompok (kelompok ahli)
Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2
Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4 Kelompok Ahli 5 dst
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 1 1 1 1
2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
1 2 3 4 5
(55)
6. Siswa dalam kelompok ahli mendapat waktu ± 20 menit untuk berdiskusi atau memahami cerita anak
7. Guru mengkondisikan kelas supaya siswa melakukan diskusi dengan pelan-pelan jangan sampai mengganggu kelompok lain
8. Selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal) untuk menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran dan anggota kelompok menyimak
9. Guru mengkondisikan kelas supaya anggota kelompok dapat menyimak cerita yang disampaikan oleh temannya
Konfirmasi
1. Siswa mendapatkan kesempatan untuk saling memberikan tanggapannya
Kegiatan Akhir
Kesimpulan dan penguatan
1. Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari 2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum
jelas Refleksi
1. Siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran hari ini di depan kelas dengan bimbingan guru
2. Guru menanyakan perasaan hari ini kepada siswa, apakah senang atau sedih
(56)
Tindak Lanjut
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi cerita anak
2. Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa 2) Pertemuan II
Kegiatan Awal
1. Guru memberi salam pembuka
2. Guru meminta salah satu siswa memimpin doa 3. Guru melakukan presensi
Apersepsi
1. Guru bertanya mengenai cerita anak yang pernah didengar atau dibaca
Motivasi
1. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi Orientasi
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Guru dan siswa bertanya jawab tentang macam - macam cerita anak 2. Guru membagikan materi ajar kepada siswa untuk dipelajari
(57)
Elaborasi
1. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok untuk membuat kelompok asal, 1 kelompok terdiri dari 5-4 siswa yang dikelompokkan secara heterogen
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Kelompok 4 Kelompok 5
2. Guru membagikan teks cerita anak yang telah dipelajari sebelumnya 3. Siswa mempelajari materi ajar yang akan dipelajari hari ini
4. Siswa kembali ke kelompok ahli untuk mengingat apa yang telah didapatnya dari pertemuan sebelumnya
Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2
Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5 5. Siswa diminta untuk belajar bersama kelompok ahli ± 20 menit 6. Setelah cukup mendapat informasi dari kelompok ahli, para anggota
kembali ke dalam kelompok asal
7. Siswa mengerjakan lks yang sudah disediakan oleh guru
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
(58)
8. Kelompok satu persatu presentasi kedepan kelas untuk mengemukakan hasil diskusi yang didapat
Konfirmasi
1. Siswa mengumpulkan soal dan jawaban di meja guru
2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum jelas
Kegiatan Akhir
Kesimpulan dan penguatan
1. Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari 2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum
jelas Refleksi
1. Siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran hari ini di depan kelas dengan bimbingan guru
2. Guru menanyakan perasaan hari ini kepada siswa, apakah senang atau sedih
Tindak Lanjut
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi cerita anak
(59)
b. Siklus II 1)Pertemuan I Kegiatan Awal
1. Guru memberi salam pembuka
2. Guru meminta salah satu siswa memimpin doa 3. Guru melakukan presensi
Apersepsi
1. Guru bertanya mengenai cerita anak yang pernah didengar atau dibaca
Motivasi
1. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi Orientasi
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Guru dan siswa bertanya jawab tentang macam-macam cerita anak 2. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cerita anak yang akan
dipelajari. (Tahap 1 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II) 3. Siswa menyebutkan contoh-contoh cerita anak yang pernah
didengarnya
4. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang cerita anak Elaborasi
(60)
2. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk membuat kelompok asal, 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang dikelompokkan secara heterogen
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Kelompok 4 Kelompok 5
3. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas kelompok yang harus dilaksanakan
4. Setiap kelompok mendapat materi yang berbeda. Contoh no 1 mendapat cerita berbeda dengan no 2 atau setiap anggota kelompok membahas sub materi yang berbeda
5. Siswa yang mendapatkan nomor soal sama berdiskusi dalam satu kelompok (kelompok ahli)
Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2
Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5
6. Siswa dalam kelompok ahli mendapat waktu ± 20 menit untuk berdiskusi atau memahami cerita anak
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
1 2 3 4 5
(61)
7. Guru mengkondisikan kelas supaya siswa melakukan diskusi dengan pelan-pelan jangan sampai mengganggu kelompok lain
8. Selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal) untuk menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran dan anggota kelompok menyimak
9. Guru mengkondisikan kelas supaya anggota kelompok dapat menyimak cerita yang disampaikan oleh temannya
Konfirmasi
1. Siswa mendapatkan kesempatan untuk saling memberikan tanggapannya
Kegiatan Akhir
Kesimpulan dan penguatan
1. Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari 2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum
jelas Refleksi
1. Siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran hari ini di depan kelas dengan bimbingan guru
2. Guru menanyakan perasaan hari ini kepada siswa, apakah senang atau sedih
Tindak Lanjut
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi cerita anak
(62)
2. Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa
2) Pertemuan II Kegiatan Awal
1. Guru memberi salam pembuka
2. Guru meminta salah satu siswa memimpin doa 3. Guru melakukan presensi
Apersepsi
1. Guru bertanya mengenai cerita anak yang pernah didengar atau dibaca
Motivasi
1. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi Orientasi
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari Kegiatan Inti
Eksplorasi
1) Guru dan siswa bertanya jawab tentang macam - macam cerita anak 2) Guru membagikan materi ajar kepada siswa untuk dipelajari
3) Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang cerita anak Elaborasi
1) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok untuk membuat kelompok asal, 1 kelompok terdiri dari 5-4 siswa yang dikelompokkan secara heterogen
(63)
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Kelompok 4 Kelompok 5
2) Guru membagikan teks cerita anak yang telah dipelajari sebelumnya 3) Siswa mempelajari materi ajar yang akan dipelajari hari ini
4) Siswa kembali ke kelompok ahli untuk mengingat apa yang telah didapatnya dari pertemuan sebelumnya
Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2
Kelompok ahli 3 Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5 5) Siswa diminta untuk belajar bersama kelompok ahli ± 20 menit 6) Setelah cukup mendapat informasi dari kelompok ahli, para anggota
kembali ke dalam kelompok asal
7) Siswa mengerjakan lks yang sudah disediakan oleh guru
8) Kelompok satu persatu presentasi kedepan kelas untuk mengemukakan hasil diskusi yang didapat
Konfirmasi
1. Siswa mengumpulkan soal dan jawaban di meja guru
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
(64)
2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum jelas
Kegiatan Akhir
Kesimpulan dan penguatan
1. Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari 2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum
jelas Refleksi
1. Siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran hari ini di depan kelas dengan bimbingan guru
2. Guru menanyakan perasaan hari ini kepada siswa, apakah senang atau sedih
Tindak Lanjut
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi cerita anak
2. Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti meliputi observasi, kuesioner, wawancara, dan tes.
1. Observasi
Sanjaya (2011:86) menyatakan bahwa “Observasi
merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan
(65)
mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang
akan diamati atau diteliti”. Observasi digunakan untuk mengukur minat siswa. Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang relevan sebagai pendukung kuesioner. Peneliti menggunakan lembar pengamatan untuk mengamati pelajaran dikelas selama diterapkannya pembelajaran. Selain dengan lembar pengamatan, peneliti dan observer menggunakan alat bantu kamera supaya hasil yang diperoleh lebih nyata.
2. Kuesioner
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012:199). Kuesioner ini akan diisi secara tertulis oleh siswa sebagai responden. Kuesioner digunakan untuk mengetahui minat awal siswa sebelum diberikan tindakan dan mengetahui kondisi siswa setelah dilakukan tindakan.
3. Wawancara
Nurgiantoro (2010:960) menyatakan bahwa
(66)
untuk mendapatkan informasi dari responden (peserta didik, orang yang diwawancarai) dengan melakukan Tanya
jawab sepihak”. Wawancara digunakan untuk mengukur minat siswa. Wawancara dilakukan untuk menanyakan dan mengetahui hal-hal yang tidak dapat/kurang jelas diamati pada saat observasi. Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa.
