Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

16 isolasi sosial Potter Perry, 2005. Remaja mulai mengembangkan sikap menghargai hak-hak orang lain, beradab terhadap sosial, dan mampu mengendalikan emosi Jamaluddin, 2013. e. Perkembangan moral dan agama kepercayaan Seiring dengan perkembangan moral pada remaja biasanya muncul dorongan untuk mulai berafiliasi dengan kepercayaan tertentu atau beragama Zahra, 2005. Moral dan agama merupakan bagian yang penting dalam jiwa remaja. Pengetahuan agama sangat mempengaruhi remaja dalam melakukan perilaku seksual. Pengetahuan agama ditanamkan pada individu sejak kecil yang dapat diperoleh dari sekolah, rumah dan tempat mengaji Adiabeta Muhari, 2013. Agama berguna untuk mengendalikan tingkah laku remaja sehingga tidak terjerumus ke dalam kenakalan remaja Jamaluddin, 2013. Seseorang yang tidak menghayati agamanya dengan baik dapat mengakibatkan perilaku individu yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Individu ini rapuh sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan seksual seperti terjerumus untuk perilaku seksual bebas sebelum menikah Kapinus dan Gorman, 2004. Seseorang yang menghayati agamanya dengan baik ia akan memandang agama sebagai tujuan utama hidup, sehingga ia berusaha menginternalisasikan ajaran agamanya dalam perilaku sehari-hari. Hal ini berarti bahwa agama dapat melindungi individu dari dorongan seksual yang dapat menjerumuskan pada dampak negatif Andisti Ritandiono, 2008. 17 Allah SWT memberikan naluri terkuat dalam tubuh manusia yaitu naluri seksual. Seksual merupakan titik terlemah yang memungkinkan setan untuk menyelinapkan bisikan-bisikan atau bujuk rayunya melalui celah-celah yang ada Sunaryo et al, 2002. Allah berfirman dalam Al- Qur`an surat Al-Mu`minun ayat 5-7: Artinya: “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampai batas” Al-Mu’minun: 5- 7. Ayat di atas menunjukkan bahwa Islam tidak mengabaikan pengaturan terhadap seksual dan membimbing manusia untuk kesucian diri manusia. Secara naluriah antara laki-laki dan perempuan mempunyai keinginan untuk saling kontak, namun jika keinginan tersebut tidak dikendalikan dan diatur melalui berbagai norma akan terjadi kontak liar yang dapat mengakibatkan martabat manusia sebagai makhluk yang terhormat menjadi hina Setiyanto, 2010. 18

B. Kepribadian 1. Definisi Kepribadian

Kepribadian merupakan cerminan seseorang dalam berperilaku Widhiastuti, 2011. Sifat-sifat atau karakteristik tertentu dari individu yang relatif menetap, hal ini dalam psikologi disebut dengan kepribadian Mastuti, 2005. Kepribadian personality berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau penampilan seseorang terhadap orang lain. Kepribadian diartikan sebagai siapakah seseorang itu, bagaimana dia merasa dan berpikir, dan keseluruhan keadaan psikologisnya terungkap dalam bentuk tingkah laku Somantri, 2006. Kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan Eysenck, 1976 dalam Patmawati, 2013. Kepribadian sebagai organisasi dinamik pada individu yang tersusun dari sistem psikologis yang unik terhadap lingkungan. Dinamik berarti kepribadian itu selalu berubah dan terungkap dalam bentuk perilaku, organisasi berarti terdapat hubungan timbal balik dan sistem psikologis sebagai kebiasaan, sikap, keyakinan, keadaan emosional dan perasaan Gordon W. Allport, 1961 dalam Hidayat, 2009. Kepribadian mengacu pada karakteristik individu yang menjelaskan pola-pola yang konsisten pada perasaan, pikiran, dan perilaku Pervin dkk, 2010. Kepribadian merupakan penggambaran tingkah laku secara deksriptif tanpa memberikan penilaian Alwisol, 2004. Kepribadian adalah himpunan