benar-benar kering. Parameter kering adalah daun mudah dipatahkan atau hancur bila diremas. Simplisia yang sudah kering diserbuk dengan
menggunakan blender. b.
Pembuatan ekstrak kental daun cocor bebek. Simplisia serbuk ditimbang sejumlah 40 g dimaserasi dalam 100 mL etanol 70. Maserasi dilakukan
selama 48 jam. Selanjutnya larutan disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan pompa vacuum. Residu yang didapat kemudian diuapkan
menggunakan vacuum rotary evaporator dengan suhu 55
o
C dan dilanjutkan di atas waterbath pada suhu 70
o
C selama 3 jam dengan pengadukan setiap 30 menit. Metode ini mengacu pada penelitian Nwose
2013 dengan modifikasi pelarut dan proses pemekatan. c.
Uji kandungan flavonoid. Pengujian kandungan flavonoid dalam ekstrak daun cocor bebek secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan oleh LPPT
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dengan metode spektrofotometri visibel dan dengan quercetin sebagai standar pembanding. Panjang
gelombang yang digunakan 510 nm.
3. Formulasi gel
a.
Formula. Formula yang digunakan dalam penelitian ini mengacu formula dalam penelitian
“Formulasi dan Uji Efektifitas Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor Bebek Kalanchoe pinnata
L. pada Kelinci Oryctogalus cuniculus
” oleh Hasyim dkk. 2012.
Tabel II. Formula gel ekstrak daun cocor bebek
Nama Bahan Komposisi bv
Ekstrak Cocor Bebek 2,5
Carbopol 0,6
Trietanolamin 0,81
Gliserol 25
Propilenglikol 5
Metil Paraben 0,18
Etanol 70 0,5
Air ad
100 Hasyim dkk., 2012.
Formula seperti pada tabel II selanjutnya dimodifikasi menjadi formula dengan komposisi gelling agent dan humektan seperti tersaji dalam tabel
III.
Tabel III. Formula modifikasi gel ekstrak daun cocor bebek
Nama Bahan FAB
gram FA
gram FB
gram F1
gram
Ekstrak cocor bebek 5
5 5
5
CMC-Na 7,5
7,5 6
6 Gliserin
60 30
60 30
Trietanolamin 1,62
1,62 1,62
1,62 Metil paraben
0,36 0,36
0,36 0,36
Etanol 70 1
1 1
1 Aquadest
162 162
162 162
b. Pembuatan gel. CMC-Na dikembangkan dalam 100 ml aquadest, dengan
cara menaburkan CMC-Na di atas aquadest. Proses pengembangan dilakukan selama 24 jam. Metil paraben dilarutkan dengan etanol 70 lalu
dicampurkan dengan gliserin, dan ekstrak aquadest berfungsi sebagai pembilas. Selanjutnya campuran tersebut ditambahkan dengan CMC-Na
yang telah dikembangkan sebelumnya. Semua bahan diaduk kuat menggunakan mixer dengan kecepatan putar level 1, selanjutnya pada
menit pertama ditambahkan trietanolamin ke dalam campuran, pengadukan dilanjutkan sampai menit kelima.
4. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel
a. Uji organoleptis. Uji organoleptis dilakukan terhadap penampilan fisik
sediaan gel ekstrak daun cocor bebek meliputi warna, bau, dan homogenitas.
b. Uji pH. Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH stik. Sediaan gel
dioleskan secukupnya pada stik, kemudian dibandingkan warnanya dengan standar untuk menentukan pH. Uji pH dilakukan 48 jam, 1 minggu, 2
minggu, 3 minggu, dan 4 minggu setelah formulasi. c.
Uji viskositas. Uji viskositas dilakukan 48 jam setelah pembuatan, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu penyimpanan. Masing-masing
formula gel diukur viskositasnya dengan menggunakan alat Viscotester Rion
seri VT 04. Ukuran paddle yang digunakan adalah skala 2 karena area viskositas yang diteliti adalah 100-4000 dPas. Sediaan gel
dimasukkan ke dalam cup sampai terisi ¾ cup. Selanjutnya paddle dipasangkan ke rotor secara tegak lurus. Cup dipasang lalu rotor
dinyalakan. Nilai viskositas ditunjukkan oleh jarum penanda. d.
Uji daya sebar. Pengukuran daya sebar sediaan gel dilakukan setelah 48 jam, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu penyimpanan. Gel
ditimbang sejumlah 1 gram kemudian diletakkan di tengah lempeng kaca bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat
sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter sebarnya Garg dkk., 2002.
5. Uji aktivitas anti-inflamasi