4. Tes
Tes sebagai instrumen pengumpulan data digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian (Sanjaya, 2011:83). Pada penelitian ini, yang menjadi penanda atas keberhasilan yaitu adanya peubah minat dan kemampuan menyimak cerita anak. Instrumen yang peneliti gunakan yaitu instrumen pengukur minat dan instrumen pengukur kemampuan menyimak cerita anak. Instrumen yang digunakan untuk mengukur minat yaitu dengan menggunakan lembar observasi dan angket, sedangkan untuk kemampuan menyimak cerita anak menggunakan tes. Variabel dan instrumen pengumpulan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
(67)
Table 3.1 Peubah, Indikator, Data, Teknik Pengumpulan, Instrument Minat.
No Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen
1 Minat a. Perasaan senang b. Perhatian c. Ketertarikan pada materi d. Ketertarikan pada metode Skor rata-rata observasi dan kuesioner Observasi, kuesioner, dan wawancara a.Lembar observasi minat b. Lembar kuesioner minat c. Lembar wawancara 2 Kemampuan
Menyimak a. Rata-rata skor kemampuan menyimak siswa b. Presentase jumlah siswa yang mencapai KKM Skor rata-rata nilai menyimak siswa
Tes a.Lembar soal evaluasi
1. Rubrik Observasi Minat
Observasi minat belajar dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan rubrik penelitian yang sudah disiapkan oleh peneliti. Peneliti memberikan skror 1, 2, 3, dan 4 di setiap pertanyaan yang muncul pada siswa dalam proses pembelajaran. Skor 1 jika siswa tidak merespon tindakan yang termasuk dalam kriteria, skor 2 jika tindakan siswa sering tidak sesuai dengan kriteria, skor 3 jika tindakan siswa sering sesuai dengan kriteria, skor 4 jika tindakan siswa sesuai dengan kriteria.
Penelitian ini tidak menggunakan alternatif jawaban netral (N) karena menurut peneliti jika disediakan pilihan jawaban tengah (N) maka cenderung responden memilihnya sehingga data mengenai perbedaan di
(68)
antara responden tersebut kurang memberikan informasi yang sebenarnya. Kisi-kisi panduan pengamatan minat dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.2. Rubrik Observasi Minat Belajar Siswa
No Indikator Pernyataan Skor 1 2 3 4 1 Ekspresi
perasaan senang.
a. Siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias.
b. Siswa bersemangat jika mendapatkan tugas dari guru.
c. Siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran
dimulai.
d. Siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai. e. Siswa duduk dengan
tenang untuk belajar. 2 Perhatian
dalam mengikuti pelajaran
a. Siswa aktif bertanya di dalam kelas.
b. Siswa aktif menjawab pertanyaan.
c. Siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama.
d. Siswa tidak melamun di dalam kelas.
e. Siswa tidak mengganggu teman lain ketika belajar. 3 Ketertarikan
siswa pada materi
a. Siswa giat membaca buku pelajaran
b. Siswa membaca materi terlebih dahulu sebelum diajarkan oleh guru c. Siswa membuat catatan
mengenai materi yang dipelajari
d. Siswa serius
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. e. Siswa mencari tahu
(69)
No Indikator Pernyataan Skor 1 2 3 4 berdasarkan sumber lain.
4 Ketertarikan siswa pada metode guru
a.Siswa menanyakan kepada guru hal yang bisa dibantu.
b.Siswa antusias dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru. c.Siswa memperhatikan saat
guru menjelaskan
pelajaran di dalam kelas. d.Siswa aktif mengikuti
pelajaran dari awal sampai akhir.
e.Siswa memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang disampaikan guru. 5 Keterlibatan
siswa dalam pembelajaran
a. Siswa aktif
menyampaikan pendapat saat diskusi.
b. Siswa mau membantu teman lain yang mengalami kesulitan dalam belajar.
c. Siswa bekerjasama dengan kelompok.
d. Siswa maju mengerjakan tugas.
e. Siswa mengajukan diri untuk menjawab spotan pertanyaan yang diajukan guru.
