Teori-Teori Belajar EMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

commit to user sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa tersebut dalam pembentukan pengetahuannya.

2. Teori-Teori Belajar

Beberapa teori belajar yang mendukung dan mendasari pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain teori kognitif Piaget, teori belajar penemuan Jerome S. Bruner, dan teori belajar bermakna David Ausubel.

a. Teori Kognitif Jean Piaget

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan Nur, 1998 dalam Trianto, 2009:29. Dalam menjelaskan proses seseorang mencapai pengertian, Piaget dalam Paul Suparno, 1996:30-33 menggunakan beberapa istilah baku. Istilah yang pertama yaitu skemaskemata. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skemata itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan mental anak. Skemata seorang anak berkembang menjadi skemata orang dewasa. Gambaran dalam pikiran anak menjadi semakin berkembang dan lengkap. Istilah yang kedua adalah asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan commit to user mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah ada. Menurut Wadsworth, asimilasi tidak menyebabkan perubahanpergantian skemata, melainkan memperkembangkan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga pengertian orang itu berkembang. Istilah yang ketiga disebut akomodasi. Akomodasi adalah membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Akomodasi dapat terjadi jika dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru tersebut dengan skemata yang dimiliki. Selanjutnya istilah yang biasa digunakan oleh Piaget yaitu ekuilibrasi. Proses asimilasi dan akomodasi perlu untuk perkembangan kognitif seseorang. Dalam perkembangan intelek seseorang, diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Proses ini disebut equilibrium, yakni pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Proses ini membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya skemata. Masih dalam Paul Suparno 1997:33, istilah yang terakhir adalah teori adaptasi intelek. Mengerti adalah proses adaptasi intelektual yang dengannya pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui oleh seseorang yang sedang belajar untuk membentuk struktur pengertian baru Shymansky:1992 dan Von Glaserveld:1988. Menurut Piaget, dalam pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal skemata. Setiap skema commit to user berperan sebagai suatu filter dan fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman- pengalaman baru. Skemata mengatur, mengkoordinasi, dan mengintensifkan prinsip-prinsip dasar. Melalui kontak dengan pengalaman baru, skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Bila pengalaman baru itu masih bersesuaian dengan skema seseorang, maka skema itu hanya dikembangkan melalui proses asimilasi. Bila pengalaman baru itu sungguh berbeda dengan skema yang ada, sehingga skema yang lama tidak cocok lagi untuk menghadapi pengalaman baru, skema yang lama diubah sampai ada keseimbangan lagi. Inilah proses akomodasi. Menurut Piaget dalam Paul suparno 1996:35 secara konseptual perkembangan kognitif berjalan dalam semua level perkembangan pemikiran seseorang dari lahir sampai dewasa. Dengan asimilasi seseorang mencocokkan rangsangan dengan skemata yang ada, dan dengan akomodasi ia mengubah skema yang ada agar menjadi cocok dengan rangsangan yang dihadapi. Equilibrium adalah mekanisme internal yang mengatur kedua proses