Negara- negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan dan untuk mewujudkan hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang
sama mereka akan khususnya: a Membuat pendidikan dasar suatu kewajiban dan tersedia secara cuma-
cuma untuk semua; b Mendorong pengembangan bentuk- bentuk yang berbeda dari
pendidikan menengah, termasuk pendidikan umum dan kejuruan, menyediakannya untuk setiap anak dan mengambil langkah- langkah
yang tepat seperti memperkenalkan pendidikan cuma- cuma dan menawarkan bantuan keuangan bila diperlukan;
c Membuat pendidikan yang lebih tinggi tersedia bagi semua berdasarkan kemampuan dengan semua cara yang layak;
d Membuat informasi dan bimbingan pendidikan dan kejuruan tersedia untuk semua anak dan bisa diperoleh oleh semua anak;
e Mengambil langkah- langkah untuk mendorong kehadiran teratur di sekolah dan pengurangan angka putus sekolah
23
. Melihat beberapa pasal diatas peneliti menyimpulkan bahwa anak
Indonesia berhak mendapat pelayanan perawatan kesehatan yang baik. Kemudian anak juga berhak atas penghidupan yang layak demi
perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak. Serta berhak untuk mendapat pendidikan yang layak.
23
Republik Indonesia, Konvensi Hak- hak Anakyang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa- bangsa pada tanggal 20 November 1989, Pasal 24 ayat 1, Pasal 27 ayat 1,
Pasal 28 ayat 1.
B. Pelayanan Sosial 1. Definisi dan Makna Kesejahteraan sosial
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang memiliki ciri aman, sentosa dan makmur; selamat
terlepas dari segala macam gangguan. Dengan demikian, kesejahteraan sosial, merupakan keadaan masyarakat yang sejahtera.
Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana global maupun nasional. Persatuan Bangsa- Bangsa PBB, misalnya telah
lama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat Internasional. PBB memberikan batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-
kegiatan terorganisasi yang bertujuan membantu individu atau masyarakat guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya dan
meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi
ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik
oleh lembaga- lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan
masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.
Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan
hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini
menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan akhir dari suatu kegiatan pembangunan.
Pengertian kesejahteraan sosial juga merujuk pada segenap aktivitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok
masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung baik yang bersifat formal maupun informal adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial.
Kesejahteraan merupakan cita- cita sosial yang tidak hanya diangankan untuk dimiliki, tetapi juga harus diusahakan. Tanpa usaha dan kerjasama di
antara berbagai macam pihak, kesejahteraan sosial hanyalah fatamorgana. Sebagian pakar menyatakan bahwa kesejahteraan sosial yang
digambarkan dalam al- Qur’an tercermin dari surga yang dihuni oleh Adam dan istrinya, sesaat sebelum turunnya mereka menjalankan tugas kekhalifahan
mereka di muka bumi. Keadaan Adam dan istrinya di surga merupakan bayang- bayang impian manusia akan kehidupan yang nyaman, tercukupinya
pangan, sandang, dan papan, dalam artian tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan. Tercukupinya kebutuhan Adam selama di surga merupakan unsur
pertama dan utama kesejahteraan sosial.
24
Berikut disampaikan kutipan mengenai definisi kesejahteraan: i.
The University of Virginia Library’s Electronic Tex Centre 2003 explains that the usual formalism of social welfare derived from economic theory,
viz. The preferences or tastes or value’s which may be expressed by the government to meet the basic needs of the people. The theory of social
welfare is the interaction of the preferences of desires of the decision- maker in the elite group with the range of the alternative decisions
actually available as opportunity set. The latter may vary from time to time because of changes in the wealth of the community.
24
Misbahul Ulum, dkk., Model- model Kesejahteraan Sosial Islam; Perspektif Normatif Filosofis dan Praktis, Yogyakarta: Pt. LKiS Pelangi Aksara, 2007, h. 33-35
ii. UU No 112009 tentang kesejahteraan sosial mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Adapun pemahaman
kesejahteraan sosial secara operasional adalah upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial
dan perlindungan sosial. Pengertian kesejahteraan sosial tersebut baik menurut The University
of Virginia maupun menurut UU N0 112009 pada dasarnya memiliki kesamaan konsep dalam menekankan pentingnya ekonomi. Implementasi
kesejahteraan sosial mengacu pada konsep ekonomi, yaitu teori preferensi dan selera untuk menciptakan nilai tambah
ekonomi. Karena itu teori kesejahteraan adalah interaksi dan preferensi pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyrakat. Secara esensi, program kesejahteraan sosial diajukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam tiga dimensi yaitu
material, spiritual dan sosial. Teori kesejahteraan adalah konsep kebutuhan dasar bagi masyarakat yang membutuhkannya agar dapat melaksanakan
kembali fungsi-fungsi sosialnya.
25
Dengan demikian kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup dalam beberapa
25
Bambang Purwoko, Sistem Proteksi Sosial dalam Dimensi Ekonomi, Jakarta: Oxford Graventa Indonesia, 2011, h. 5-7.