C. Pembuatan Ekstrak Daun Cocor Bebek
Proses ekstraksi dilakukan dengan menimbang 40 gram serbuk simplisia daun cocor bebek dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300 mL, kemudian
ditambahkan 100 mL etanol 70. Campuran tersebut dimaserasi selama 48 jam Nwose, 2013. Maserasi adalah proses ekstraksi yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia ke dalam cairan penyari dengan bantuan penggojokan. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut ke dalam larutan penyari, kemudian cairan pekat yang ada di dalam sel akan terdesak keluar sel yang diakibatkan
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel sehingga terjadi kesetimbangan di dalam dan di luar sel Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan RI, 1986. Metode maserasi dipilih karena memiliki cara kerja yang relatif sederhana dan cocok untuk jaringan tumbuhan yang lunak seperti
daun. Cairan penyari dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang
optimal untuk menyari senyawa kandungan yang berkhasiat, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisah dari bahan dan dari senyawa lainnya dalam
simplisia tersebut Voigt, 1994. Dasar pemilihan etanol sebagai pelarut karena etanol dapat menghambat kerja enzim sehingga dapat meminimalkan terjadinya
reaksi enzimatik misal: hidrolisis flavonoid, selain itu etanol 70 juga dapat mengambil komponen aktif target flavonoid secara optimal dan selektif dalam
mengekstraksi komponen di dalam bahan simplisia.
Hasil maserasi 48 jam kemudian disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan pompa vacuum untuk meningkatkan efisiensi proses penyaringan.
Filtrat yang dihasilkan ditampung ke dalam wadah tertutup untuk meminimalisir kontaminasi. Ampas yang tertinggal di kertas saring dimasukkan kembali ke
dalam erlenmeyer 300 mL dan ditambahkan dengan 100 mL etanol 70 untuk dimaserasi kembali. Proses pengulangan maserasi bertujuan agar sisa flavonoid
dalam serbuk daun cocor bebek hasil maserasi sebelumnya dapat terambil secara total. Filtrat yang dihasilkan dari maserasi pertama dan kedua digabungkan.
Langkah selanjutnya, filtrat yang terkumpul diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator
pada suhu 55
o
C sampai ekstrak terlihat pekat ± 1,5 jam. Tujuan digunakannya vacuum rotary evaporator adalah untuk menguapkan
etanol di dalam ekstrak sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental kemudian dipanaskan di atas waterbath pada suhu 70
o
C selama 3 jam, dengan pengadukanpenggojokan setiap 30 menit. Ekstrak yang didapatkan memiliki
rendemen 3,2 gram dengan yield sebesar 8. Menurut Dirjen POM RI 2004 rendemen ekstrak yang
baik adalah ≥ 7,5. Oleh karena itu, hasil yang didapat cukup baik dan memenuhi parameter tersebut. Ekstrak daun cocor bebek yang
dihasilkan memiliki warna hijau tua dengan konsistensi cairan yang mudah mengalir sehingga dapat dimasukkan ke dalam basis gel.
Penetapan kadar total flavonoid secara kuantitatif dilakukan oleh pihak LPPT UGM. Metode penetapan kadar yang digunakan adalah spektrofotometri
visibel. Berdasarkan laporan hasil uji yang dikeluarkan oleh pihak LPPT UGM, diperoleh kadar flavonoid sebesar 22,38 bb dengan pembanding quercetin.
Quercetin termasuk dalam golongan flavonoid, sehingga dapat digunakan sebagai
parameter pembanding uji kuantitatif flavonoid.
D. Orientasi Level dari Kedua Faktor Penelitian