Jumlah Skor
1. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menanyakan dan mengetahui hal-hal yang tidak dapat/kurang jelas diamati pada saat observasi. Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa. Peneliti menggunakan wawancara
(70)
terstruktur untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tanya jawab tentang bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Wawancara terstuktur adalah pewawancara telah menyiapkan atau menyusun serentetan pertanyaan yang akan diajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan (Madya, 2009:83). Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa di setap akhir siklus, dengan mengisi lembar wawancara. Kisi-kisi atau panduan wawancara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru Kelas
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah siswa antusias saat pelajaran berlangsung?
2 Apakah siswa membuat kegaduhan saat pembelajaran berlangsung? 3 Apakah siswa fokus saat keguatan
menyimak?
4 Apakah siswa aktif dalam menjawab setiap pertanyaan?
5 Kesulitan apa yang dihadapi ketika pembelajaran menyimak?
6 Metode pembelajaran apa yang digunakan pada saat pembelajaran menyimak?
7 Kesulitan apa yang ditemukan saat menggunakan metode tersebut? 8 Kesulitan apa yang ditemukan saat
menggunakan metode tersebut? 9 Bagaimana nilai pada kemampuan
(71)
Tabel 3.4 Kisi-kisi Panduan Wawancara Siswa
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu senang saat pembelajaran menyimak cerita pada pelajaran bahasa Indonesia?
2 Apakah kamu selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurumu?
No Pernyataan Jawaban
3 Apakah kamu suka mendengarkan cerita anak?
4 Apakah kamu bisa menceritakan kembali apa yang sudah dijelaskan oleh gurumu bila salah satu temanmu bertanya?
5 Apakah gurumu sering membacakan materi dari buku paket?
6 Mana yang lebih senang, mendengarkan cerita yang dibacakan guru apa temanmu?
1. Angket/kuesioner
Angket atau kuesioner diberikan kepada seluruh siswa kelas III, dengan waktu yang disediakan yaitu 20 menit dengan 25 pertanyaan. Kisi-kisi kuesioner/angket dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Minat Menyimak
Indikator Soal Item Positif Soal Item Negatif a. Ekspresi perasaan
senang.
1, 3, 5 2, 4 b. Perhatian dalam
mengikuti pelajaran.
1, 2, 3 4,5 c. Ketertarikan siswa
pada materi.
2, 3, 4 1,5 d. Ketertarikan siswa
pada metode guru.
2, 4 1, 3, 5 e. Keterlibatan siswa
dalam pembelajaran
(72)
Tabel 3.6 Penskoran Lembar Angket Alternatif Jawaban Skor
Item Positif Item Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Peneliti tidak menggunakan pilihan tengah (3) karena kekhawatiran orang yang berpendapat bahwa pilihan tengah disediakan, maka responden akan cenderung memilihnya sehingga data mengenai perbedaan di antara responden menjadi kurang informatif (Azwar, 2009:34).
2. Menyimak Cerita Anak
Data mengenai kemampuan menyimak cerita anak siswa diperoleh dengan dilaksanakannya tes tertulis pada akhir setiap siklus. Tes dirancang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. F. Validitas
Masidjo (2010:242 ) mengemukakan bahwa validitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal ini sejalan dengan pemikiran (Surapranata, 2009:50) yang menyebutkan bahwa validitas merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang mesti diukur dan seberapa baik dia melakukannya (Anastasia dan Urbina dalam Purwanto 2009: 114). Suatu tes atau instrumen dikatakan valid selain dilihat langsung dari keadaan dirinya
(73)
juga dapat dilihat setelah diperbandingkan dengan suatu tes lain yang telah valid. Apabila setelah diperbandingkan menunjukkan kesesuaian mengenai hal atau apa yang mau diukur, dikatakan tes tersebut memiliki taraf validitas tertentu.
Sudjana (2009:12) menyatakan bahwa validitas ada empat macam yaitu:
1.Validitas isi
Validitas ini berkenaan dengan kesambungan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.
2.Validitas bangun pengertian (construct validity)
Validitas bangun pengertian berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian untuk mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya.
