XI IPA Definisi Belajar dan Pembelajaran Fisika

commit to user biasanya dilihat dari nilai siswa, yang dikatakan tuntas jika nilai siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM dan dikatakan tidak tuntas jika nilai siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM. Tabel 1.1 menyajikan hasil ulangan harian usaha dan energi kelas XI SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar semester I tahun ajaran 20092010 : Tabel 1.1. Nilai Ulangan Harian K.D Usaha dan Energi Kelas XI Thn. Ajaran 20092010 No. Kelas KKM Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Prosentasi Ketuntasan

1. XI IPA

1 65 16 14 30 53,3 2. XI IPA 2 65 15 14 29 51,7

3. XI IPA

3 65 14 17 31 45,1 Dari tabel terlihat bahwa prestasi belajar fisika materi usaha dan energi masih rendah. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran fisika selama ini yang dilaksanakan oleh guru belum berhasil. Kondisi pembelajaran fisika di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar masih dominansi ceramah yang menunjukkan kemonotonan sehingga membuat siswa cepat merasa bosan. Padahal ada beragam metode pembelajaran inovatif yang dapat mengemas pembelajaran fisika menjadi pembelajaran yang menarik misalnya melalui media visual yang dapat diaplikasikan guru, namun tampaknya guru belum memperhatikan hal ini. Karakteristik pembelajaran fisika yang menuntut untuk berpikir ilmiah dan sistematis, melalui serangkaian proses ilmiah untuk menemukan sesuatu juga luput dari perhatian guru. Padahal proses berpikir ilmiah tersebut dapat dikatakan cukup penting, mengingat konsep fisika diperoleh dari serangkaian prosos ilmiah. commit to user Saat pembelajaran berlangsung, guru hanya semata-mata memberikan informasi saja, tanpa ada interaksi timbal balik antara guru dengan siswa. Kondisi siswa SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar yang beragam, baik mengenai kemampuan awal, motivasi belajar, sikap ilmiah, maupun IQ Intelegence Quation ternyata juga lepas dari perhatian guru, karena guru memperlakukan secara sama semua siswa dengan segala heterogenitasnya tersebut. Hasil survei nasional pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sistem pendidikan formal di Indonesia pada umumnya masih kurang memberi peluang bagi pengembangan kreativitas. Hal senada dikemukakan oleh Munandar bahwa kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam- macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian. Rendahnya pengembangan kreativitas disebabkan pembelajaran di sekolah yang terutama dilatih adalah pengetahuan, ingatan, kemampuan berpikir logis atau berpikir konvergen yaitu kemampuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia . Dampaknya ketika dihadapkan pada suatu permasalahan siswa sering mengalami kesulitan menemukan alternatif pemecahan. Selain keterampilan berpikir kreatif, yang perlu dikembangkan pada pembelajaran di sekolah adalah kemampuan dasar bekerja ilmiah. Kemampuan dasar bekerja ilmiah terdiri atas kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Pembelajaran di sekolah selama ini lebih mengedepankan pengembangan kecerdasan intelektual sehingga kecerdasan emosional dan berpikir kreatif kurang commit to user dikembangkan. Padahal fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam sains diperoleh dari berpikir ilmiah. Di dalam kurikulum 2006 dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam IPA berkaitan dengan cara mencari tahu inquiry tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sebagaimana disebutkan di atas, fisika yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuam alam IPA banyak sekali ditemukan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat diambil contoh misalnya untuk konstruksi gedung bertingkat, dalam pembuatannya sering digunakan katrol untuk mengangkat alat- alat berat dari bawah ke atas. Air bendungan bisa dimanfaatkan menjadi listrik melalui PLTA. Jalan-jalan di wilayah pegunungan dibuat berkelok-kelok dengan maksud tertentu. Selain itu jika diperhatikan dengan seksama, ban sepeda dan kendaraan bermotor lainnya semakin lama digunakan, permukaannya akan semakin licin. Hal ini dapat terjadi tentunya tidak terlepas dari fenomena- fenomena