itu. Menurut perkembangan kognitif, seseorang memiliki tiga unsur : isi, fungsi, dan struktur. Masih menurut Piaget dalam Paul Suparno 1996:34-35, isi adalah apa yang diketahui oleh seseorang. Ini menunjuk kepada tingkah laku yang dapat diamati-sensori motor dan konsep yang mengungkapkan aktivitas intelek. Isi intelegensi berbeda-beda dari umur ke umur dan dari anak ke anak. Fungsi, menunjuk kepada sifat dari aktivitas intelektual-asimilasi dan akomodasi-yang tetap dan terus menerus dikembangkan sepanjang perkembangan kognitif. commit to user Struktur menunjuk pada sifat organisatoris yang dibentuk skemata yang menjelaskan terjadinya perilaku khusus. Menurut Piaget dalam Paul Suparno 1996:35, sistem pemikiran di atas menuntut seorang anak itu bertindak aktif terhadap lingkungannya jika perkembangan kognitifnya jalan. Perkembangan struktur kognitif hanya berjalan bila anak itu mengasimilasikan dan mengakomodasikan rangsangan dalam lingkungannya. Ini hanya mungkin bila nalar anak dibawa ke situasi lingkungan tertentu. Baru bila seseorang bertindak terhadap lingkungannya, bergerak dalam ruang, berinteraksi dengan objek, mengamati dan meneliti, serta berpikir, orang tersebut berasimilasi dan berakomodasi terhadap alam. Perbuatannya itu mengakibatkan perkembangan skemata dan juga pengetahuannya. Pembelajaran dengan Inkuiri Terbimbing melalui media Animasi dan Pictorial Riddle dalam materi usaha dan energi dimulai dengan pemberian masalah oleh guru, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data dari pengamatan yang ditunjukkan oleh media, menguji hipotesa dengan menganalisa data dan menarik kesimpulan. Di dalam pikiran siswa sedikit banyak sudah terbentuk konsep tentang usaha dan energi. Ketika diberi permasalahan tentang karaketristik usaha dan energi, siswa akan menggali pengetahuannya untuk menyusun hipotesis. Dari hasil pengamatan terhadap media yang ditampilkan oleh guru, siswa memperoleh beberapa data untuk menguji hipotesisnya. Proses asimilasi terjadi dalam tahap ini, dimana siswa mengintegrasikan informasi tentang karakteristik usaha dan energi yang baru saja diterima ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki, dan mengorganisasikannya dengan pengetahuan lama. commit to user Secara simultan juga terjadi proses akomodasi, dimana siswa menyesuaikan informasi tentang usaha dan energi yang baru diperoleh dengan struktur kognitif yang sekarang dimiliki oleh siswa. Siswa memodifikasi apa yang telah diketahui sehingga hasilnya dapat dipahami dengan baik. Setelah dilakukan analisis data, siswa dapat menyimpulkan konsep karakteristik usaha dan energi. Ketika terjadi ketidaksesuaian antara hasil pengamatan dengan pengetahuan dan pemikiran siswa, mereka akan mengubah struktur kognitifnya sehingga dicapai kesesuaian antara apa yang diamati dengan apa yang dipikirkan. Disinilah terjadi proses ekuilibrasi atau proses pengaturan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Dari proses adaptasi intelektual sehingga pengetahuan baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk struktur pengetahuan baru inilah yang disebut dengan siswa memahami karakteristik usaha dan energi. Dengan kata lain siswa telah mendapatkan konsep dari materi usaha dan energi. Langkah-langkah pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut memenuhi tahapan-tahapan proses belajar asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi, dan teori adaptasi intelek sebagaimana teori Piaget.

