bebek. Gliserin memberikan pengaruh secara linier terhadap respon viskositas pada konsentrasi 10
– 60 g dengan r = 0,9925. Sedangkan pada gambar 6, dapat disimpulkan bahwa seiring dengan penambahan konsentrasi gliserin maka akan
meningkatkan respon daya sebar dari sediaan gel ekstrak daun cocor bebek. Gliserin memberikan pengaruh secara linier terhadap respon daya sebar pada
konsentrasi 10 – 30 g dan 30 – 60 g dengan r = 0,9961. Namun secara fisik, dapat
dilihat bahwa formula 1 dan 2 memiliki viskositas yang sangat kental sehingga tidak dapat mengalir yang membuat sediaan tersebut sulit untuk diaplikasikan dan
dikeluarkan dari wadah. Oleh karena itu, ditentukan bahwa level rendah dari humektan gliserin adalah 30 g dan level tinggi 60 g yang merupakan irisan dari
kedua respon.
E. Pembuatan Sediaan Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor Bebek
Bentuk sediaan yang dibuat dalam penelitian ini adalah hidrogel. Hidrogel dipilih karena flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun cocor
bebek dapat terlarut dalam pelarut air, selain itu daya sebar hidrogel pada kulit baik, memiliki pelepasan obat yang baik, tidak menghambat fungsi fisiologis
kulit, memberikan efek dingin, serta mudah dicuci dengan air Voigt, 1994. Pembuatan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek ini menggunakan
CMC-Na sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan. Menurut Rowe dkk. 2009, CMC-Na dapat digunakan dalam terapi penyembuhan luka,
dermatological patches sebagai pelindung mukosa, menyerap cairan yang keluar
dari luka, dan menyerap keringat. Dalam fungsinya sebagai basis gel, konsentrasi
CMC-Na yang digunakan sebesar 3-6. Selain itu digunakan juga gliserin yang berfungsi sebagai humektan. Gliserin merupakan humektan yang paling umum
digunakan karena mencegah iritasi kulit Barel dkk., 2001. Gliserin berfungsi untuk menjaga kelembaban kulit pada saat pengaplikasian, karena gliserin
memiliki 3 gugus hidroksi -OH sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air Loden dan Maibach, 2005. Sediaan hidrogel mudah
ditumbuhi mikroba karena sebagian besar penyusunnya adalah air, oleh karena itu di dalam formulanya perlu ditambahkan pengawet. Pengawet yang digunakan
adalah metil paraben karena memiliki kelarutan yang baik dalam air dibandingkan dengan propil paraben. Selain itu metil paraben berfungsi sebagai antimikroba dan
stabil pada sediaan berair dengan pH 3-7. Penggunaan metil paraben sebagai antimikroba dalam sediaan topikal dengan konsentrasi 0,02-0,3 Rowe dkk.,
2009. Trietanolamin TEA pada sediaan ini berperan untuk meningkatkan pH
sediaan agar sediaan memiliki pH yang sesuai dengan karakteristik pH kulit yaitu 5,5
– 6,5 Tranggono dan Latifah, 2007. Formula yang digunakan dalam penelitian ini merupakan formula
modifikasi yang mengacu pada formula gel luka bakar ekstrak daun cocor bebek Hasyim dkk., 2012. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan adanya perubahan
jenis gelling agent dari carbopol menjadi CMC-Na dengan jumlah yang mengacu hasil orientasi. Selain itu terjadi perubahan pada jenis humektan yang digunakan,
di mana hanya digunakan gliserin dengan jumlah yang mengacu hasil orientasi. Modifikasi ini dilakukan untuk mendapatkan sediaan gel yang lebih baik secara
fisik dan stabil. Karakteristik sifat fisik yang diinginkan dari hasil modifikasi formula ini adalah viskositas antara 200-350 dPas, daya sebar 4,7-5,5 cm Lardy,
Vennat, Pouget dan Pourrat, 2000, serta pergeseran viskositas kurang dari 10. Modifikasi yang dilakukan tidak merubah konsep sediaan yaitu hidrogel. Faktor
yang dilihat dalam penelitian ini adalah CMC-Na dan gliserin, karena kedua faktor ini dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan. Level CMC-Na
yang digunakan dalam formula adalah 6 gram level bawah dan 7,5 gram level atas. Sedangkan untuk gliserin adalah 30 gram level bawah dan 60 gram level
atas. Pembuatan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek ini diawali
dengan pengembangan CMC-Na dengan aquadest selama 24 jam. Saat akan dilakukan mixing, metil paraben dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
etanol 70. Selanjutnya secara berurutan ditambahkan CMC-Na yang telah dikembangkan, gliserin, dan ekstrak daun cocor bebek. Aquadest dapat berfungsi
sebagai pembilas pada setiap bahan. Selanjutnya dilakukan mixing menggunakan blender selama 5 menit dengan skala putar 1. TEA ditambahkan ke dalam
campuran pada menit pertama selama proses mixing. Selanjutnya sediaan gel dipindahkan ke dalam wadah plastik bertutup untuk selanjutnya disimpan di
lemari penyimpanan.
F. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Gel Anti-inflamasi