fisika. Kejadian-kejadian di atas merupakan contoh aplikasi dan implementasi fisika dalam kehidupan sehari-hari untuk konsep usaha dan energi, dan masih banyak contoh-contoh lainnya. Dengan demikian, materi fisika khusunya konsep usaha dan energi penting sekali untuk dipelajari oleh siswa, mengingat konsep usaha dan energi tidak jauh aplikasinya dari keseharian siswa. Dalam mempelajari materi fisika khusunya konsep usaha dan energi ini, siswa dapat melakukan observasi dalam laboratorium sekolah. Namun mengingat keterbatasan sarana dan commit to user prasarana yang ada di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar, proses pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan suatu media pembelajaran. Para ilmuwan sains scientist dulu ketika menemukan konsep-konsep fisika, dilaksanakan melalui serangkaian proses atau kegiatan yang bersifat inquiry atau discovery. Pada dasarnya proses yang digunakan oleh para ilmuwan ini adalah proses menemukan yang diikuti serangkaian kegiatan, dimulai dari penemuan masalah, perumusan hipotesis, melakukan eksperimen, diakhiri penarikan kesimpulan, hingga kemudian diperoleh suatu konsep. Karena proses fisika identik dengan proses inkuiri, maka dalam penelitian ini pendekatan pembelajaran yang diterapkan adalah inkuiri. Ada beberapa macam pembelajaran Inkuiri, diantaranya adalah Inkuiri Terbimbing. Menurut Michael Jabot dan Christian H.Kautz 2007:1 pembelajaran Inkuiri Terbimbing menjadikan siswa berpikir untuk mencari tahu dengan bimbingan guru, sehingga Inkuiri Terbimbing memberikan pengaruh hasil yang lebih baik daripada pembelajaran yang hanya berkutat pada ceramah saja. Mengingat siswa SMAT Abul Faidl belum pernah melakukan proses inkuiri sebelumnya, maka inkuiri yang digunakan adalah Inkuiri Terbimbing, dimana siswa dibimbing oleh guru selama proses inkuiri tersebut. Melalui pembelajaran ini juga siswa secara aktif akan terlibat dalam proses mentalnya melalui kegiatan pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing, guru adalah fasilitator pembelajaran dan manajer lingkungan belajar. Terbimbing guided dalam penelitian ini diartikan bahwa perencanaan pembelajaran, commit to user penyusunan laporan, dan instrumen pencatatan data disediakan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien, sehingga akan dapat meningkatkan potensi intelektual siswa, meningkatkan motivasi intrinsik siswa untuk belajar, mengarahkan siswa ke arah pola berpikir induktif atau investigasi, dan meningkatkan ketahanlamaan memori. Sedangkan ketika pembelajaran berlangsung, peran guru sebagai pembimbing yaitu memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya fungsi guru adalah sebagai manajer lingkungan belajar. Pembelajaran inkuiri terbimbing mampu mengeksplorasi kemampuan siswa, sehingga siswa mampu memahami lebih dalam terhadap materi tertentu Rick Vanosdall, dkk, 2007:6. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa terlibat aktif di dalamnya melalui kegiatan-kegiatan yang berorientasi ilmiah. Model pembelajaran Inkuiri terbimbing mempunyai peranan penting di dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, karena model pembelajaran ini tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi siswa yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Bruner menyampaikan Ratna Wilis, 1988:98 bahwa salah satu dari empat tema pendidikan adalah motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu. Pengalaman-pengalaman pendidikan yang merangsang motivasi ialah pengalaman-pengalaman dimana para siswa berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alamnya. Dengan dipilihnya commit to user pembelajaran Inkuiri Terbimbing diharapkan siswa dapat berperan aktif, kreatif, dan dapat berpikir secara sistematis dalam proses pembelajaran. Konteks outdoors atau pelaksanaan pembelajaran dimana siswa melakukan proses “inquiry” dimaksudkan untuk menginspirasi dan mengapresiasi siswa. Sehingga pembelajaran sains melalui Inkuiri terbimbing dan kegiatan eksperimen yang tidak selalu berpusat di dalam kelas diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang kontruktivis, inspiratif, apresiatif, dan siswa juga mampu berperan aktif, kreatif, serta