commit to user
jasmani kemampuan dan gerakan-gerakan dasar merupakan inti untuk memperkembangkan gerakan-gerakan yang terlatih, gerakan-gerakan terlatih
kemampuan melakukan gerakan-gerakan canggih dan rumit dengan tingkat efisiensi tertentu, dan komunikasi nondiskursif kemampuan melakukan
komunikasi dengan isyarat gerakan badan. Prestasi belajar yang diperhatikan pada penelitian ini hanya mencakup aspek kognitif dan afektif. Dalam
pembelajaran Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictroial Riddle ini, kemampuan motorik siswa misalnya kemampuan menggunakan alat ukur atau
kemampuan merangkai alat praktikum tidak banyak dilibatkan, karena selama pembelajaran siswa mengumpulkan data cukup melalui media komputer saja.
10. Hakekat Pembelajaran Fisika
Fisika adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam sains. Oleh karena itu, hakikat fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakikat sains. Beberapa saintis,
antara lain Fisher, Conant, Campbell, Bube, M.T. Zen, Carin dan Sund, dan Dawson mencoba mendefinisikan sains sebagai berikut Sumaji, 2003:161.
Menurut Conant dalam Sumaji 2003:161, sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual conceptual schemes yang saling berhubungan
sebagai hasil dari eksperimentasi dan observasi, yang berguna dan bernilai untuk eksperimentasi serta observasi selanjutnya Kuslan dan Stone, 1978. Dengan
demikian sains diperoleh dari serangkaian percobaan dan pengamatan, yang dapat digunakan sebagai referensi terhadap percobaan dan pengamatan selanjutnya.
commit to user
Menurut Fisher 1975 dalam Sumaji 2003:161, sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan observasi.
Menurut Campbell masih dalam Sumaji 2003:161, sains adalah pengetahuan knowledge yang bermanfaat dan praktis dan cara atau metode untuk
memperolehnya. Sedangkan menurut Dawson 1994 dalam Sumaji 2003:161, sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh
keingintahuan akan alam di sekelilingnya dan keingintahuan untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.
Dua aspek penting dari sains menurut definisi-definisi tersebut adalah proses sains dan produk sains. Yang merupakan proses sains adalah eksperimen
yang meliputi penemuan masalah dan perumusannya, perumusan hipotesis, merancang percobaan, melakukan pengukuran, menganalisis data, dan menarik
kesimpulan Sund, 1982. Sedangkan produk sains berupa bangunan sistematis pengetahuan body of knowledge Dawson, 1994; Carin dan Sund, 1989 sebagai
hasil dari proses yang dilakukan oleh para saintis. Produk sains tersebut terdiri atas berbagai fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori Sumaji, 2003:161-162.
Sehingga sains meliputi proses sains yang dilaksanakan dalam rangka memperoleh produk sains.
Dalam fisika dapat disebutkan sederetan panjang konsep, misalnya cahaya, lembab, getaran, elektron, ketidakpastian, bilangan kuantum, ketetapan Planck,
gelombang elektromagnetik, kecepatan relatif, waktu paruh, reaksi inti, radioaktivitas, momentum sudut, dan sebagainya Sumaji, 2003:162. Dalam
pembelajaran fisika, ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai terkait dengan konsep-
commit to user
konsep tersebut. Menurut kurikulum 1994 dalam Sumaji, 2003:165, secara umum tujuan pembelajaran fisika mengacu pada tiga aspek esensial, yaitu
membangun pengetahuan yang berupa pemahaman konsep, hukum, dan teori beserta penerapannya; kemudian kemampuan melakukan proses, antara lain
pengukuran, percobaan, bernalar melalui diskusi; dan yang terakhir adalah sikap keilmuan, antara lain kecenderungan keilmuan, berpikir kritis, berpikir analitis,
perhatian pada masalah-masalah sains, penghargaan pada hal-hal yang bersifat sains
Driyakarsa 1978 dalam Sumaji 2003:167 menyebutkan bahwa manusia adalah subjek atau pribadi yang memiliki cipta, rasa, dan karsa yang mengerti dan
menyadari akan keberadan dirinya, yang dapat mengatur, menentukan, dan menguasai dirinya, memiliki budi dan kehendak, memiliki dorongan untuk
mengembangkan pribadinya menjadi lebih baik dan lebih sempurna, yang sedang mencari jati dirinya. Pembelajaran fisika menjadi lebih humanistis bila guru
mengakui dan menempatkan atau memperlakukan siswa sebagai subjek atau pribadi yang memiliki sifat-sifat tersebut, dan pengakuannya itu dimanifestasikan
dalam proses pembelajaran, yaitu memberi kesempatan siswa seluasnya agar mereka dapat mengembangkan diri, hingga potensinya, pribadinya, sikapnya
berkembang menuju ke taraf yang lebih baik atau lebih sempurna. Dengan kata lain, siswa diperlakukan sebagai subjek yang mempunyai peran, dapat mengatur
kegiatannya, bukan sebagai objek yang segalanya ditentukan oleh guru Sumaji, 2003:167. Jadi dalam pembelajaran fisika, peran aktif siswa sangat dituntut,
mengingat siswa adalah subjek, dan bukan lagi sebagai objek semata.
commit to user
Belajar seharusnya membangun konsepsi, bukan menerima konsep secara verbal dari guru. Oleh karena itu, mengajar seharusnya diartikan sebagai
menciptakan situasi, kondisi, dan kemudahan, memberi pengarahan dan bimbingan yang dapat mengantar siswa melakukan sederetan proses secara
berkesinambungan untuk membangun sendiri konsepsi dan mendefinisikannya, bukan menginformasikan pengetahuan secara verbal untuk diterima dan dihafal.
Tugas guru seharusnya sebagai fasilitator yang memberi bimbingan kepada siswa untuk berproses, bukan sebagai sumber informasi yang mendominasi kegiatan.
Siswa dibiasakan untuk berani mengungkapkan konsep bentukannya, merumuskan sendiri definisinya, dan mengungkapkannya secara lisan maupun
tertulis agar terbuka dan diuji kebenarannya Sumaji, 2003:169. Dengan demikian, dalam pembelajaran siswa harus senantiasa aktif mencari tahu,
membangun konsep melalui serangkaian proses, dengan guru sebagai fasilitator.
11. Materi Usaha dan Energi