3.Validitas ramalan (predictive validity)
Dalam validitas ini yang diutamakan bukan isi tes, melainkan kriterianya, apakah alat penilai tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri, perilaku tertentu, atau kriteria tertentu yang diinginkan.
4.Validitas kesamaan (countcurrent validity)
Validitas kesamaan suatu tes artinya membuat tes yang memiliki persamaan dengan tes sejenis yang telah ada atau yang telah dibakukan.
(74)
Penelitian ini menggunakan jenis validasi isi yang ditempuh dengan expert judgement.
a. Uji Validasi Instrumen Minat Belajar
Validasi instrumen yang akan digunakan peneliti untuk mengukur minat menyimak yaitu berupa kisi-kisi observasi minat belajar beserta lembar observasi, panduan wawancara murid dan kisi-kisi angket minat menyimak beserta lembar angketnya. Validasi instrumen minat menyimak tersebut dilakukan dengan cara berkonsultasi kepada yang lebih ahli (expert judgement) yaitu dosen. Tujuan dari validasi tersebut supaya instrumen minat menyimak yang dibuat peneliti benar-benar sesuai dengan indikator minat. Kisi-kisi pengamatan minat menyimak berdasarkan pada 5 indikator minat, kemudian setiap indikator dijabarkan dalam 5 diskriptor, sehingga jumlah semua diskriptor minat ada 25 item.
b. Validitas Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dibuat peneliti berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, bahan ajar, dan soal evaluasi. Peneliti perlu gambaran kriteria yang tepat dalam sebuah penelitian, maka diperlukan validasi perangkat pembelajaran. Kriteria perangkat pembelajaran akan dihitung menggunakan Pedoman Acuan Pembelajaran II (PAP II).
(75)
Tabel 3.7 Penilaian Skor Minat Siswa Menggunakan PAP II (Masidjo, 1995:157)
Tingkat Penguasaan
Materi
Rentang Skor Nilai Huruf Kriteria 81% - 100% 4,05 – 5,00 A Sangat tinggi 66% - 80% 3,30 – 4,04 B Tinggi 56% - 65% 2,80 – 3,20 C Cukup 46% - 55% 2,30 – 2,70 D Rendah Dibawah 46% 0,00 – 2,20 E Sangat rendah Sumber: Masidjo (1995:157)
Dalam penelitian ini perangkat tersebut divalidasi oleh dosen Universitas Sanata Dharma, Kepala Sekolah SD Sumberwatu, dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia SD Sumberwatu. Adapun hasil perhitungan validasi perangkat pembelajaran sebagai berikut.
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran
No Perangkat
Pembelajaran Expert Judgement
Hasil Penilaian Rata-rata 1 Silabus Dosen Universitas Sanata
Dharma
4,42 Kepala Sekolah SD
Sumberwatu
4,00 Guru Bahasa Indonesia
Kelas III SD Sumberwatu
4,71 Rata-rata 4,38 2 Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Dosen Universitas Sanata Dharma.
4,45 Kepala Sekolah SD
Sumberwatu
3,90 Guru Bahasa Indonesia
Kelas III SD Sumberwatu
4,60 Rata-rata 4,33 3 Lembar Kerja
Siswa
Dosen Universitas Sanata Dharma.
5,00 Kepala Sekolah SD
Sumberwatu
(1)
252
(2)
(3)
254
LAMPIRAN XV
Surat Izin Penelitian
(4)
(5)
(6)
257
BIODATA PENULIS
Stefanus Ari Kurniawan lahir di Sleman tanggal 3
September 1993. Pendidikan Dasar diperoleh di SD
Negeri Delegan II Prambanan dan tamat pada tahun
2005. Pendidikan Menengah Pertama diperoleh di SMP
Negeri 1 Piyungan Bantul dan tamat tahun 2008.
Melanjutkan di SMA Negeri 1 Prambanan Sleman dan tamat tahun 2011. Pada
tahun 2011 melanjutkan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Masa Pendidikan akhir di Universitas Sanata Dharma menulis skripsi dengan
judul : “