juga dapat berpikir secara sistematis Oleg Popov, dkk :1. Dalam penelitian ini, pembelajaran fisika materi usaha dan energi dilakukan melalui pendekatan inkuiri terbimbing melalui Animasi. Dengan media ini siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan dari apa yang ditampilkan dari media Animasi tersebut. Pembelajaran melalui media Animasi bersifat menghibur dan sangat menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran, Animasi sebagai media interaktif dapat memperkuat konsep yang ada pada diri siswa RM Benito, dkk 2007:1. Sehingga melalui media Animasi diharapkan materi fisika yang disampaikan menjadi tidak membosankan, dan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain Animasi, pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pictorial Riddle. Pictorial riddle disusun dalam rangka meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran fisika materi usaha dan energi, dalam diskusi kelompok kecil atau commit to user kelompok besar. Pictorial merupakan salah satu bentuk yang cukup diminati oleh siswa dalam menyelesaikan permasalahan fisika Patrick B Kohl:1. Gambar, peraga, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif dari siswa. Suatu “riddle” biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan “riddle” Moh. Amien, 1979:26-27. Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan media Pictorial Riddle ini tepat digunakan dalam pembelajaran fisika materi usaha dan energi, mengingat bahwa Pictorial Riddle dapat mengemas materi usaha dan energi menjadi suatu pembelajaran fisika yang menarik dan tentu saja mengasyikkan bagi siswa. Sebagaimana yang telah disampaikan di atas, kegiatan pembelajaran itu sendiri dalam sekolah merupakan interaksi antara pendidik guru dengan yang terdidik siswa. Sehingga keberhasilan suatu proses pembelajaran minimal bergantung pada pada guru dan siswa itu sendiri, selain ditunjang pula oleh sarana-prasarana seperti laboratorium misalnya. Faktor keberhasilan pembelajaran khususnya pembelajaran fisika dari diri siswa misalnya adalah motivasi atau pendorong siswa untuk belajar fisika, karena tanpa adanya motivasi, siswa tidak akan serius dalam mengikuti pembelajaran. Namun sebaliknya jika siswa memiliki motivasi tinggi, maka siswa akan tertarik dan selalu ingin terlibat dalam proses pembelajaran. Hamzah B. Uno 2006:27 menyampaikan pentingnya motivasi dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam menentukan hal-hal commit to user yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, serta menentukan ketekunan belajar. Selain motivasi, sikap ilmiah siswa juga merupakan faktor keberhasilan pembelajaran dari dalam siswa. Sikap ilmiah menunjukkan bagaimana seorang siswa bertindak dan berpikir ilmiah sesuai metode ilmiah. Sebagaimana yang disampaikan Syailani 2010:40 dalam Moh. Amin 1994:77, kumpulan pengetahuan atau produk sains berupa fakta, observasi, eksperimentasi, generalisasi, dan analisis yang rasional dan ilmuwan mengumpulkan pengetahuan sains berusaha untuk bersikap obyektif dan jujur, mengikuti macam prosedur eksperimen ini yang dikenal dengan sikap ilmiah. Dengan demikian, seorang siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan selalu bersikap obyektif dan jujur. Selain bersikap obyektif dan jujur, ciri-ciri sesorang yang mempunyai sikap ilmiah tinggi meliputi sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap ingin menemukan, sikap menghargai karya orang lain tekun, dan juga mempuyai sikap terbuka. Untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berlangsung dan sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi usaha dan energi, digunakan tes prestasi belajar. