Tabel XV. Validasi contour plot superimposed
Viskositas dPas Daya sebar cm
Perhitungan Teoritis
294,34 – 350,63
4,69 – 4,87
Hasil validasi 333,33
4,72 Berdasarkan tabel XV, gel yang dibuat memiliki sifat fisik yang
diinginkan dan hasil yang didapat ketika validasi masuk ke dalam range respon pada perhitungan teoritisnya. Range respon teoritis didapat dari Y ± 1,96 x
residual standard error. Residual standard error diperoleh dari data perhitungan
efek setiap faktor seperti yang terdapat pada lampiran 6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan yang didapat dalam area komposisi optimum valid.
J. Uji Aktifitas Gel Anti-inflamasi Ekstrak Daun Cocor Bebek
Pengujian aktivitas anti-inflamasi sediaan gel ekstrak daun cocor bebek bertujuan untuk melihat apakah sediaan tersebut dapat melepas zat aktifnya dan
dapat menimbulkan efek seperti yang diinginkan yaitu anti-inflamasi. Kemampuan aktivitas anti-inflamasi dilihat dari besarnya inhibisi. Semakin
besar inhibisi maka semakin kuat potensi aktivitas anti-inflamasi yang dihasilkan. Pengukuran ketebalan telapak kaki tikus dalam penelitian ini
menggunakan jangka sorong digital. Metode jangka sorong ini digunakan karena cara pemakaian yang sederhana dan perlakuan terhadap hewan uji lebih dapat
diterima dibandingkan dengan metode potong kaki. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah galur Sprague Dawley dikarenakan tingkat agresifitas tikus
yang relatif lebih rendah, sehingga diharapkan dapat memudahkan peneliti dalam proses pengambilan data.
Karagenan dipilih sebagai agen penginduksi edema karena karagenan merupakan zat inflamatogen edema dengan cara menginduksi cedera sel, sehingga
sel yang cedera akan melepaskan mediator-mediator yang menyebabkan inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, dan prostaglandin Bartosikova, 2013.
Pelepasan mediator inflamasi memicu terjadinya edema maksimal dan bertahan selama beberapa jam. Edema yang disebabkan induksi suspensi karagenan-salin
1 bertahan selama 6 jam dan perlahan-lahan berkurang dalam waktu 24 jam. Selain itu, karagenan memiliki beberapa keuntungan antara lain tidak
menimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas, dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat anti-inflamasi Taufiq dkk., 2008.
Penelitian ini menggunakan 3 kelompok, yaitu: kontrol positif, kontrol negatif, dan kelompok formula. Setiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus yang
dipilih secara acak. Kontrol positif digunakan sebagai pembanding dan diberi perlakuan dengan gel anti-inflamasi yang telah beredar di pasaran gel Voltadex
®
dan selanjutnya diinjeksikan suspensi karagenan-salin 1. Gel Voltadex
®
dipilih karena telah terbukti secara klinis sebagai obat anti-inflamasi dengan zat aktif
yaitu natrium diklofenak yang merupakan derivat fenil asetat yang mempunyai efek farmakologi sebagai penghambat prostaglandin. Kelompok negatif hanya
diinjeksikan dengan suspensi karagenan-salin 1 secara subplantar, sedangkan kelompok formula diberi perlakuan dengan sediaan gel ekstrak daun cocor bebek
dan dilanjutkan dengan diinjeksikan suspensi karagenan-salin 1 satu jam berikutnya. Sediaan gel yang digunakan adalah sediaan hasil validasi CMC-Na 7
g; gliserin 45 g. Perlakuan diberikan satu jam setelah tikus diinjeksikan suspensi
karagenan-salin 1. Adanya penurunan dari edema kaki tikus akibat pemberian masing-masing perlakuan menunjukkan adanya efek anti-inflamasi. Hasil
penelitian efek anti-inflamasi topikal ini ditunjukkan pada profil rata-rata selisih tebal kaki tikus setiap waktu pengukuran pada gambar 17.
Gambar 17. Grafik rata-rata edema kaki tikus setiap waktu pengukuran
Gambar 17 menunjukkan bahwa setelah diinjeksikan dengan suspensi karagenan-salin 1 secara subplantar terjadi peningkatan edema kaki pada tikus.
Dua jam pertama setelah injeksi suspensi karagenan-salin 1, pada kontrol negatif terjadi peningkatan edema hingga 0,54 mm. Kelompok formula dan
kelompok kontrol positif menunjukkan adanya peningkatan edema yang lebih kecil yaitu 0,32 mm dan 0,20 mm.
Parameter adanya efek anti-inflamasi ditunjukkan dengan adanya penurunan edema kaki tikus setelah diberikan perlakuan, serta dapat dilihat pula
dari inhibisi masing-masing kelompok perlakuan terhadap kontrol negatif.
Sebelum menghitung inhibisi, terlebih dahulu dihitung luas area di bawah kurva atau AUC dari masing-masing kelompok perlakuan. Hasil
perhitungan AUC masing-masing kelompok perlakuan beserta kontrol kemudian ditentukan rata-rata AUC total dan selanjutnya ditentukan inhibisi lampiran 5.
Tabel XVI. Persentase inhibisi masing-masing kelompok perlakuan
Data inhibisi
Kontrol positif 65,934 ± 7,716
Gel ekstrak daun cocor bebek 50 ± 3,305
Berdasarkan tabel XVI, hasil pengujian menunjukkan bahwa pada gel ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-inflamasi meskipun persentase
inhibisinya masih dibawah gel Voltadex
®
. Hal ini dikarenakan gel Voltadex
®
mengandung zat aktif yang merupakan senyawa tunggal hasil sintesis. Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk melihat signifikansi perbedaan
dari besarnya persentase inhibisi antara gel ekstrak daun cocor bebek dan gel Voltadex
®
. Hal ini dikarenakan tidak adanya batas spesifikasi dari inhibisi. Setelah dilakukan uji T tidak berpasangan, didapatkan p-value 0,0534 yang berarti
data tidak berbeda signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan gel ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-inflamasi yang tidak berbeda
secara signifikan terhadap gel Voltadex
®
.
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. CMC-Na merupakan faktor dominan dalam menentukan respon viskositas dan
daya sebar gel ekstrak daun cocor bebek, sedangkan gliserin merupakan faktor dominan dalam menentukan respon pergeseran viskositas gel ekstrak daun
cocor bebek.
2. Komposisi optimum dari gelling agent CMC-Na dan humektan gliserin yang
menghasilkan gel ekstrak daun cocor bebek yang memenuhi persyaratan sifat
fisik dan stabil dapat diperoleh.
3. Gel ekstrak daun cocor bebek memiliki aktivitas anti-inflamasi dengan
persentase inhibisi sebesar 50. B.
Saran
1. Perlu dilakukan optimasi lama pencampuran dan kecepatan pengadukan untuk
mendapatkan sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek yang memenuhi kriteria sifat fisik dan stabilitas fisik gel.
2. Perlu dilakukan uji extrudability kemampuan sediaan untuk keluar dari
kontainernya terhadap gel ekstrak daun cocor bebek. 3.
Perlu dilakukan uji pelepasan zat aktif untuk mengetahui kemampuan pelepasan zat aktif pada sediaan gel ekstrak daun cocor bebek.