b. Teori Penemuan Jerome Bruner

Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan discovery learning. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta commit to user pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen- eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri Ratna Wilis, 1988:103. Dengan kegiatan tersebut, diharapkan siswa dapat terlibat langsung untuk menemukan konsep, sehingga melalui serangkaian proses siswa dapat lebih mampu memahami tentang suatu konsep. Masih dalam Ratna Wilis 1988:106, Bruner mengemukakan dalam bukunya Toward of Instruction yaitu : “we teach a subject not to produce little living libraries on that subject, but rather to get a student to think mathematically for himself, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge- getting. Knowing is a process, not a product”. Dari pernyataan Bruner tersebut jelas bahwa mengetahui bukan suatu hasil, tetapi terletak pada suatu proses bagaimana seseorang menemukan pengetahuan tersebut. Menurut Bruner 1960 dalam Syaiful Sagala 2003:35 dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase, yang pertama yaitu : informasi, dimana dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya. Yang kedua adalah transformasi. Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual commit to user agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan. Fase yang terakhir adalah evaluasi, dimana pada fase ini informasi tersebut kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. Masih dalam Syaiful Sagala 2003:35, kurikulum hendaknya mementingkan struktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan struktur pengetahuan, guru menolong para siswa untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain, dan pada informasi yang telah mereka miliki. Tema kedua, ialah tentang kesiapan readiness untuk belajar. Menurut Bruner dalam Syaiful Sagala 2003:35 kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengijinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi. Menurut Bruner, suatu proses belajar dapat dikatakan berlangsung dengan baik jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Teori penemuan Bruner ini sangat tepat tepat jika diaplikasikan pada mata pelajaran IPA yang selalu mengalami perkembangan, tak terkecuali mata pelajaran fisika. Dalam mempelajari IPA selalu didahului dengan penyampaian informasi yang berasal dari alam atau produk pengetahuan. Informasi tersebut ditransfer siswa pada saat terjadi proses pembelajaran dan dapat digunakan siswa di dalam kehidupannya, baik untuk mengembangkan pengetahuan maupun untuk tujuan praktis. commit to user Dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran fisika melalui Inkuiri Terbimbing pada materi usaha dan energi yang diawali dengan pengajuan masalah yang berkaitan dengan materi usaha dan energi. Dari pengajuan masalah ini siswa akan memproleh informasi untuk selanjutnya siswa dapat menambah, mengurangi, ataupun memperhalus informasi yang telah diketahui sebelumnya. Setelah memperoleh informasi, siswa akan mentransformasi pengetahuan mereka dengan merumuskan hipotesis, menjawab pertanyaan dari guru yang bersifat membimbing menuju penyelesaian masalah, melakukan penyelidikan, dan menganalisa data untuk mendapatkan konsep materi usaha dan energi. Tahap yang terakhir adalah siswa mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dengan mendiskusikan hasil analisis data bersama-sama dengan teman melalui bimbingan guru. Tahap-tahap pembelajaran Inkuiri di atas sesuai dengan langkah-langkah teori belajar yang disampaikan oleh Bruner.

c. Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis, 1989:110, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, seperti yang dinyatakan oleh gambar 2.1. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Gambar 2.1 menyajikan pengkalisifikasian belajar menurut Ausubel : commit to user Gambar 2.1. Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel Robinson, 1969 dalam Ratna Wilis, 1989:110-111 Menurut Ratna Wilis 1989:111 pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan berupa konsep-konsep atau lain-lain yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi-informasi baru itu tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Masih dalam Ratna Wilis 1989:117, Ausubel mengemukakan bahwa “the most important single factor influencing learning is what the learner already Siswa dapat mengasimilasi materi pelajaran Secara penerimaan Secara penemuan Belajar dapat h afalan bermakna 1. Materi disajikan dalam bentuk final 2. Siswa menghafal materi yang disajikan 1. Materi disajikan dalam bentuk final 2. Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif 1. Materi ditemukan oleh siswa 2. Siswa menghafal materi 1. Siswa menemukan materi 2. Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif commit to user knows, asecertain this and teach him avvordingly”. Maksud dari ungkapan Ausubel di atas yaitu faktor yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa, yakinilah dan ajarkan demikian. Pembelajaran fisika yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Inkuiri Terbimbing pada materi usaha dan energi. Proses Inkuiri merupakan proses menemukan konsep yang diawali dengan pengajuan masalah yang berkaitan dengan materi usaha dan energi. Setelah memperoleh informasi, siswa akan mengaitkan informasi yang baru mereka terima ke dalam pengetahuan mereka yang telah ada sebelumnya dengan merumuskan hipotesis, menjawab pertanyaan dari guru yang bersifat membimbing menuju penyelesaian masalah, melakukan penyelidikan, dan menganalisa data untuk mendapatkan konsep materi usaha dan energi. Tahap yang terakhir adalah siswa mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dengan mengaitkan konsep dasar yang telah dibahas sebelumnya dengan konsep yang baru diperoleh melalui bimbingan guru. Tahap-tahap pembelajaran Inkuiri di atas sesuai dengan langkah-langkah teori belajar yang disampaikan oleh Ausubel.

3. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS

2 9 64

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

1 10 64

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DENGAN INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE

0 6 53

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH.

0 0 22

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA NEGERI 1 PONOROGO KELAS X-8 PADA MATERI OPTIKA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 21

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

0 0 19

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA.

0 0 19

EMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONTRASI DISKUSI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA.

0 0 8

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA | Sutopo | Inkuiri 9244 19657 1 SM

0 1 11

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

0 0 13