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa, tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Dalam hubungannya dengan ha ini tes berfungsi sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. Sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran, tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh commit to user program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai, dan seberapa banyak yang belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mencapainya. Dengan kata lain, tes prestasi belajar merupakan suatu barometer yang menunjukkan proses pembelajaran telah berhasil dilakukan atau belum berhasil dilakukan oleh guru. Dari penjabaran latar belakang di atas, peneliti mencoba menerapkan pendekatan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle ditinjau dari motivasi belajar dan sikap ilmiah. Materi usaha dan energi dipilih dalam penelitian ini yang memiliki karakteristik bahwa materi usaha dan energi pada dasarnya bersifat konkrit dalam arti siswa dapat merasakan dan mengamati efek-efek dari proses usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Namun ada sebagian konsep usaha dan energi yang akan lebih baik jika disampaikan melalui bantuan media, misalkan mengenai konsep energi potensial pegas dan energi kinetik yang dimiliki oleh air terjun. Proses usaha yang terjadi tentunya sulit untuk diamati. Oleh karena itu pembelajaran tentang materi usaha dan energi tersebut dapat dilaksanakan melalui Animasi dan Pictorial Riddle. Diharapkan dari penggunaan Animasi dan Pictorial Riddle, dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul, yaitu : commit to user 1. Pembelajaran fisika di SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar selama ini masih berpusat pada guru teacher centered, sehingga banyak siswa yang memiliki prestasi belajar rendah. 2. Ada beragam model pembelajaran inovatif yang telah dikembangkan, misalnya Inkuiri, Discovery, Proyek, Kooperatif, Problem Based Instruction, Problem Based Learning dan lain sebagainya, tetapi guru belum memperhatikan hal tersebut, sehingga kegiatan pembelajaran cenderung selalu ceramah. 3. Ada berbagai macam media yang digunakan melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing, seperti Animasi, Pictorial Riddle, Power Point, modul, dan lain- lain, namun belum banyak guru yang menggunakannya. 4. Guru belum memperhatikan motivasi siswa yang bervariasi. 5. Guru belum memahami pentingnya proses berpikir dan bersikap ilmiah melalui metode ilmiah, bahwa fisika sebagai sains diperoleh dari berpikir ilmiah, sehingga guru belum memperhatikan sikap ilmiah siswa yang bervariasi. 6. Prestasi belajar yang diperhatikan guru hanya aspek kognitif saja, padahal seharusnya mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 7. Guru belum memperhatikan pentingnya pemahaman konsep dasarpengetahuan awal siswa dari materi fisika, padahal antar konsep satu dengan yang lain saling berkaitan, misalnya pada kelas XI IPA semester I yang mencakup materi gerak dengan analisis vektor, medan gravitasi dan gerak planet, elastisitas dan getaran, usaha dan energi, serta impuls dan commit to user momentum, materi usaha dan energi diberikan kepada siswa, setelah siswa mendapatkan materi elastisitas. Antara konsep elastisitas dengan usaha dan energi keduanya saling berkaitan.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang muncul serta untuk menghindari agar penyusunan tesis ini tidak lepas dari tujuan penelitian, maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle. 2. Motivasi belajar siswa dibatasi hanya dalam mengikuti pembelajaran di sekolah, dalam kategori tinggi dan rendah. 3. Sikap ilmiah dibatasi hanya dalam mengikuti pembelajaran di sekolah, dalam kategori tinggi dan rendah. 4. Prestasi belajar yang dibandingkan adalah kemampuan pemecahan masalah dalam ranah kognitif dan afektif pada materi usaha dan energi, karena dalam pembelajaran, siswa hanya mengamati saja. 5. Materi fisika yang dipilih dalam penelitian ini adalah usaha dan energi kelas XI SMA sesuai dengan KTSP 2006.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka dilakukan perumusan masalah sebagai pengkajian commit to user variabel-variabel yang merupakan center point dalam penelitian ini. Adapun perumusan masalah tersebut antara lain : 1. Apakah ada pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika? 2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika? 3. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika? 4. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika? 5. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika? 6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar fisika? 7. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika? commit to user

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika. 2. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. 3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. 4. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika. 5. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika. 6. Interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar fisika. 7. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bagi guru maupun bagi siswa. Dalam lingkup yang lebih khusus, manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu : commit to user 1. Manfaat Teoritis a. Untuk mengetahui pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap materi usaha dan energi sehingga dapat menambah wacana ilmu pengetahuan. b. Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan acuan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan pertimbangan bagi guru dalam penyusunan sekenario pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik baik siswa maupun materi pembelajaran. b. Memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Menambah daya ingat retensi siswa terhadap materi usaha dan energi. d. Melatih siswa berpikir secara sistematik. commit to user 20

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA

BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Fisika

a. Definisi Belajar

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan pengembangan teknologi informasi belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengartikan belajar menurut sudut pandang mereka. Beberapa definisi belajar sebagai suatu perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : Menurut Morgan dalam Purwanto, Ngalim, 1992:84 menyatakan bahwa ”belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Robert M. Gagne dalam Syaiful Sagala, 2003:17 mengatakan bahwa ”belajar merupakan kegiatan kompleks, yang dapat terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya performance-nya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi”. Sedangkan W.S. Winkel 1991:36 dalam bukunya yang berjudul: ‘Psikologi Pengajaran.’ Menurutnya, pengertian belajar adalah: “Suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan commit to user yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”http:spesialis-torch.com-084PrestasiBelajar.htm. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang telah belajar akan mengalami perubahan dan perkembangan yang terwujud secara mental atau psikis. Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan pada seseorang yang belajar karena pengalaman. Bahwa dalam belajar ada proses perubahan ke arah lebih baik, dari tidak dapat menjadi dapat dan dari tidak tahu menjadi tahu. Lebih lanjut, perubahan tersebut relatif permanen, dalam arti tidak mudah hilang, dan terjadi bukan semata-mata karena kematangan atau pertumbuhan.

b. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono 1999:297 dalam Syaiful Sagala, 2003:62 adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar suatu lingkungan belajar. Menurut Trianto 2009:17, pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya mengarahkan interaksi siswa dengan sumber commit to user belajar lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran adalah interaksi timbal balik anatara guru dengan siswa, dimana terjadi komunikasi yang intensif antara keduanya dan mengarah pada suatu sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Hudojo 1998 dalam Trianto 2009:18-19, implikasi ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan konstruktivisme adalah penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif yaitu lingkungan belajar yang menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan, menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret, mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerjasama antara siswa, memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran lebih menarik, melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga fisika lebih menarik dan siswa mau belajar Dewasa ini, pembelajaran fisika terlihat belum menekankan proses belajar yang bersifat aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, serta belum terlihat pula adanya penekanan pada proses berpikir siswa. Fisika sebagai bagian dari ilmu sains sudah seharusnya jika dalam pembelajaran fisika dilaksanakan melalui penekanan bagaimana proses terbentuknya suatu pengetahuan. Dalam praktek pendidikan sains, konstruktivisme atau bentukan pengetahuan sangat berpengaruh. Banyak cara belajar mengajar di sekolah didasarkan pada teori ini, seperti cara belajar yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya commit to user sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa tersebut dalam pembentukan pengetahuannya.

2. Teori-Teori Belajar

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS

2 9 64

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

1 10 64

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DENGAN INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE

0 6 53

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH.

0 0 22

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA NEGERI 1 PONOROGO KELAS X-8 PADA MATERI OPTIKA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 21

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

0 0 19

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA.

0 0 19

EMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONTRASI DISKUSI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA.

0 0 8

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA | Sutopo | Inkuiri 9244 19657 1 SM

0 1 11

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

0 0 13